Gelombang Ekuatorial dan Bibit Siklon Memicu Cuaca Ekstrem di Indonesia
Selain hujan lebat dan gelombang tinggi, sejumlah pesisir berpotensi dilanda banjir rob.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Indonesia dipicu oleh aktifnya sejumlah gelombang ekuatorial dan munculnya dua bibit siklon di Samudra Hindia. Selain hujan lebat dan gelombang tinggi, sejumlah pesisir berpotensi dilanda banjirrob.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, di Jakarta, Kamis (14/3/2024), mengatakan, gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat terjadi di Samudra Hindia barat Aceh hingga Bengkulu. Hal ini berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Sementara itu, gelombang Kelvin yang bergerak ke arah timur terjadi di wilayah Papua bagian selatan dan Samudra Pasifik sebelah utara Papua yang berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Faktor lain adalah keberadaan gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) yang pada tanggal 11 Maret 2024 terpantau di kuadran 4 yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. ”Keberadaan MJO secara spasial terpantau aktif di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Kalimantan Utara bagian utara, Papua, dan Papua Tengah yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut,” kata Guswanto.
Menurut dia, kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama terjadi di Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan Nusa Tenggara Barat, Jawa-Bali, NTB, Nusa Tenggara Timur, Laut Jawa, Laut Banda, Sulawesi Selatan dan Tenggara bagian selatan, Maluku Utara, Papua Selatan, dan Laut Arafura. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Berdasarkan pantauan BMKG, bibit siklon tropis 91S muncul di Samudra Hindia bagian tenggara selatan NTB. Sistem ini membentuk daerah konvergensi dan menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin di atas 25 knot di Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB.
Bibit siklon tropis 94S juga muncul di Teluk Carpentaria, Australia. Sistem ini membentuk daerah konvergensi memanjang di Australia bagian utara dan menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin di atas 25 knot dari Laut Banda dan Laut Timor hingga Australia bagian utara Samudra Hindia selatan NTT hingga Australia bagian utara.
Berdasarkan model prakiraan hujan BMKG, hujan ekstrem pada tanggal 14 Maret 2024 bisa terjadi di Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Papua. Untuk tanggal 15 Maret 2024, hujan ekstrem berpotensi melanda NTB, NTT, dan Papua.
Guswanto menambahkan, prakiraan berbasis dampak (impact-based forecast/IBF) menunjukkan, ada sejumlah daerah yang masuk level Waspada dan Siaga terhadap cuaca ekstrem.
Daerah dalam kategori Waspada untuk tanggal 14 Maret 2024 meliputi Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, dan Papua. Sementara untuk tanggal 15 Maret 2024 meliputi Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Papua.
Potensi banjir rob bisa terjadi di pesisir barat Banten, pesisir selatan Banten dan Jawa Barat, serta pesisir selatan Jawa Timur.
Daerah dalam kategori Siaga hujan ekstrem untuk tanggal 14 Maret 2024 meliputi Kalimantan Tengah dan NTT. Adapun untuk tanggal 15 Maret 2024 di Kalimantan Tengah dan NTT.
”Prakiraan berbasis dampak atau impact-based forecast (IBF) merupakan informasi prakiraan yang sudah memperhitungkan potensi dampak yang akan terjadi akibat dari cuaca," katanya.
Kepala Pusat Maritim BMKG Eko Prasetyo juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi dan potensi banjir rob yang berpeluang terjadi hingga 17 Maret 2024. Menurut dia, bibit siklon 18S di selatan Jawa Barat dan tekanan rendah di tenggara NTT telah menyebabkan angin bergerak dari barat daya hingga barat laut dengan kecepatan 35 knot di sejumlah perairan.
Dengan kondisi ini, tinggi gelombang laut 2,5-4 meter bisa terjadi di perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, selatan Banten hingga Pulau Sumba, Selat Bali-Badung-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Barat, serta Laut Arafuru. Sementara gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur dan Samudra Hindia selatan Bali hingga NTT.
Eko juga memperingatkan potensi banjir rob yang bisa terjadi di pesisir barat Banten, pesisir selatan Banten dan Jawa Barat, serta pesisir selatan Jawa Timur. ”Kami mengimbau masyarakat untuk memperhatikan risiko gelombang tinggi maupun gelombang alun atau swell tinggi di pesisir pantai yang dapat menyebabkan rip current atau arus balik laut serta meningkatkan risiko aktivitas di sekitar pesisir pantai. Dimohon kepada masyarakat yang tinggal, beraktivitas, di wilayah pesisir pantai di sekitar pesisir pantai yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar selalu waspada,” katanya.