Peneliti Menemukan Mikroplastik di Jaringan Testis Manusia
Ada kemungkinan mikroplastik menyebabkan penurunan kualitas sperma.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Para peneliti telah banyak menemukan bukti bahwa mikroplastik terdeteksi di sejumlah jaringan organ dalam manusia. Terbaru, peneliti juga mendeteksi konsentrasi mikroplastik yang signifikan di jaringan testis manusia dan anjing. Hal ini menambah kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kesehatan reproduksi manusia.
Studi tentang temuan mikroplastik di jaringan testis manusia dan anjing ini dilakukan oleh tim peneliti Universitas New Mexico yang dipimpin oleh Xiaozhong Yu. Dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal Toxicological Sciences pada 15 Mei 2024 ini, para peneliti menemukan 12 jenis mikroplastik di 47 testis anjing dan 23 testis manusia.
Xiaozhong Yu menyampaikan, logam berat, pestisida, dan bahan kimia yang mengganggu endokrin berkontribusi dalam penurunan jumlah dan kualitas sperma secara global beberapa tahun terakhir. Ia pun mulai mempertanyakan adanya kemungkinan faktor penyebab penurunan kualitas sperma ini karena mikroplastik.
”Pasti ada sesuatu yang terjadi, kenapa akhir-akhir ini terjadi penurunan potensi reproduksi. Ternyata studi kami mengungkapkan adanya mikroplastik di testis manusia dan anjing,” ujar Yu, dikutip dari situs resmi Universitas New Mexico, Selasa (21/5/2024).
Studi ini membandingkan jaringan manusia dan anjing karena beberapa alasan, salah satunya karena anjing hidup berdampingan dengan manusia dan berbagi lingkungan. Anjing juga memiliki beberapa karakteristik biologis yang sama dengan manusia.
Penelitian ini dilakukan melalui metode eksperimental yang sama dengan laboratorium yang digunakan Matthew Campen, seorang profesor di Fakultas Farmasi Universitas New Mexico. Sebelumnya, Campen telah melakukan penelitian dan berhasil mendokumentasikan keberadaan mikroplastik di jaringan plasenta manusia.
Tim peneliti kemudian memperoleh jaringan manusia yang dianonimkan dari Kantor Penyelidik Medis New Mexico. Lembaga ini mengumpulkan jaringan selama otopsi dan menyimpannya selama tujuh tahun sebelum dibuang. Sementara untuk jaringan anjing, peneliti memperolehnya dari tempat penampungan hewan di kota Albuquerque dan klinik hewan swasta yang melakukan operasi sterilisasi.
Setelah itu, peneliti mengolah sampel secara kimia untuk melarutkan lemak dan protein serta memutar setiap sampel dalam ultrasentrifugasi. Kemudian, pelet plastik dipanaskan dalam wadah logam hingga suhu 600 derajat celsius. Mereka menggunakan spektrometer massa untuk menganalisis emisi gas ketika berbagai jenis plastik dibakar pada suhu tertentu.
Hasilnya, konsentrasi rata-rata mikroplastik di jaringan testis anjing sebesar 122,63 mikrogram per gram jaringan (1 mikrogram sama dengan sepersejuta gram). Sementara di jaringan testis manusia, konsentrasi rata-rata mikroplastik mencapai 329,44 mikrogram per gram.
Konsentrasi rata-rata mikroplastik di jaringan testis manusia tercatat hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada anjing. Secara signifikan, konsentrasi mikroplastik di jaringan testis juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di jaringan plasenta manusia sesuai dengan hasil penelitian Matthew Campen.
Jenis partikel plastik
Dalam studi ini, para peneliti menemukan, polimer yang paling banyak terdapat pada jaringan manusia dan anjing adalah polietilen (PE). Ini merupakan jenis yang digunakan untuk membuat kantong plastik dan botol. Khusus pada anjing juga ditemukan jenis PVC, yang digunakan dalam pipa industri dan berbagai jenis barang rumah tangga lain.
Menurut Yu, peneliti dapat menghitung sperma dalam sampel anjing, tetapi tidak pada sampel manusia yang telah diawetkan secara kimia. Peneliti juga menemukan bahwa kadar PVC yang lebih tinggi dalam jaringan berkorelasi dengan jumlah sperma yang lebih rendah.
Yu mencatat bahwa usia rata-rata pria dalam sampel otopsi ini adalah 35 tahun. Artinya, paparan plastik mereka dimulai beberapa dekade lalu atau ketika jumlah plastik yang beredar lebih sedikit. Ia memperkirakan, dampak paparan mikroplastik terhadap generasi muda mungkin lebih memprihatinkan karena saat ini jumlah plastik yang mencemari lingkungan lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
”Kita mempunyai banyak hal yang belum diketahui dan perlu benar-benar melihat apa potensi dampak jangka panjangnya. Kita perlu melihat apakah mikroplastik merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan produktivitas sperma ini,” katanya.
Secara terpisah, ahli ekotoksikologi di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda, Dick Vethaak, menyatakan bahwa partikel mikroplastik terdapat pada darah manusia dan diangkut ke seluruh tubuh. Penelitian yang dilakukannya juga menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan hingga ke jaringan jantung manusia.
”Studi kami merupakan indikasi pertama bahwa terdapat partikel polimer dalam darah kita. Ini adalah hasil terobosan. Ke depan, kita harus memperluas penelitian dan meningkatkan ukuran sampel dan jumlah polimer yang dinilai,” ungkapnya, dikutip dari The Guardian.