Cawapres Saling Singgung soal Bioregion, ”Greenflation”, dan ”Food Estate”
Berbagai istilah muncul dalam debat cawapres, dari bioregional, inflasi hijau, hingga ”food estate”.
JAKARTA, KOMPAS – Ketiga calon wakil presiden saling melempar pertanyaan untuk menggali komitmen dan gagasan satu sama lain terhadap pengelolaan sumber daya alam dan mengatasi krisis iklim. Berbagai istilah pun muncul, mulai dari bioregional, inflasi hijau, hingga food estate.
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, mengatakan, pembangunan berkelanjutan harus dilakukan melalui bioregional. Bioregion adalah bentuk pengelolaan sumber daya alam yang tidak ditentukan batasan politik dan administratif, tetapi dibatasi kawasan tanpa merusak ekosistem.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Muhaimin menambahkan, keberpihakan kepada masyarakat menjadi kunci agar semua pembangunan kawasan bioregion sesuai dengan kearifan lokal dan potensi yang sesuai tanpa merusak. Selama ini, pembangunan dinilai tidak melibatkan masyarakat.
”Misalnya Papua, jangan pernah salah membangun Papua, Papua harus berbasis pemerataan dan keadilan sempurna. Lalu, Maluku dengan kekuatan maritimnya bisa menjadi bioregional untuk pengembangan kelautan dan perikanan, dan Jawa bisa menumbuhkan potensi ekonomi yang berkelanjutan,” kata Muhaimin di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024) malam.
Aspek keberlanjutan
Menanggapi ini, cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menegaskan, dirinya bersama capres Prabowo Subianto akan melanjutkan program Presiden Joko Widodo yang berjalan 10 tahun terakhir dengan pembangunan yang Indonesiasentris. Pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur menjadi salah satu simbolnya.
”Pembangunan yang masif harus memperhatikan aspek keberlanjutan. Kita pastikan akan mencari titik tengah keseimbangan, mendorong hilirisasi sekaligus memperhatikan lingkungan hidup, menggenjot produktivitas petani sektor maritim dengan memperhatikan keseimbangan alam,” tuturnya.
Tema debat cawapres kedua ini ialah pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.
Gibran kemudian mempertanyakan pandangan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, terkait greenflation (inflasi hijau). Inflasi hijau ini menjadi paradoks dalam upaya melawan perubahan iklim karena makin cepat transisi energi terbarukan, maka akan semakin mahal pula biaya yang dikeluarkan dalam jangka pendek. Hasilnya, berbagai harga produk ikut tertekan selama masa transisi.
Mahfud menjawab, semua permasalahan itu bisa diatasi dengan regulasi yang tepat dan berperspektif lingkungan. ”Oleh karena itu, untuk mengatasi ini, harus dengan kebijakan dan diatur datanya. Misalnya, kecenderungannya di sini begini, kebijakannya harus begini,” ungkapnya.
Pelibatan warga minim
Saat Mahfud dan Muhaimin bertanya jawab, keduanya sepakat proyek food estate (lumbung pangan) yang digarap Kementerian Pertahanan era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga capres nomor urut 2 harus dievaluasi. Proyek itu dinilai terbukti gagal dan perencanaannya tanpa melibatkan warga.
Baca juga: Bansos Tetap Bergulir di Tahun Politik
Selain itu, Mahfud menyoroti Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 35/PUU-X/2012 tentang Hutan Adat yang diputuskannya saat masih menjabat hakim MK juga belum dilakukan optimal sampai saat ini. Sementara masyarakat sipil yang berjuang membela reforma agraria justru dikriminalisasi.
”Saya juga pernah membuat putusan MK agar definisi hutan adat itu betul-betul dibedakan dari definisi hutan negara, definisi hutan adat sekarang itu sering menyingkirkan masyarakat adat dari hak hidupnya,” ucapnya.
Tema debat cawapres kedua ini ialah pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.
Adapun 11 panelis yang menyusun pertanyaan dalam debat kali ini adalah Abrar Saleng, Arie Sudjito, Arif Satria, Dewi Kartika, Fabby Tumiwa, Hariadi Kartodihardjo, Ridwan Yahya, Rukka Sombolinggi, Sudharto P Hadi, Sulistyowati Irianto, dan Tubagus Furqon Sofhani.