Program Jejaring Pengampuan Layanan Kanker Mulai Berjalan
Program pengampuan layanan kanker diharapkan meningkatkan kualitas dan memberikan layanan yang merata di masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program jejaring pengampuan pelayanan kanker mulai berjalan di sejumlah wilayah. Melalui pengampuan ini, diharapkan layanan kanker bisa terselenggara merata di seluruh wilayah. Tata laksana dini dan tepat pada pasien kanker serta penurunan angka kematian prematur akibat kanker pun bisa terwujud.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, keterlambatan diagnosis dan intervensi pada pasien kanker di Indonesia membuat angka kematian akibat kanker menjadi tinggi. Keterlambatan diagnosis dan layanan tersebut dapat disebabkan karena kesadaran masyarakat yang kurang serta akses layanan yang masih sulit.
Selain itu, sejumlah rumah sakit belum memiliki kualitas layanan yang baik. Ketersediaan alat kesehatan dan sumber daya kesehatan yang kompeten, terutama dokter spesialis terkait kanker, belum memadai.
”Hal-hal seperti ini akan kita bereskan bersama-sama melalui sistem pengampuan yang oleh Kementerian Kesehatan sudah kita tetapkan sebagai salah satu program nasional untuk mengatasi beberapa penyakit yang progresif dan berbiaya tinggi, termasuk kanker,” ujar Dante dalam acara peluncuran Program Pengampuan Layanan Kanker Regional RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta, Senin (5/2/2024).
Program pengampuan pelayanan kanker akan dilakukan dengan meningkatkan kualitas setiap rumah sakit di daerah beserta dengan kualitas sumber daya manusia dan alat kesehatan yang dibutuhkan. Dengan begitu, cakupan layanan kanker di masyarakat bisa semakin luas dan mudah diakses.
Dante menyampaikan, pemerintah menargetkan setiap provinsi bisa memiliki satu rumah sakit dengan stratifikasi kemampuan paripurna ataupun utama dalam pelayanan kanker serta kemampuan madya di tingkat kabupaten/kota.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1337 Tahun 2023 tentang Rumah Sakit Jejaring Pengampuan Pelayanan Kanker telah ditetapkan sejumlah indikator hasil dari program pengampuan pelayanan kanker. Beberapa indikator itu, antara lain, ialah terselenggaranya layanan kanker pada setiap rumah sakit yang diampu, tercapainya cakupan 90 persen penatalaksanaan dini dan tepat sehingga terjadi penurunan stadium kanker, tersedianya data kanker berbasis rumah sakit dan berbasis populasi, penurunan lolos dari pemantauan (loss to follow up) kurang dari 5 persen dari insiden kanker, serta penurunan angka kematian prematur akibat kanker sebesar 25 persen pada usia dewasa.
Program pengampuan pelayanan kanker akan dilakukan dengan meningkatkan kualitas setiap rumah sakit di daerah beserta dengan kualitas sumber daya manusia dan alat kesehatan yang dibutuhkan.
Adapun rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit pengampu dengan stratifikasi kemampuan paripurna, yakni RSUP H Adam Malik Medan, RSUP Dr M Djamil Padang, RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP Persahabatan Jakarta, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr Kariadi Semarang, RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RS Umum Daerah Dr Soetomo, RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar, RSUP Prof Dr R D Kandou Manado, dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sementara RS Kanker Dharmais Jakarta ditunjuk sebagai koordinator jejaring pengampuan pelayanan kanker.
”Saya harap peningkatan kompetensi pada rumah sakit di daerah ini bisa berlangsung cepat dan tepat supaya kita bisa memberikan layanan yang berkualitas di masyarakat. Saya akan lakukan monitoring apakah layanan dari pengampuan ini berjalan dengan baik,” kata Dante.
Ketua Tim Pengampuan Jejaring Layanan Prioritas Kanker RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Soehartati Gondhowiardjo menuturkan, RSCM yang ditunjuk sebagai rumah sakit pengampu bertanggung jawab mengampu lima rumah sakit di empat provinsi, yakni RSUD Dr H Abdul Moeloek Lampung, RSUP Dr Sitanala Tangerang, RSUD Banten, RSUD Dr Soedarso Pontianak, dan RSUD Ulin Banjarmasin. Pemetaan terhadap kelima rumah sakit tersebut sudah dilakukan sehingga pengampuan yang diberikan bisa sesuai dengan kondisi rumah sakit masing-masing.
”Tujuan kita agar bisa close the gap (menutup kesenjangan) dari setiap rumah sakit, mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia, sistem, dan standar lainnya. Kita sebagai pengampu berupaya menjadikan rumah sakit-rumah sakit di bawah kita menjadi rumah sakit yang bisa melayani kanker dengan level utama,” katanya.
Soehartati mengatakan, terdapat empat jenis kanker yang akan menjadi prioritas dalam program pengampuan, yakni kanker payudara, kanker serviks, kanker paru, dan kanker anak. Keempat jenis kanker tersebut merupakan jenis kanker dengan beban yang tinggi di Indonesia.
Multisektor
Ia menambahkan, upaya peningkatan kualitas layanan kanker di Indonesia harus bisa dilakukan oleh sejumlah pihak. Pemerintah daerah pun diharapkan bisa mendukung pelayanan kanker bagi masyarakat di daerahnya. Sebab, penyakit kanker tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan pasien, tetapi juga pada aspek finansial dan sosial dari pasien dan keluarga. Sekalipun pembiayaan kanker ditanggung dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, biaya lain masih harus dikeluarkan, seperti biaya transportasi, akomodasi, serta kehilangan pemasukkan akibat cuti atau izin selama perawatan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh RSCM menunjukkan, hampir 80 persen pasien kanker yang menjalani pengobatan mengalami keadaan toksisitas finansial atau efek disruptif dari biaya perawatan kanker. Keadaan ini terus berlangsung sejak 12 bulan setelah didiagnosis kanker hingga lebih dari 30 bulan. Selain itu, lebih dari 36 persen pasien yang menjalani pengobatan kanker mengalami kebangkrutan.
”Diperlukan dukungan pemerintah dan juga kerja sama multilateral dalam memberikan bantuan finansial maupun psikososial agar pasien dan keluarganya dapat menjalani proses perawatan dan penyembuhan dengan baik dan paripurna tanpa merusak tatanan kehidupan keluarganya lebih lanjut,” kata Soehartati.