Layanan Posyandu untuk Semua Usia
Fungsi posyandu atau pos pelayanan terpadu semakin luas. Posyandu tidak hanya melayani kesehatan ibu dan anak, tetapi juga bayi, remaja, dewasa, hingga lansia.
Pos pelayanan terpadu atau yang disebut posyandu selama ini lebih akrab dengan pelayanan ibu dan anak. Ketika hari pelayanan dibuka, posyandu biasanya lebih ramai didatangi oleh ibu, bayi, dan anak.
Ibu-ibu datang membawa anaknya untuk diukur tinggi badan serta ditimbang berat badan anaknya. Tidak jarang mereka juga diberi makanan tambahan, seperti kacang hijau dan telur rebus. Pelaksanaan imunisasi dasar juga dilakukan di posyandu.
Namun, fungsi posyandu kini semakin luas. Posyandu tak lagi hanya melayani ibu dan anak, tetapi juga remaja, dewasa, dan lansia. Hal tersebut telah berjalan melalui posbindu atau pos bimbingan terpadu serta posyandu lansia. Posbindu lebih banyak melayani kelompok usia produktif, sementara posyandu lansia untuk kelompok lanjut usia.
Fungsi posyandu yang semakin luas itu kian diperkuat dalam upaya transformasi sistem kesehatan. Dalam transformasi kesehatan, terutama pada pilar pelayanan kesehatan primer, layanan posyandu akan dijalankan berbasis siklus hidup manusia. Itu artinya layanan di pusat kesehatan primer, termasuk posyandu, mencakup seluruh siklus hidup, mulai dari bayi, anak, ibu hamil, remaja, dewasa, dan lansia.
Anna (51), kader Posyandu Lestari 1 di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kudus, menyampaikan, layanan posyandu khusus untuk lansia sudah berjalan cukup lama. Namun, kegiatan posyandu lansia mulai berjalan rutin dua tahun terakhir. Layanan posyandu lansia dibuka pada hari Senin di minggu kedua setiap bulan. Setidaknya ada 50 lansia yang dilayani di Posyandu Lestari.
“Semangat dari mbah-mbah di desa kami yang luar biasa membuat kami para kader menjadi ikut semangat. Waktu posyandu lansia dibuka, para lansia mau ikut diajak berolahraga. Bahkan, kalau ada jadwal pemeriksaan kesehatan, pasti banyak yang datang,“ katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Anna mengatakan, pada hari buka, layanan posyandu lansia akan dimulai sejak pukul 08.00. Layanan posyandu lansia diawali dengan senam lansia. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan. Untuk pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan asam urat, diadakan setiap tiga bulan sekali.
Dalam transformasi kesehatan, terutama pada pilar pelayanan kesehatan primer, layanan posyandu akan dijalankan berbasis siklus hidup manusia.
Selain kader posyandu, layanan kesehatan bagi lansia dibantu oleh bidan. Pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat dilakukan oleh bidan. Sementara kader akan membantu mengisi daftar hadir serta mengukur tinggi, berat badan, dan tekanan darah.
Posyandu lansia juga telah berjalan di Posyandu Mawar Merah di Dusun Klangon, Bantul, DI Yogyakarta. Elsita Lisnawati (35), koordinator kader kesehatan di Posyandu Mawar, menuturkan, layanan posyandu lansia diadakan rutin setiap tanggal 16. Adanya posyandu lansia dinilai amat membantu kelompok lansia dalam edukasi serta deteksi dini komplikasi penyakit.
Lebih luas
Pemahaman masyarakat mengenai fungsi posyandu kian beralih dari yang sebelumnya hanya melayani ibu dan anak menjadi lebih luas melayani semua kelompok usia. Elsita mengatakan, masyarakat pun sudah paham jadwal-jadwal kunjungan ke posyandu.
Baca juga: Siklus Hidup Manusia Jadi Fokus Integrasi Layanan Kesehatan Primer
Selain layanan untuk lansia yang diadakan setiap tanggal 16, ada pula posyandu remaja yang berjalan setiap bulan. Posyandu remaja diadakan bersamaan dengan pertemuan remaja tingkat RT yang lokasinya menyesuaikan dengan tempat pertemuan. Sementara untuk posyandu balita diadakan setiap Sabtu pekan kedua setiap bulannya.
Dalam pelayanan ke masyarakat, Elsita menyatakan telah ditunjuk kader-kader yang berbeda untuk melayani setiap kelompok usia. Setiap kader akan dibimbing oleh petugas kesehatan di puskesmas. Pembinaan dan penguatan kapasitas juga dilakukan bersama dengan kader kesehatan di dusun lain. “Kami dibimbing pihak puskesmas untuk terjun memberikan penyuluhan ke masyarakat,“ ucapnya.
Siklus kehidupan
Sesuai dengan konsep Transformasi Sistem Kesehatan untuk Indonesia Maju dari Kementerian Kesehatan, layanan kesehatan primer diperluas pada seluruh siklus hidup manusia. Pelayanan kesehatan primer juga akan terintegrasi mulai dari layanan kesehatan berbasis masyarakat, seperti layanan kesehatan sekolah dan layanan kesehatan kerja, sampai pada layanan posyandu, puskesmas pembantu, serta puskesmas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara Peluncuran Nasional Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer dan Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan, Kamis (31/8/2023), di Jakarta, menuturkan, pelayanan kesehatan primer, seperti puskesmas dan posyandu semakin diperkuat untuk memberikan pelayanan promotif dan preventif. Layanan tersebut dijalankan berbasis siklus hidup manusia.
“Dulu, posyandu hanya fokus pada ibu hamil dan anak balita. Sekarang, posyandu fokus pada semua usia, dari ibu hamil, anak balita, anak, dewasa, dan lansia,“ katanya. Budi juga mengatakan, “Kita juga akan reedukasi semua kader posyandu supaya bisa melakukan tugas promosi dengan baik. Tugasnya tidak hanya mengadakan kegiatan setiap bulan, tetapi juga kita ingin kader aktif datang dari rumah ke rumah untuk melakukan edukasi.“
Baca juga: Kader Posyandu, Menumpu Beban Berat Tanpa Topangan Kuat
Saat ini, setidaknya tercatat ada 10.000 puskesmas di tingkat kecamatan, 85.000 puskesmas pembantu di tingkat desa dan kelurahan, serta 300.000 posyandu di tingkat dusun. Setiap fasilitas kesehatan tersebut memiliki tanggung jawab yang berbeda, tetapi pelayanan yang diberikan saling terintegrasi.
Budi menambahkan, upaya memperkuat layanan di posyandu juga dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana penunjang, seperti alat antropometri terstandar. Alat ini digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan anak. Sebanyak 260.000 posyandu dari 300.000 posyandu di Indonesia sudah dilengkapi dengan alat tersebut. Targetnya, semua posyandu sudah memiliki alat tersebut pada akhir 2023.
Penyediaan alat antropometri terstandar tersebut dibutuhkan agar pemantauan pertumbuhan anak bisa lebih tepat. Hal ini terkait dengan upaya pengentasan tengkes (stunting) di Indonesia yang membutuhkan deteksi dini dan intervensi yang cepat.
Dihubungi terpisah, pendiri yang juga Chief Executive Officer CISDI Diah Satyani Saminarsih menuturkan, layanan berbasis siklus hidup manusia yang dijalankan dalam transformasi kesehatan primer sesuai dengan prinsip continuum of care (layanan berkesinambungan) dalam pelayanan kesehatan primer. Penerapan layanan berbasis siklus kehidupan diharapkan dapat mengakomodasi layanan bagi kelompok usia yang selama ini sering dikesampingkan, seperti remaja dan lansia.
Ia menuturkan, upaya penguatan yang dilakukan pada fasilitas kesehatan primer sebaiknya juga dilakukan secara menyeluruh. Transformasi kesehatan tidak hanya dilakukan pada fasilitas publik, seperti posyandu dan puskesmas, tetapi juga klinik-klinik swasta. Sebab, banyak masyarakat yang justru mendapatkan layanan kesehatan primer di klinik swasta.
Baca juga: Tugas Besar Kader Posyandu di Tengah Keterbatasan
“Dalam penguatan pelayanan kesehatan primer, ketersediaan tenaga kesehatan juga penting untuk diperhatikan. Anggaran perlu diperkuat pula sebab pendekatan apa pun dalam pelayanan kesehatan tidak akan optimal jika tidak didukung dengan komitmen anggaran,“ kata Diah.
Itu sebabnya, komitmen bersama perlu diwujudkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di era desentralisasi, layanan kesehatan primer bergantung dari komitmen pemerintah daerah. Pengawasan pun harus berjalan dengan baik agar implementasi penguatan layanan kesehatan primer bisa optimal di masyarakat. “Jangan hanya berakhir sebagai sebuah jargon,“ ucap Diah.