logo Kompas.id
HumanioraBelum Ada Upaya Konkret...
Iklan

Belum Ada Upaya Konkret Pengembangan Iptek dari Ketiga Capres

Ketiga kandidat dinilai masih memberikan kesan normatif dan belum menegaskan upaya konkret dalam pengembangan iptek.

Oleh
PRADIPTA PANDU
· 3 menit baca
Aktivitas peneliti di Laboratorium Genomik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/7/2023).
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Aktivitas peneliti di Laboratorium Genomik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/7/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Ketiga calon presiden menekankan pentingnya penguasaan teknologi dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia. Namun, ketiga kandidat dinilai memberi kesan normatif dan belum menegaskan upaya konkret dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek.

Debat kelima calon presiden diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam. Debat terakhir ini membahas tema seputar kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Daniel Murdiyarso menyampaikan, tidak ada satu pun kandidat memberi penekanan yang kuat dan konkret tentang pengembangan iptek. Hal ini sudah dapat diduga karena iptek dianggap bukan sebagai isu populis.

”Angka-angka yang disampaikan (dalam debat) sekadar statistik untuk memberi kesan normatif. Namun, mereka sama sekali tidak menyampaikan pesan darurat ketertinggalan iptek dan keterpurukan Indonesia di bidang ini,” ujarnya, Senin (5/2/2024).

Daniel menyoroti sejumlah pernyataan ketiga capres terkait penguatan teknologi informasi dalam debat ini. Pernyataan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, tentang pengiriman mahasiswa ke luar negeri terkesan hanya mengatasi gejala tanpa memahami akar permasalahan yang mendasar terkait pemajuan iptek.

Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden bergandengan tangan di panggung di sesi akhir debat putaran kelima calon presiden dalam rangkaian Pemilu 2024, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (4/2/2023). Debat kelima ini bertema seputar kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden bergandengan tangan di panggung di sesi akhir debat putaran kelima calon presiden dalam rangkaian Pemilu 2024, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (4/2/2023). Debat kelima ini bertema seputar kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Kemudian, pernyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, tentang rencana mendatangkan pakar ke Indonesia untuk alih teknologi dipandang sebagai solusi yang terburu-buru. Padahal, Anies sudah pernah terjun merasakan dan melihat persoalan tersebut.

Selain itu, Daniel kurang sependapat dengan pernyataan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, tentang pembangun pabrik di dalam negerisebagai upaya transfer teknologi. ”Agak naif ketika capres nomor urut 3 memandang peranan iptek seperti mencetak tukang di assembly lines (jalur perakitan),” tuturnya.

Angka-angka yang disampaikan (dalam debat) sekadar statistik untuk memberi kesan normatif. Mereka tak menyampaikan pesan darurat ketertinggalan iptek dan keterpurukan Indonesia di bidang ini.

Iklan

Daniel menegaskan, AIPI dan kalangan akademisi umumnya berharap setiap kandidat mengemukakan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan dana riset secara signifikan. Hal ini amat penting karena pendanaan riset di Indonesia hanya 0,25 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun PDB Indonesia 2022 sekitar Rp 19.588 triliun.

Baca juga: Menyelami Visi Iptek Capres

Setiap kandidat seharusnya menunjukkan keberpihakan pada pengembangan iptek dengan mengalokasikan dana riset dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sektor pendidikan yang mencapai 20 persen atau hampir Rp 700 triliun.

Di sisi lain, perlu memastikan pengembangan iptek bersifat aplikatif, eksploratif, dan strategis mendasar serta jangka panjang.

Sebelumnya, Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) yang juga Guru Besar Ilmu Bedah Anak Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Gunadi menyebut, bidang riset dan inovasi tidak populer di mata capres-cawapres. Mereka yang ada di sektor ini umumnya kelas menengah atas yang jumlahnya sedikit.

https://cdn-assetd.kompas.id/e_UyAxafklz4ktR-_hbyu81mfsQ=/1024x2140/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F08%2F11%2F20210810-H01-ARS-Anggaran-Riset-mumed_1628616061_png.png

Selain itu, Gunadi menyoroti kecilnya anggaran riset dalam APBN ataupun persentasenya terhadap pendapatan domestik bruto menunjukkan rendahnya perhatian pemimpin negara terhadap riset dan inovasi (Kompas.id, 15/1/2024).

Pernyataan capres

Pernyataan capres terkait dengan pentingnya penguasaan teknologi banyak disampaikan saat menjawab pertanyaan moderator mengenai langkah strategis setiap kandidat dalam membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi.

Menjawab pertanyaan moderator, Anies Baswedan mengatakan ingin membangun industri manufaktur teknologi informasi, seperti telepon seluler atau ponsel dengan cara pairing. Ia ingin meningkatkan kualitas manusiadan mendatangkan pakar untuk bisa alih teknologi bersama-sama.

Baca juga: Visi-Misi Capres-Cawapres: Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemah

Saat menyampaikan visi-misinya, Prabowo Subianto menyebut akan mengirimkan lebih banyak siswa ke luar negeri dengan meningkatkan program beasiswa. ”Kita ingin lebih banyak yang belajar di luar negeri. Kita rebut teknologinya dan ilmu pengetahuannya,” tuturnya.

Sementara Ganjar Pranowo menyatakan, upaya transfer teknologi dapat dilakukan dengan membangun pabrik di dalam negeri. ”Upaya ini pernah dilakukan di India sehingga terjadi transformasi pengetahuan dan teknologi. Kita juga dapat nilai tambah dan mencapai kemandirian agar tak tergantung (dengan pihak lain),” ujarnya.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000