Bahan Kimia Beracun dari Mikroplastik Dapat Diserap Melalui Kulit
Hasil studi terbaru menunjukkan bahan kimia dalam mikroplastik dapat diserap ke dalam tubuh melalui kulit.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa bahan kimia beracun yang digunakan dalam bahan plastik tahan api dapat diserap ke dalam tubuh melalui kulit. Studi ini pun memberikan bukti eksperimental pertama bahwa bahan kimia yang terkandung dalam mikroplastik dapat larut ke dalam keringat manusia.
Banyak bahan kimia yang untuk membuat plastik telah dilarang karena terbukti mempunyai dampak buruk, seperti kerusakan hati atau sistem saraf, kanker, dan risiko terhadap kesehatan reproduksi. Namun, bahan kimia ini masih kerap digunakan pada barang elektronik, furnitur, karpet, dan bahan bangunan yang sudah tua.
Kekhawatiran ini membuat tim peneliti dari University of Birmingham, Inggris, melakukan studi dan eksperimen tentang potensi paparan bahan kimia beracun dari mikroplastik melalui kulit. Hasil studi ini telah terbit di Environment International, April 2024.
Peneliti dari Brunel University yang terlibat dalam studi ini, Ovokeroye Abafe, menyampaikan, mikroplastik banyak tersebar di lingkungan. Namun, banyak pihak yang belum mengetahui masalah kesehatan yang bisa diakibatkan mikroplastik ini.
”Penelitian kami menunjukkan mikroplastik berperan sebagai pembawa bahan kimia berbahaya yang dapat masuk ke aliran darah kita dan bersifat persisten. Intensitas paparan yang tinggi akan terjadi akumulasi secara bertahap hingga mulai menimbulkan bahaya,” ujarnya dikutip dari situs resmi University of Birmingham, Rabu (24/4/2024).
Dalam eksperimen ini, tim peneliti menggunakan model kulit manusia tiga dimensi (3D) yang inovatif sebagai alternatif pengganti hewan laboratorium dan jaringan manusia.
Penelitian kami menunjukkan mikroplastik berperan sebagai pembawa bahan kimia berbahaya yang dapat masuk ke aliran darah kita dan bersifat persisten.
Selama 24 jam, model-model kulit manusia tersebut dipaparkan pada dua bentuk mikroplastik mengandung polibrominasi difenil eter (PBDEs). PBDEs masuk dalam persistent organic pollutants (POPs) yang keberadaannya dapat membahayakan manusia dan lingkungan karena sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami.
Selama ini, PBDEs biasa digunakan sebagai bahan penghambat nyala api (flame retardant).Salah satu golongan zat kimia yang disebut xenobiotics ini juga sering diaplikasikan pada berbagai macam produk, seperti elektronik, tekstil, bahan bangunan, plastik, busa poliuretan, pesawat terbang, hingga kendaraan bermotor.
Hasil eksperimen menunjukkan, sebanyak 8 persen bahan kimia yang terpapar dapat diserap oleh kulit. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa tubuh yang terhidrasi atau kulit lebih berkeringat akan menyerap bahan kimia dalam jumlah lebih tinggi.
Penyerapan dari kulit
Studi ini pun memberikan bukti eksperimental pertama terkait penyerapan dari kulit berkontribusi terhadap tingkat bahan kimia beracun yang ditemukan dalam tubuh.
Associate Professor Ilmu Lingkungan di University of Birmingham sekaligus peneliti utama studi ini, Mohamed Abdallah, menyatakan, temuan ini memberikan bukti penting bagi regulator dan pembuat kebijakan untuk membuat regulasi terkait mikroplastik. Hal ini sangat penting sebagai upaya menjaga kesehatan masyarakat dari paparan bahaya mikroplastik.
Profesor Stuart Harrad, salah satu penulis studi ini, mengatakan, studi ini memberikan langkah maju yang penting dalam memahami risiko paparan mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu lebih banyak penelitian untuk memahami berbagai jalur paparan mikroplastik sekaligus memitigasi risiko dari paparan tersebut.
Dalam studi ke depan, tim peneliti berencana untuk mengamati rute atau jalur paparan lain yang menyebabkan bahan kimia beracun dalam mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh. Ini termasuk melihat potensi penyerapan mikroplastik melalui hidung dan mulut.