Proses Pemulihan Dampak Kebakaran Museum Nasional Sangat Kompleks
Koleksi-koleksi Museum Nasional Indonesia yang terbakar kini berada di ruangan sementara untuk dikonservasi sebelum memasuki proses restorasi koleksi tahun depan.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses evakuasi koleksi benda bersejarah yang terdampak kebakaran di Museum Nasional Indonesia sudah mencapai lebih dari 90 persen dan disimpan untuk dikonservasi pada akhir tahun ini sebelum memasuki proses restorasi koleksi pada tahun depan. Proses pemulihan Museum Nasional sangat kompleks, sampai harus melibatkan sejumlah ahli dari luar negeri.
Subkoordinator Konservasi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Nahar Cahyandaru mengatakan, sejauh ini sudah ada 728 dari total 817 koleksi yang sudah berhasil diidentifikasi. Dari jumlah itu, sebanyak 171 koleksi yang mayoritas terbuat dari logam perlu mendapatkan penanganan segera, dan kini 28 koleksi di antaranya sudah selesai diperbaiki.
”Obyek-obyek yang pecah akan kami sambung, yang retak akan kami rekatkan dan untuk obyek yang mengalami perubahan-perubahan bentuk, kami coba kembalikan ke semula. Semua akan dilakukan setelah diremediasi,” kata Nahar, Kamis (7/12/2023).
Aspek pemulihan museum tidak hanya terfokus pada infrastruktur dan koleksinya, tetapi sistem dan sumber daya manusianya pun harus dibenahi.
Meski begitu, dia belum bisa memastikan kapan proses pemulihan koleksi-koleksi Museum Nasional akan selesai dan bisa dipajang kembali kepada pengunjung. Sebab, proses ini membutuhkan kehati-hatian yang tinggi dan proses pemulihan koleksi memiliki tingkat kesulitan masing-masing.
Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia ini melibatkan para ahli, komunitas, antropolog, budayawan, sejarawan, kurator, dan mitra dari dalam dan luar negeri dalam merancang pemulihan Museum Nasional serta perbaikan mutu museum dan cagar budaya.
Termasuk di antaranya ahli arsitektur asal Perancis yang terlibat dalam restorasi Katedral Notre-Dame, Paris, juga sudah memulai perbaikan struktur bangunan museum yang terdampak dan memastikan stabilitas struktur bangunan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
”Di sisi lain, kita ada optimisme dan apresiasi dalam penanganan kebakarannya kemarin relatif cepat karena ahli dari Perancis yang pernah menangani Notre-Dame saja bilangnya ini tidak separah yang dibayangkan,” ucapnya.
Selain itu, ahli metalurgi dari Amerika Serikat juga bersedia datang ke Indonesia dan direncanakan tiba pada Januari 2024. Mereka akan membantu tim melakukan restorasi koleksi yang berbahan logam karena tim belum memiliki keahlian di bidang tersebut.
”Karena logam ini rawan perubahan suhu. Mungkin kalau yang tahu penempaan, antara didinginkan mendadak dan tidak didinginkan mendadak, struktur kristalnya berbeda. Setelah meleyot, membutuhkan pemanasan ulang, ini hal yang punya risiko. Kami belum punya pengalaman dengan logam,” ujarnya.
Menurut Nahar, insiden kebakaran pada 16 September di Museum Nasional Indonesia merupakan tantangan yang berat, tetapi mereka bertekad untuk melestarikan dan memulihkan artefak yang sangat berharga. Melalui upaya konservasi yang cermat, mereka akan membuat klasifikasi tingkat risiko pada setiap koleksi yang terdampak.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 817 koleksi dipastikan terdampak akibat kebakaran di Gedung A Museum Nasional pada Sabtu (16/9/2023) lalu. Ratusan koleksi itu ada di enam ruangan, yakni di Galeri Prasejarah (116 koleksi), Galeri Keramik (226), Galeri Perunggu (110), Galeri Terakota (184), Ruang Budaya Indonesia (125), dan Ruang Peradaban Islam (56).
Koleksinya kebanyakan terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh ataupun rusak ringan sampai berat.
Benahi sistem
Koordinator Bidang Koleksi, Konservasi, Kuratorial, dan Pameran BLU MCB Zamrud Setya Negara menambahkan, sistem pengelolaan Museum Nasional perlu dibenahi setelah kejadian ini. Museum Nasional dan museum lainnya harus melibatkan publik sehingga ada rasa memiliki untuk merawat dan mengembangkan museum bersama dengan publik.
”Aspek pemulihan museum tidak hanya terfokus pada infrastruktur dan koleksinya, tetapi sistem dan sumber daya manusianya pun harus dibenahi,” kata Zamrud.
Peran kurator, kata Zamrud, lebih dari sekadar kurasi artefak. Peran kurator adalah komitmen mendalam terhadap penceritaan, pelestarian, dan jalinan masa lalu dengan masa kini. Seorang kurator tidak hanya bertanggung jawab terhadap memelihara, memperhatikan, membenahi, dan menyuguhkan informasi, tetapi harus memiliki kompetensi dan pengetahuan kuratorial untuk dapat menyampaikan informasi dan cerita dari sebuah karya.
”Dibutuhkan kolaborasi dengan pihak eksternal agar dapat memastikan bahwa narasi koleksi dengan cermat disampaikan,” ujarnya.
Koordinator Komunikasi, Kemitraan, Program, dan Pengembangan Bisnis BLU MCB Titik Umi Kurniawati menegaskan, pihaknya yang bertanggung jawab mengelola 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia berkomitmen akan mengembangkannya menjadi pusat inspirasi, pendidikan, dan penghargaan terhadap budaya dan sejarah.
”Ini menjadi bagian dari upaya kita bersama-sama dalam menjaga dan memperkaya warisan budaya Indonesia,” kata Titik.