Frames, Aplikasi untuk Menilai Tingkat Kelelahan Pilot
Peneliti di FKUI mengembangkan aplikasi untuk membantu pilot menilai tingkat kelelahan secara mandiri.
Pekerjaan seorang pilot memiliki banyak faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kelelahan (fatigue). Kelelahan dapat terjadi apabila kapasitas fisik dan mental pada seseorang mengalami penurunan.
Pada pilot, risiko terjadinya kelelahan sangat besar. Hal itu bisa disebabkan jadwal penerbangan yang padat, adanya penerbangan malam dan jet lag, dinamika kru penerbangan, penerbangan dalam cuaca buruk atau situasi darurat yang meningkatkan tekanan mental dan fisik, serta adanya masalah pribadi.
Kelelahan yang dialami pilot harus diwaspadai. Kelelahan dapat menimbulkan penurunan kewaspadaan, memperlambat reaksi, dan mengganggu fokus dalam pengambilan keputusan. Seorang pilot yang mengalami kelelahan saat bertugas tidak hanya berisiko bagi dirinya, tetapi juga bagi keselamatan penerbangan secara keseluruhan.
Sebelumnya, hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan, pilot dan kopilot Batik Air BTK6723 tertidur selama 28 menit saat menerbangkan pesawat Airbus A320 rute Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024.
Insiden ini disebutkan karena kopilot kelelahan karena sebelumnya sibuk mengurus anak. Pilot pun ikut tertidur di dalam kokpit. Tidak ada korban dalam insiden ini. Namun, pesawat sempat melenceng hingga ke wilayah sekitar Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pesawat menyimpang ratusan kilometer ke arah tenggara dari tujuan aslinya di Jakarta.
Baca juga: Dua Pilot Batik Air Dibebastugaskan Sementara Gara-gara Insiden Tidur
Kasus pilot yang tertidur akibat kelelahan ini sebenarnya bukan yang pertama. Laporan European Cockpit Association pada 19 September 2023 menyebutkan, tiga dari empat atau 75 persen pilot mengalami setidaknya satu kali microsleep saat mengoperasikan pesawat. Selain itu, hampir 25 persen melaporkan mengalami lima atau lebih microsleep ketika bertugas.
Para pilot mengaku sangat kelelahan sehingga sulit untuk tetap terjaga ketika mengoperasikan pesawat. Adapun survei tersebut dilakukan terhadap sekitar 6.900 pilot di Eropa dari 31 negara. Namun, kejadian pilot dan kopilot yang tertidur di waktu yang sama ketika bertugas sangat jarang ditemukan. Biasanya, ketika ada pilot yang tertidur, kopilot masih terjaga dan mampu mengendalikan pesawat.
Meski begitu, kondisi kelelahan pada pilot tidak dapat disepelekan. Sejumlah riset pun telah menunjukkan pentingnya sistem manajemen risiko kelelahan atau fatigue risk management system (FRMS) pada pilot untuk mengevaluasi dan menjaga kinerja dan keselamatan penerbangan.
Anggota Dewan Kehormatan Ikatan Pilot Indonesia, Bambang Adisurya Angkasa, dalam seminar yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (19/3/2024), menuturkan, manajemen risiko kelelahan sangat penting untuk menjamin keamanan dalam penerbangan. Untuk memastikan manajemen risiko tersebut terimplementasi dengan baik, kolaborasi dari semua pemangku kepentingan sangat dibutuhkan.
Manajemen risiko itu juga harus dipastikan dijalankan dengan baik oleh semua operator penerbangan yang berada dalam naungan Kementerian Perhubungan. Apabila hanya dilakukan oleh sebagian operator, tujuan dari manajemen risiko tersebut tidak dapat dicapai secara optimal.
”Sistem manajemen risiko kelelahan sangat diperlukan untuk memastikan keselamatan penerbangan,” kata Bambang.
Dengan adanya aplikasi ini, fatigue diharapkan dapat dicegah dan memastikan kinerja performa awak penerbangan tetap optimal.
Pengajar Program Studi Spesialis Kedokteran Penerbangan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Retno Wibawanti, mengatakan, kelelahan wajar terjadi ketika kapasitas fisik dan mental seseorang sudah melewati batas yang dimiliki. Karena itu, kesehatan dan kebugaran pilot dan awak penerbangan lain harus diperhatikan sebelum mereka menjalankan tugas. Pemeriksaan kesehatan sebelum terbang dapat dilakukan untuk menilai beberapa kondisi dari setiap pilot.
Pemeriksaan dapat dilakukan saat pre-flight briefing dari sesama rekan pilot. Itu dapat dilakukan dengan menilai kesiapan dari sesama pilot melalui komunikasi serta konsentrasi bersama. Jika ada pilot yang terlihat mengalami penurunan kapasitas dalam fokus saat melakukan briefing, rekan sesama pilot dapat menyampaikan kondisi tersebut.
”Kesiapan seorang pilot juga perlu didorong terus dengan lingkungan pekerjaan yang mendukung. Apabila ada pilot yang mengalami masalah kesehatan dan menyatakan ada hal yang membuatnya tidak siap bertugas, termasuk karena kelelahan, sebaiknya pilot itu tidak disalahkan atau dihukum,” tutur Retno.
Pengelolaan kelelahan pada pilot perlu dilakukan secara komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui penyebab kelelahan pada pilot. Itu termasuk untuk mengetahui upaya pemeliharaan kesehatan, kebijakan dari perusahaan dalam pengaturan jadwal dan waktu istirahat, serta lingkungan dan keamanan kerja dari pilot.
Aplikasi
Retno menuturkan, penilaian risiko kelelahan juga bisa dilakukan secara mandiri oleh tiap-tiap pilot. Setiap pilot sebaiknya memiliki kesadaran apabila dirinya dalam kondisi tidak siap bertugas.
Untuk membantu meningkatkan kesadaran pilot akan kondisi kesehatannya, Program Studi Kedokteran Penerbangan FKUI telah meluncurkan aplikasi Frames (Fatigue Risk Assessment with Medical Advices). Aplikasi ini dapat membantu pilot untuk melakukan penilaian secara mandiri (self assessment) mengenai tingkat kelelahan mereka. Aplikasi ini secara resmi telah diluncurkan pada 7 Maret 2024 dan sudah mendapatkan sertifikat hak kekayaan intelektual dari Kementerian Hukum dan HAM.
”Penggunaan aplikasi ini dapat membantu rekan-rekan pilot men-screening (menapis) apabila dirinya mengalami fatigue. Advices atau rekomendasi dari aplikasi ini bisa mengarahkan pilot mengenai apa yang dapat dilakukan dan kapan harus mendapatkan pertolongan dokter spesialis penerbangan,” tutur Retno.
Menurut dia, dengan mengenali tanda fatigue, pilot diharapkan bisa melakukan tindakan pengelolaan yang tepat untuk mengatasi kelelahannya. Kelelahan tidak dapat diselesaikan oleh pilot itu sendiri. Penyelesaian masalah kelelahan pada pilot di penerbangan membutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik pilot, akademisi, dokter, maupun pemangku kebijakan lainnya.
Penilaian tingkat kelelahan pada pilot lewat aplikasi Frames dapat diketahui melalui sejumlah kuesioner yang tersedia. Dalam aplikasi tersebut terdapat tiga fitur utama, yakni fitur screening, penilaian aktivitas fisik, dan penilaian kualitas tidur.
Baca juga: Jangan Sepelekan Mengantuk, Kasus Pilot Batik Air Tertidur Bisa Dicegah
Pada fitur screening, sejumlah pertanyaan akan diberikan pada pilot untuk mengetahui apakah pilot tersebut mengalami kelelahan kronis atau tidak. Identifikasi kelelahan kronis pada pilot sangat penting karena sebagian besar kasus kelelahan pada kru penerbangan, khususnya pilot, merupakan kelelahan kronis. Kelelahan kronis merupakan kondisi kelelahan yang berlangsung lebih dari dua minggu yang tidak dapat diatasi hanya dengan tidur ataupun istirahat.
Dalam aplikasi ini juga terdapat fitur untuk penilaian (assessment) aktivitas fisik dari pilot. Selain itu, ada pula fitur untuk penilaian kualitas tidur. Aktivitas fisik dan kualitas tidur sangat berpengaruh dalam pengelolaan kondisi kelelahan seseorang.
Retno menuturkan, kuesioner-kuesioner yang digunakan untuk menilai kondisi kelelahan serta aktivitas fisik dan kualitas tidur dalam aplikasi ini sudah tervalidasi dari para pakar. Untuk menilai kondisi kelelahan kronis digunakan kuesioner CIS20. Kuesioner tersebut terdiri atas 20 pertanyaan. Sementara itu, kuesioner untuk menilai kualitas tidur menggunakan kuesioner The Jenkins Sleep Scale.
Setelah semua pertanyaan diisi, beberapa nasihat atau rekomendasi akan diberikan sesuai dengan hasil penilaian. Nasihat itu tidak hanya bagi pilot dengan kondisi kelelahan kronis, tetapi juga yang tidak mengalami gangguan. Adapun nasihat yang diberikan, antara lain, saran untuk melakukan modifikasi gaya hidup hingga konsultasi kepada tenaga profesional, seperti dokter spesialis penerbangan.
Retno memastikan, semua hasil penilaian dalam aplikasi ini terjamin kerahasiaannya. Kerahasiaan data dari pilot menjadi perhatian utama dalam pengembangan aplikasi Frames. Aplikasi ini dapat diintegrasikan dengan aplikasi yang sudah terbangun dalam maskapai. Dengan adanya integrasi tersebut, kerahasiaan data pilot pun tetap bisa diatur. Salah satunya dengan adanya perjanjian nondisclosure ataupun mekanisme lainnya, seperti hanya data hasil assessment yang disampaikan kepada maskapai, bukan data pribadi dari pilot.
Sejumlah pengembangan pun masih akan dilakukan terhadap aplikasi tersebut. Aplikasi ini, menurut rencana, akan dikembangkan agar bisa digunakan oleh penerbangan militer ataupun penerbangan carter dan penerbangan tidak terjadwal (unscheduled flight).
Selain itu, pengembangan juga akan dilakukan pada konten, tampilan, dan perluasan ketersediaan untuk penggunaan iPhone atau iOS. Saat ini, aplikasi Frames baru bisa diunduh melalui Playstore untuk Android dengan nama Frame Aviation.
”Dengan adanya aplikasi ini, fatigue diharapkan dapat dicegah dan memastikan kinerja performa awak penerbangan tetap optimal. Semangat atau spirit dari aplikasi ini adalah bukan untuk menyalahkan (blaming), melainkan mengajak pilot memiliki self awareness untuk memelihara kesehatan atau untuk maskapai mendukung kesehatan pilotnya,” tutur Retno.