”Kompas” dipercaya berjalan dengan visi dan misinya, yaitu ”mengingatkan yang mapan dan menghibur yang papa”.
Oleh
ASHADI SIREGAR, KETUA OMBUDSMAN ”KOMPAS”
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 yang menghantui dunia mulai reda pada 2022. Tahun 2023 ditandai kembalinya realitas di ruang publik dengan dinamika ”normal” pula. Maka, mencuatlah isu-isu panas, yang tak pelak menjadi ”makanan” bagi media pers guna diangkat dengan pendekatan pragmatis.
Fakta yang menjadi perhatian adalah interaksi antarpihak yang bersifat konflik, rivalitas, dan kontestasi tingkat personal, institusional, dan antarnegara. Dalam standar kelayakan berita konvensional, realitas ini menduduki tangga teratas.
Konflik pada tingkat ekstrem adalah ketegangan ancaman perang antarnegara atau bahkan perang dengan penghancuran nilai kemanusiaan. Karena itu, Kompas memperhatikan isu konflik dalam geopolitik di Asia Timur berupa provokasi Korea Utara kepada tetangganya, dan ketegangan China yang berhadapan dengan Taiwan dan Amerika Serikat. Di Timur Tengah, ada perang Hamas-Israel yang berdampak pada rakyat setempat. Ketegangan geopolitik ini menggeser perhatian atas perang Ukraina-Rusia yang masih berlangsung di Eropa.
Seiring dengan hal itu, masuk ke suasana politik domestik yang memanas menjelang Pemilihan Umum 2024. Politik berkonotasi rivalitas sehingga biasa menjadi berita keras (hard news) yang menarik minat khalayak. Bagian terbesar dari pemberitaan berfokus pada kepresidenan Joko Widodo. Dapat dicatat, mencuat pro-kontra perpanjangan periode kepresidenan, keriuhan tentang politik dinasti yang melingkupi pribadi Presiden serta spekulasi kemungkinan ketidaknetralannya.
Demikian kesan yang tertangkap dari liputan pragmatis Kompas untuk menyampaikan isu panas dari ranah politik. Di luar itu, kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara di level nasional dan daerah mendapat perhatian.
Liputan investigasi cukup menonjol pula. Liputan ini membongkar fenomena tersembunyi. Terakhir Kompas menguak judi online yang merebak luas, antara lain menyasar kalangan ekonomi bawah. Liputan ini mengusik kepentingan pihak yang menguasai ranah virtual sehingga situs harian Kompas digempur. Dengan pemberitaan Kompas, semoga aparat lebih intensif menanggulangi masalah sosial yang memberi pengaruh buruk pada kehidupan masyarakat.
Mendampingi liputan jurnalisme, dapat dicermati penelitian harian Kompas. Secara berkala, Kompas mengeluarkan hasil survei persepsi publik tentang kepuasan terhadap kinerja pemerintah dan konstelasi politik di ruang publik. Data survei merupakan cerminan segmen realitas yang diperoleh dengan metodologi yang valid. Perjalanan panjang kerja Litbang Kompas yang independen dalam menggelar survei teruji reliabel.
Namun, seperti biasa, data Kompas oleh pihak-pihak yang berkontestasi dihadapi bertolak dari preferensi kepentingan subyektif. Untuk itu, pengelola survei perlu dikuatkan bahwa reaksi yang didapat—positif atau negatif—tak memengaruhi obyektivitas standar metodologi yang dijalankan.
Kepedulian
Beranjak dari masalah konflik di ruang publik pada 2023, Kompas peduli terhadap isu global perubahan iklim. Liputan ini tidak sensasional, tetapi penting bagi masa depan Bumi.
Begitu pula Kompas tetap menampilkan semangat advokasi terhadap masyarakat marjinal. Liputan khusus bertopik ”Suara Tak Terdengar” sepanjang 2023 layak didukung.
Selain itu, khalayak Kompas memperhatikan liputan-liputan dari ”pinggiran”, yaitu kehidupan masyarakat yang jauh dari hiruk-pikuk politik di pusat. Liputan ini menggunakan perspektif ideal dari orientasi visi-misi Kompas. Sebagai contoh, dapat disimak kasus masyarakat petani dan nelayan kecil yang menghadapi kekuatan kapital. Nuansa liputan menunjukkan empati kepada masyarakat bawah di Pulau Rempang (Kepulauan Riau) dan Seruyan (Kalimantan Tengah).
Begitu pula kasus pertanahan di berbagai pelosok kita temukan dalam pemberitaan Kompas. Isu tanah sensitif bagi manusia. Dapat dibaca liputan tentang komunitas dan hutan adat yang tergerus kepentingan pihak luar, khususnya korporasi perkebunan monokultur.
Tak hanya konflik. Kita juga dapat membaca kisah menyenangkan dari kehidupan masyarakat adat di Papua. Begitu dengan liputan yang mengangkat daya juang masyarakat dalam menegakkan kemandirian dengan sumber lokal, tidak tergantung pangan dari luar. Selain itu, bisa dibaca liputan dari Kepulauan Maluku tentang nelayan kecil. Sepanjang tahun 2023, Kompas tetap memperhatikan Indonesia timur.
Untuk itu, jurnalis Kompas melihat realitas ”perlawanan” struktural, yaitu warga masyarakat pinggiran yang tak tergantung pada pusat. Untuk fakta yang lokasinya jauh dari Jakarta, dari sisi pragmatis kelayakan berita tidak berkaitan langsung dengan kepentingan khalayak harian Kompas yang umumnya masyarakat urban. Namun, mengingat makna visi-misi Kompas, jurnalis yang terjun ke kancah yang jauh dan sulit perlu mendapat apresiasi.
Memasuki tahun 2024, kita akan mengikuti pemilihan umum untuk legislatif dan presiden. Tenggang waktu setelah pemilu hingga pemerintahan baru terbentuk akan berisi suasana ”menang” dan ”kalah”. Betapa pun kondisinya, Kompas dipercaya akan tetap berjalan dengan visi dan misinya, yaitu ”mengingatkan yang mapan dan menghibur yang papa”. Maka, di celah isu panas, Ombudsman berharap Kompas terus mengangkat liputan yang memberi kesejukan bagi publik.
* Jika memiliki pendapat tentang pemberitaan Kompas, silakan kirim pendapat Anda ke[email protected].