Teh Herbal dari Kulit Batang Pohon Faloak
Teh herbal dari kulit batang pohon faloak dan stevia yang dikembangkan BRIN berpotensi untuk meningkatkan kesehatan.
Pohon faloak merupakan spesies tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat di dunia. Di Indonesia, tumbuhan dengan nama Latin Sterculia quadrifida R Br ini tumbuh alami di Nusa Tenggara Timur. Tumbuhan ini dapat dijumpai di Pulau Timor, Sumba, Alor, dan Flores.
Biasanya, pohon faloak tumbuh di atas batu karang di ketinggian kurang dari 300 meter di atas permukaan lat (mdpl). Buahnya berwarna jingga berisi delapan biji berwarna hitam. Buah ini bisa dimakan. Rasanya menyerupai kacang. Di Australia, spesies tumbuhan ini dikenal dengan sebutan peanut tree.
Dalam artikel di jurnal berjudul ”Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Batang Faloak (Sterculia quadrifida R Br) pada Tikus Sprague-Dawley” yang ditulis Siswadi, dkk pada 2018 disebutkan, kulit batang pohon faloak secara empiris telah dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai penyakit, seperti hepatitis, gangguan ginjal, rematik, sakit pinggang, anemia, serta memulihkan stamina.
Meski begitu, faloak lebih banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan hepatitis bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Hal ini sejalan dengan data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2014 yang menyebutkan prevalensi hepatitis di Provinsi NTT di atas rata-rata nasional.
Secara tradisional, masyarakat setempat memanfaatkan kulit batang faloak dengan cara merebus kulit batang yang masih segar ataupun yang sudah lebih dahulu dikeringkan. Dalam penelitian lain pada artikel ilmiah yang ditulis Siswadi, dkk pada 2016 berjudul ”Pemanfaatan Kulit Batang Faloak (Sterculia quadrifida R Br) sebagai Bahan Baku Obat Herbal di Pulau Timor” diketahui bahwa kulit batang S quadrifida memiliki kandungan senyawa flavonoid, fenolik, terpenoid, dan alkaloid.
Kandungan flavonoid pada kulit faloak dapat membantu memulihkan stamina seseorang yang mengonsumsinya. Senyawa flavonoid juga dapat menghambat pendarahan, antioksidan, pengendali radikal bebas, mengurangi pembekuan dan memperlancar darah, serta pemulihan bagi sel‐sel pada liver yang mati atau rusak.
Kandungan fenolik memiliki sifat antioksidan dan antikanker. Sementara senyawa alkaloid mempunyai efek untuk meningkatkan kesehatan saraf, mengurangi nyeri, antimikroba, obat penenang, serta meningkatkan kesehatan jantung.
Fungsi faloak sebagai tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan tersebut telah diketahui oleh sebagian besar masyarakat, khususnya masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Namun, pemanfaatan kulit batang faloak belum dilakukan domestikasi dan sebagian besar berasal dari alam.
Baca juga: Minuman Herbal dari Rumput Laut Coklat
Praktik pemanenan kulit batang faloak sering dilakukan melebihi kemampuan regenerasi kulit pohon tersebut. Akibatnya, pohon justru menjadi mati. Hal itu tentu menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Oleh sebab itu, periset dari Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siswadi, menyampaikan, konservasi dan domestikasi dari tumbuhan faloak menjadi sangat penting. Dengan domestikasi, ketergantungan masyarakat akan bahan baku kulit batang faloak yang bersumber dari alam pun bisa dikurangi.
”Selama ini, masyarakat masih mengandalkan pohon faloak yang tumbuh secara alami. Semoga ke depan faloak bisa dibudidayakan secara luas karena sebenarnya spesies ini mudah diperbanyak dengan biji,” tuturnya dalam keterangan resmi yang disiarkan oleh BRIN pada awal Januari 2024.
Teh herbal
Melihat potensi faloak yang sangat besar, Siswadi bersama timnya melakukan penelitian dan pengembangan terhadap tumbuhan tersebut. Dari penelitian itu akhirnya dihasilkan inovasi berupa teh herbal dengan bahan dasar kulit pohon faloak.
Inovasi ini bertujuan agar potensi pohon faloak yang telah dimanfaatkan masyarakat setempat bisa tersaintifikasi. Kearifan lokal masyarakat mengenai pengobatan tradisional pun bisa dilestarikan.
Pengembangan faloak menjadi produk adalah bagian dari upaya penyajian yang lebih praktis, higienis, dan tetap sehat.
Dalam pengembangannya, kulit batang faloak diolah menjadi bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong teh celup. Bentuk ini dinilai lebih praktis untuk dikonsumsi dan disimpan. Selain itu, kemasan ini juga lebih awet untuk dikirim ke wilayah lain karena risiko kontaminasi jamur lebih rendah jika dibandingkan dikirim dalam bentuk mentah. Harapannya, kemasan kantong teh juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan.
Baca juga: Memahami Manfaat dan Risiko Obat Herbal
Siswadi menuturkan, teh faloak yang dikembangkan ditambahkan dengan tambahan stevia. Formula kulit batang pohon faloak yang dicampur dengan steiva memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Dengan campuran stevia, teh yang dihasilkan pun memiliki rasa manis yang alami.
Teh faloak daun stevia ini memiliki cita rasa seperti teh hitam dan sedikit manis tanpa harus menambahkan gula. Inovasi ini telah mendapatkan paten dengan nomor P00201804326.
Adapun proses pembuatan teh faloak stevia diawali dengan memanen kulit batang pohon faloak dengan cara dikupas dengan ukuran kecil. Proses memanen kulit batang faloak sebaiknya tidak dilakukan melingkar ke seluruh kulit pohon sebab bisa mengakibatkan kematian pada pohon faloak.
Setelah itu, kulit batang faloak disortir dari kotoran dan kulit batang lapisan terluar. Kemudian, kulit tersebut akan dicacah dan dipanggang pada suhu sekitar 55 derajat celsius.
Jika kulit yang sudah dipanggang tersebut kering, cacah kulit akan diolah menjadi bentuk serbuk dengan menggunakan penggiling atau grinder. Bubuk yang dihasilkan selanjutnya diayak hingga menjadi bentuk butiran berukuran 0,42-1,41 milimeter.
Daun stevia yang telah diolah kemudian ditambahkan dan diaduk dalam serbuk kulit batang faloak yang sudah diayak hingga menjadi satu. Setelah itu, campuran dari serbuk batang faloak dan stevia dapat dikemas dalam kantong teh.
Sesuai dengan bukti empiris dari masyarakat NTT, produk teh faloak stevia yang berbahan dasar kulit batang pohon faloak punya manfaat untuk menghambat virus hepatitis C penyebab gangguan hati. Selain itu, teh ini juga dapat membantu meringankan penyakit liver, anemia, sakit pinggang, malaria, dan melancarkan haid.
Teh ini dapat pula membantu memulihkan stamina dan menjaga imunitas seseorang. Kulit batang faloak pun memiliki potensi sebagai antikanker, antijamur, antivirus, antibakteri, antidiabetes, antipiretik, dan antioksidan.
”Pengembangan faloak menjadi produk adalah bagian dari upaya penyajian yang lebih praktis, higienis, dan tetap sehat. Kami harap ada UMKM yang dapat memproduksi teh ini dan didaftarkan sebagai jamu atau produk pangan berklaim BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sehingga semakin bermanfaat,” kata Siswadi.
Baca juga: Masyarakat Beradaptasi melalui Pengobatan Tradisional
Kepala Organisasi Riset Kesehatan (ORK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indi Dharmayanti dalam siaran pers, 29 Februari 2024, mengatakan, riset kolaborasi dan inovasi dalam pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional sangat penting untuk dilakukan. Karena itu, kolaborasi, inovasi, dan pengembangan riset di bidang farmasi harus terus didorong. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, inovasi bahan baku obat dan obat tradisional yang dihasilkan juga dapat meningkatkan daya saing bangsa, khususnya pada industri kesehatan.