Cuti ayah diperlukan agar ibu yang melahirkan bisa memaksimalkan asupan ASI eksklusif bagi bayinya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gagasan pemberian cuti bagi ayah untuk mendampingi istri melahirkan diharapkan bukan sekadar wacana. Pemberian cuti sangat dibutuhkan untuk mendukung peran suami siaga.
Selain itu, pemberian cuti bagi ayah juga sekaligus mendukung asupan ASI eksklusif ibu kepada bayinya. Hal itu berdampak jangka panjang sebagai pencegahan tengkes pada anak.
”Kenapa suami penting mendampingi istri sejak satu minggu sebelum hari perkiraan lahir (HPL)? Itu karena sejak satu minggu sebelum HPL, perempuan sering sudah merasakan kontraksi nyeri pinggang, pegal-pegal, dan belum teratur. Terkadang juga sudah keluar lendir darah sehingga istri menjadi cemas, khawatir,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo saat dihubungi di Jakarta, Selasa (19/3/2024).
Ibu yang melahirkan, lanjutnya, membutuhkan pendampingan dari suami sejak persiapan melahirkan, proses persalinan, hingga setelah melahirkan. Selain itu, situasi menuju waktu persalinan juga sering menimbulkan rasa cemas dan khawatir pada istri, terutama saat menunggu waktu pembukaan. ”Karena itu, penting sebagai suami siaga untuk selalu mendampingi,” ucap Hasto.
Ia menambahkan, pendampingan dari suami juga diperlukan saat proses melahirkan hingga setelah melahirkan. Setelah melahirkan, perempuan umumnya akan mengalami perubahan kondisi tubuh secara signifikan karena lepasnya plasenta. Selain itu, perubahan kondisi tubuh juga akan terjadi akibat dampak dari berhentinya produksi hormon di plasenta secara mendadak.
Itu sebabnya, hari-hari setelah persalinan sampai pada hari kesepuluh menjadi masa kritis bagi seorang ibu yang baru melahirkan. Biasanya, pada masa-masa ini, seorang ibu akan mendalami rasa cemas yang berlebihan, gelisah, hingga menimbulkan gangguan kesehatan jiwa yang juga dikenal sebagai post-partum blues ataupun post-partum depression. Pada kondisi ini, seorang ibu bisa terlihat tiba-tiba menangis atau bahkan sebaliknya, menjadi psikosis atau sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
ASI eksklusif
Hasto menambahkan, cuti bagi suami untuk mendampingi istri melahirkan pun sangat bermanfaat untuk mendukung kesuksesan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI eksklusif itu berarti pemberian air susu ibu secara intensif bagi bayi setidaknya selama enam bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain selain ASI.
”Hal ini perlu dukungan suami agar setelah ibu melahirkan, ASI bisa dihasilkan secara produktif oleh ibu dan bisa mencukupi kebutuhan bayi. Tidak suksesnya pemberian ASI sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting (tengkes),” tuturnya.
Hasto pun mendukung adanya pemberian cuti bagi ayah untuk mendampingi istri melahirkan. Pendampingan dan dukungan suami selama beberapa hari, minimal tujuh hari sebelum melahirkan dan sepuluh hari sesudah persalinan, sangat penting bagi ibu. Itu termasuk untuk mendukung kesuksesan pemberian ASI eksklusif pada anak.
Kalau bapaknya justru cuek dan cuti yang diberikan tidak digunakan untuk mendukung ibu dan bayinya, itu malah akan percuma.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, dukungan ayah dalam pemberian ASI eksklusif sangat bermakna. Apabila ASI eksklusif bisa sukses diberikan sejak dini karena dukungan ayah, itu dapat berdampak jangka panjang pada penurunan tengkes.
”Namun, keberhasilan itu bisa tercapai asalkan si ayah juga berperan dalam mendukung ibu memberikan ASI eksklusif. Ayah harus bisa berperan sebagai ayah ASI sekaligus ayah siaga. Kalau bapaknya justru cuek dan cuti yang diberikan tidak digunakan untuk mendukung ibu dan bayinya, itu malah akan percuma,” ujarnya.
Menurut Piprim, ayah siaga dapat diwujudkan dengan memberikan dukungan penuh bagi istri sebelum sampai setelah melahirkan. Dukungan ini akan sangat bermakna bagi ibu, terlebih bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan.
Sebagai ayah siaga, ayah juga harus mampu mengasuh bayi. Ibu juga perlu waktu istirahat yang cukup. Selain itu, ayah pun perlu memastikan bisa menjadi ayah ASI yang turut mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Itu sebabnya, ayah membutuhkan edukasi dan informasi yang baik mengenai persiapan melahirkan dan pemberian ASI eksklusif. Kelas-kelas edukasi mengenai persiapan melahirkan dan mendukung tumbuh kembang anak pun perlu diikuti oleh ayah.
Ayah sebaiknya juga memahami bahwa pemberian ASI pada 24-48 jam pertama setelah melahirkan sangat penting. Pada fase itu perlu diupayakan bayi tidak mendapatkan susu formula, melainkan hanya dari air susu ibu.
Meskipun jumlah ASI masih sedikit, bayi sebaiknya hanya mendapatkan ASI dari ibunya pada awal kelahiran. Hal itu karena sebenarnya bayi belum membutuhkan banyak ASI. Pada masa itu, bayi masih bisa bertahan dengan menggunakan cadangan lemak cokelat yang ada di tubuhnya.
”Jadi, cuti ayah itu akan bermanfaat kalau ayah paham tentang ilmu ASI dan mendukung bayi dan istrinya. Kalau tidak, cuti yang diberikan pada bapak itu akan percuma,” kata Piprim.