Perempuan Aktivis dan Demokrasi Tumbu Saraswati Berpulang
Perempuan aktivis dan demokrasi, Tumbu Saraswati, berpulang di Jakarta. Perjuangannya menjadi suri teladan bagi semua.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mantan komisioner Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan periode 2010-2014, Tumbu Saraswati, meninggal dunia dalam usia 76 tahun pada Kamis (25/4/2024). Tumbu meninggal di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, pada pukul 09.30 WIB.
Jenazah Tumbu yang juga politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini disemayamkan di Masjid At Taufiq, Sekolah Partai Dewan Pimpinan Pusat PDI-P, di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Setelah dishalatkan, jenazah langsung dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani mengenang mendiang Tumbu sebagai srikandi hukum yang luar biasa, pengabdiannya meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam dunia keadilan. Semangat dan dedikasinya untuk keadilan dan perlindungan hak-hak perempuan akan terus dikenang kaum perempuan di Indonesia.
Tumbu dikenal dengan jejak kontribusi yang penting dalam perubahan hukum dengan perspektif keadilan jender, mulai dari Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga hingga Undang-Undang Administrasi Kependudukan saat menjadi anggota DPR periode 1999-2004.
Tumbu dikenal dengan jejak kontribusi yang penting dalam perubahan hukum dengan perspektif keadilan jender.
”Bu Tumbu, almarhum, adalah sosok inspiratif, guru dan sahabat dalam perjuangan pemajuan hak-hak perempuan dan kelompok marjinal. Latar belakang hukum membawanya pada kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, pengalaman yang menempanya untuk terus membangun terobosan,” kata Andy di Jakarta, Kamis (25/4/2025).
Tumbu, kata Andy, rekat dengan kisah-kisah wong cilik. Ini membuatnya peka pada persoalan diskriminasi berlapis yang dihadapi perempuan dalam identitas diri yang majemuk. Kepekaan ini yang menjadi sejumlah dasar pertimbangannya dalam memberikan masukan-masukan untuk perumusan kebijakan, termasuk dalam proses pembahasan yang melahirkan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
Sebagai komisioner Komnas Perempuan, Tumbu membuka jalan uji praktis sistem peradilan pidana terpadu penanganan kekerasan terhadap perempuan (SPPT-PKKTP) terutama di tingkat provinsi. Mulai dari proses lobi hingga negosiasi dalam membuat kesepakatan dengan lembaga-lembaga penegak hukum, terutama Mahkamah Agung, sebagai perwujudan SPPT-PKKTP di tingkat pusat.
Anggota DPR Fraksi PDI-P, Ribka Tjiptaning Proletariyati, bersaksi bahwa Tumbu sangat aktif dalam memperjuangkan kesetaraan jender. Mulai dari membela perempuan korban kerusuhan 1998, mendirikan Srikandi Demokrasi Indonesia, hingga memperjuangkan lahirnya Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (UU PPRT).
”’Aku ini, Ning, masih belum puas kalau iku (RUU PPRT) belum lahir,’ begitu katanya,” kata Ribka menirukan pesan Tumbu kepada dirinya.
Sementara itu, Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat pun mengenal Tumbu sebagai aktivis pro demokrasi sejati, salah satunya dengan mendirikan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI). Dalam kegiatan partai, perempuan kelahiran Yogyakarta, 21 April 1948, ini sangat aktif melawan rezim Soeharto.
Satu acara partai yang tidak pernah ditinggal Tumbu adalah peringatan peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996. Pada acara peringatan yang digelar TPDI di Jakarta Selatan pada Kamis (11/8/2022), menurut Tumbu, dalam pertemuan itu, tanpa jaminan memperoleh imbalan, mereka langsung menyatakan mendukung Megawati, yang kini Ketua Umum PDI Perjuangan.
TPDI pun tak lelah terus memperjuangkan pengakuan bagi Megawati dan pimpinan TPDI, RO Tambunan, sebagai pejuang reformasi di negeri ini, serta menuntut keadilan bagi korban 27 Juli, terutama yang sempat diadili dan dipidana.
Bahkan, Djarot mengungkapkan, selama sakit yang cukup lama, sebelum mengembuskan napas terakhir, Tumbu tetap aktif dalam kegiatan partai walau harus menggunakan kursi roda. Termasuk mengikuti dan memberikan masukan dalam dinamika Pemilihan Presiden 2024.
”Beliau adalah suri teladan bagi kami kader-kader PDI Perjuangan yang dalam proses regenerasi selalu taat pada konstitusi dan ideologi,” kata Djarot.
Kepergian mendiang Tumbu meninggalkan seorang suami, Abud Wahid Orcar, dan kedelapan anaknya.