logo Kompas.id
HumanioraPelajar Serukan Generasi Muda ...
Iklan

Pelajar Serukan Generasi Muda Jaga Etika dan Moral

Bukan hanya kalangan akademisi dan guru yang menyuarakan etika dan moral dalam berpolitik, pelajar juga ikut bersuara.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 4 menit baca

Bertempat di SMAN 13 Jakarta, Selasa (13/2/2024), pelajar SMAN 13 Jakarta dan Komunitas Neo Historia menginisiasi sebuah gerakan dialogis dan kolaboratif bertajuk Official Collaboration Talkshow Sejarah Politik “Merajut Politik dalam Sejarah” yang bertujuan memberikan pendidikan sejarah, politik, dan demokrasi kepada generasi muda.
DOKUMENTASI SMAN 13 JAKARTA

Bertempat di SMAN 13 Jakarta, Selasa (13/2/2024), pelajar SMAN 13 Jakarta dan Komunitas Neo Historia menginisiasi sebuah gerakan dialogis dan kolaboratif bertajuk Official Collaboration Talkshow Sejarah Politik “Merajut Politik dalam Sejarah” yang bertujuan memberikan pendidikan sejarah, politik, dan demokrasi kepada generasi muda.

JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda mengajak sesamanya untuk mendekatkan diri ke dunia politik dengan belajar dari sejarah. Indonesia mencatat banyak tonggak penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini yang diwarnai peran generasi muda dalam memperjuangkan demokrasi dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Bertempat di SMAN 13 Jakarta, Selasa (13/2/2024), pelajar SMAN 13 Jakarta dan Komunitas Neo Historia memanfaatkan satu hari menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 untuk belajar politik dari sejarah. Para pelajar juga membacakan deklarasi imbauan dari generasi muda untuk generasi muda tentang pendidikan sejarah, politik, dan demokrasi menjelang Pemilu 2024.

Abdullah Said, siswa SMA Kelas XI yang juga Founder Skeptis Indonesia, menyatakan, para siswa SMA yang peduli terhadap sejarah, politik, dan demokrasi menginisiasi sebuah gerakan dialogis dan kolaboratif bertajuk Official Collaboration Talkshow Sejarah Politik ”Merajut Politik dalam Sejarah”. Gerakan ini bertujuan memberikan pendidikan sejarah, politik, dan demokrasi kepada generasi muda agar mereka dapat mengenali identitasnya sebagai bangsa, menjaga keutuhan bangsa melalui penerapan nilai-nilai demokrasi Pancasila.

Baca juga: Guru Diajak Setia pada Pendidikan Karakter dan Etika

Generasi muda juga diajak berkontribusi secara nyata dalam pembangunan nasional. Mereka diharapkan juga dapat mengambil peran sebagai agen- agen politik yang senantiasa berpihak kepada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Teladan pemuda

Ayla Adhinda Pramono, siswa kelas X yang juga Ketua Forum Anak Jakarta Utara, mengatakan, menjelang H-1 pemilu, mewakili generasi muda, juga mengimbau agar anak-anak muda mau mendekatkan diri ke dunia politik dengan belajar dari sejarah dan mengambil contoh dari para pendiri bangsa. Dia menyebut Bung Karno, seorang arsitek dan politisi, mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di usia 26 tahun.

Pelajar mengunjungi Candi Bajang Ratu di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (3/10/2023).
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pelajar mengunjungi Candi Bajang Ratu di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (3/10/2023).

Iklan

Ia juga menyebut sosok Bung Hatta, seorang ekonom dan politisi yang mendirikan Perhimpunan Indonesia di usia 25 tahun serta sosok Sutan Sjahrir yang menjadi perdana menteri termuda di dunia dalam usia 36 tahun. Ada juga Maria Ulfa, tokoh politik perempuan sekaligus perempuan pertama yang meraih gelar sarjana hukum dari Belanda di usia 33 tahun, serta masih banyak lagi.

”Kami juga mengimbau kepada anak-anak muda agar senantiasa menjunjung tinggi etika dan moral serta menjaga demokrasi Pancasila dengan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024 secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, cerdas, dan bertanggung jawab.” kata Alfito Rizki, siswa Kelas XII dan Co-Founder Skeptis Indonesia.

Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia yang juga Guru SMAN 13 Jakarta, Sumardiansyah Perdana Kusuma, mengatakan, saat ini berbagai gerakan sosial untuk menjaga demokrasi, etika, dan moral bangsa datang dari dunia pendidikan, antara lain kalangan akademisi dan organisasi guru. ”Para generasi muda, khususnya pelajar, juga ingin ikut bersuara. Dari pendidikan sejarah mereka tahu, pemuda menunjukkan jati diri menjaga demokrasi dan keutuhan NKRI,” tuturnya.

Partisipasi politik masyarakat ini penting karena keputusan nanti juga akan ada pengaruhnya sampai ke harga cabai dan beras.

Sumardiansyah menambahkan, banyak pelajar SMA sebagai pemilih pemula yang hanya ikut-ikutan, tidak memahami pilihan mereka. Ia berharap agar para guru dapat mendekatkan politik kepada siswa dengan formulasi Merdeka Belajar yang kontekstual, dialogis, dan kolaboratif.

Kepala SMAN 13 Jakarta Tuti Sukarni mengatakan, anak-anak muda belajar tentang demokrasi yang beretika ini selaras dengan Profil Pelajar Pancasila dan cerdas berkarakter. ”Topik politik sensitif, tetapi anak-anak muda perlu diberi ruang karena dengan Merdeka Belajar, pembelajaran yang berpusat pada siswa didapat dari belajar kontekstual, termasuk momen pemilu,” ujar Tuti.

Pemandu museum menjelaskan sejarah yang ada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, kepada siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ceger, Minggu (13/8/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Pemandu museum menjelaskan sejarah yang ada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, kepada siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ceger, Minggu (13/8/2023).

Di webinar diskusi dan refleksi guru yang bertopik Bersama Menjaga Pemilu yang digelar Yayasan Cahaya Guru (YCG), Dewan Pembina YCG, Shahnaz Haque, mengajak semua lapisan masyarakat, terutama para guru, untuk aktif menjaga demokrasi dan bijak menyikapi pemilu. ”Partisipasi politik masyarakat ini penting karena keputusan nanti juga akan ada pengaruhnya sampai ke harga cabai dan beras,” ujarnya.

Oleh karena itu, Shahnaz mengajak masyarakat untuk secara terang benderang dan paham dengan pilihan yang diambil. ”Kalaupun tidak memilih, ya tetap dihormati. Namun, partsipasi aktif untuk pemilu adil, bersih, dan mewakili masyarakat Indonesia dari sektor pendidikan dibutuhkan untuk dapat menjaga integritas demokrasi dan menegakkan keadilan,” ujarnya.

Menurut Shahnaz, YCG dalam menyambut pemilu membuat rangkaian webinar diskusi dan refleksi guru untuk membuat guru berdaya. Tujuannya supaya para guru sebagai dan warga negara berdaya untuk ikut serta menjaga Indonesia.

Baca juga: Urgensi Menjaga Etika Politik dan Demokrasi di Pemilu 2024

Sebelumnya, sejumlah organisasi guru menyerukan agar para guru Indonesia setia menjalankan pendidikan karakter dan menjadi teladan dalam prinsip etika. Selain itu, guru juga diajak menjaga independensi dan merawat iklim sekolah yang saling menghormati di tengah keragaman pilihan. Seruan ini disampaikan delapan organisasi guru yang diberi judul ”Petisi Pendidikan Kita Berpihak kepada Anak, Bersetia pada Etika”.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000