Tiga Kasus Polio Dilaporkan, Dua di Jawa Timur dan Satu di Jawa Tengah
Setidaknya ada tiga kasus lumpuh layuh akut akibat penularan virus polio tipe dua. Masyarakat diharapkan waspada dan segera melengkapi status imunisasi pada anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak tiga kasus lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis/AFP) akibat virus polio tipe dua telah dilaporkan. Satu kasus dilaporkan di Jawa Tengah dan dua kasus dilaporkan di Jawa Timur. Penyelidikan epidemiologi masih dilakukan sebagai respons penemuan kasus polio tersebut.
Pelaksana Harian Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Lily Banonah, Jumat (5/1/2024), di Jakarta, mengatakan, dua kasus lumpuh layuh akut akibat virus polio tipe dua ditemukan pada Desember 2023. Keduanya ditemukan dengan kronologi kasus yang berbeda.
Kasus lumpuh layuh akut pertama dialami oleh anak perempuan berusia 6 tahun di Jawa Tengah dengan inisial NH. Dari keterangan orangtua, NH ditemukan mengalami lumpuh layuh akut pada 21 November 2023 dengan status vaksinasi polio OPV tidak lengkap hanya dua kali pemberian vaksin OPV tetes.
Sementara kasus lumpuh layuh akut kedua dialami anak laki-laki berusia 1 tahun 11 bulan di Jawa Timur berinisial MAF. Kasus kedua tersebut mengalami lumpuh layuh pada 22 November 2023 dengan riwayat imunisasi lengkap, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan diketahui mengalami malnutrisi.
Pada kasus lumpuh layuh ketiga terjadi pada anak laki-laki berusia 3 tahun 1 bulan di Jawa Timur dengan inisial MAM. Lumpuh layuh dialami oleh kasus ketiga pada 6 Desember 2023. Dari riwayat vaksinasi, ditemukan sudah mendapatkan vaksinasi polio OPV sebanyak empat kali dan satu kali vaksin IPV. Hasil pemeriksaan laboratorium dari kasus ketiga ini baru dilaporkan pada 4 Januari 2024 dengan hasil positif virus polio tipe dua.
”Polio merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Virus polio dapat menular melalui air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus polio,” kata Lily.
Ia menambahkan, penularan virus polio bisa terjadi akibat rendahnya cakupan imunisasi polio di masyarakat. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, cakupan imunisasi polio tetes OPV4 (dosis keempat) hanya 63,5 persen dan imunisasi polio suntik IPV1 (dosis pertama) hanya 65 persen. Sementara target yang harus dicapai 95 persen agar perlindungan bisa optimal.
Polio merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Virus polio dapat menular melalui air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus polio.
Selain itu, penularan juga dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak bersih serta perilaku hidup bersih yang kurang baik. Itu seperti kebiasaan buang air besar sembarangan di sungai ataupun di sumber air yang juga digunakan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Menurut Lily, virus polio yang masuk ke tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio atau yang belum lengkap imunisasi polio akan lebih mudah berkembang biak. Virus dapat berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak yang bisa berakibat pada kelumpuhan.
”Untuk menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk berperan aktif. Masyarakat dapat memastikan anak memperoleh imunisasi rutin polio lengkap sesuai usia,” ujarnya.
Ia juga mengimbau agar setiap anak usia 0-7 tahun di seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, memperoleh imunisasi polio tetes tambahan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Hal ini sebagai respons dari ditemukannya kasus polio di wilayah tersebut.
Masyarakat diimbau pula untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat, termasuk buang air besar di jamban dengan tangki septik serta mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
”Masyarakat diimbau segera melapor kepada petugas kesehatan atau puskesmas terdekat bila menemukan anak usia di bawah 15 tahun dengan gejala lumpuh layuh mendadak,” ucap Lily.
Secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kementerian Kesehatan mendorong agar wilayah yang ditemukan adanya kasus polio untuk segera menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) agar penanganan bisa lebih menyeluruh. Selain itu, Sub-PIN (pekan imunisasi nasional) polio juga akan dilakukan di seluruh wilayah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, DIY. Surveilans kasus lumpuh layuh akut juga akan digencarkan agar kasus bisa ditemukan sejak dini.