Masa Simpan ASI Perah Beku Sebaiknya Kurang dari Dua Minggu
Studi menunjukkan, masa simpan terbaik ASI perah di lemari pendingin hanya empat hari dan maksimal dua minggu pada kondisi beku.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Kesadaran masyarakat akan pentingnya memberikan ASI pada bayi semakin baik. Tuntutan pekerjaan serta kesibukan ibu tidak lagi menghalangi pemberian ASI pada bayi. Berbagai upaya pun dilakukan ibu untuk memastikan bayinya tetap bisa mendapatkan ASI, salah satunya, dengan memberikan ASI perah.
Pemberian ASI perah yang kemudian disimpan di dalam lemari pendingin menjadi solusi yang banyak dilakukan. Hal ini terutama dilakukan ibu yang harus kembali bekerja setelah selesai cuti melahirkan, yang biasanya, selama tiga bulan.
Dengan semakin meningkatnya jumlah ibu yang memerah ASI, banyak pula yang akhirnya menanyakan bagaimana cara memerah ASI yang baik, cara menyimpan ASI perah yang benar, serta memanaskan ASI perah yang benar. Pertanyaan itu muncul untuk memastikan kualitas ASI perah bisa tetap optimal bagi bayi.
Studi terbaru yang dilakukan Wiyarni Pambudi dalam laporan disertasinya berjudul ”Perubahan Kadar Protein dan Faktor Bioaktif sIgA, Laktoferin, Lisozim dalam Air Susu Ibu pada Praktik Penyimpanan Rumahan ASI Perah Dingin dan Beku” menyebutkan, masa simpan ASI perah pada kondisi dingin di lemari es (refrigerator) suhu 4 derajat celsius hanya sampai empat hari. Sementara masa simpan ASI perah pada kondisi beku dengan suhu freezer kurang dari -18 derajat Celsius maksimal dua minggu.
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan rekomendasi yang selama ini menjadi rujukan. Rekomendasi Academy Breastfeeding Medicine (ABM) pada protokol klinik ke-8, ASI perah beku memiliki masa simpan yang optimal hingga enam bulan untuk penyimpanan di dalam freezer dan maksimal 12 bulan pada kondisi freezer bersih.
Masa simpan ASI perah pada kondisi dingin direfrigeratorsuhu 4 derajat celsius hanya sampai empat hari. Sementara masa simpan ASI perah pada kondisi beku dengan suhufreezerkurang dari -18 derajat celsius maksimal dua minggu.
Ketika mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor Program Studi Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis (26/10/2023), Wiyarni menyampaikan, sebagian besar penelitian tentang perubahan kondisi zat dalam ASI perah dilakukan pada situasi laboratorium atau unit bank ASI. Rekomendasi dari ABM yang dilakukan berdasarkan prinsip Hazard Analysis and Critical Control Points, misalnya, didasarkan riset yang dilakukan pada situasi di unit bank ASI.
Itu sebabnya, ia meneliti dengan menggunakan lemari es rumahan yang suhu dan mereknya sudah disesuaikan dengan lemari es yang banyak digunakan ibu-ibu untuk menyimpan ASI perah. ”Di masyarakat, penyimpanan ASI perah lebih banyak dilakukan pada ibu di rumah. Karena itu, penelitian ini dilakukan,” tutur Wiyarni.
Kandungan ASI
Berdasarkan hasil penelitiannya, kadar protein total ASI perah menurun bermakna hingga lebih dari 30 persen jika disimpan di refrigerator suhu 4 derajat celsius setelah empat hari. Kadar protein total ASI perah juga menurun secara bermakna setelah dua minggu disimpan di freezer suhu -18 derajat celsius.
Sementara kadar bioaktif dalam ASI, kadar sIgA (sekretorik imunoglobulin A), dan lisozim pada ASI perah juga menurun secara bermakna setelah empat hari disimpan di refrigerator suhu 4 derajat celsius dan setelah dua minggu disimpan di freezer suhu -18 derajat celsius. Bahkan, kadar laktoferin ASI perah menurun bermakna sebelum empat hari disimpan di refrigerator dan sebelum dua minggu disimpan di freezer.
Zat bioaktif sIgA, lisozim, dan laktoferin merupakan molekul bioaktif yang membuat ASI menjadi unik dibandingkan susu lainnya. Molekul tersebut secara sinergis dapat melindungi bayi melawan infeksi dan inflamasi, sekaligus menstimulasi sistem imun, perkembangan organ, dan mikrobiota di saluran cerna.
”Rekomendasi penyimpanan ASI perah berbasis faktor bioaktif pun disarankan menggunakan tenggat masa simpan sampai empat hari pada kondisi dingin dan maksimal dua minggu pada kondisi beku,” kata Wiyarni.
Dalam penelitian tersebut, Wiyarni juga membuktikan bahwa teknik pemerahan ASI tidak berpengaruh signifikan pada kadar protein total dan faktor bioaktif dalam ASI perah. Kadar protein total dan faktor bioaktif pada ASI hasil pemerahan tangan maupun pompa ASI tidak berbeda bermakna.
Meski demikian, Wiyarni yang saat ini juga anggota satuan tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, pemberian ASI secara langsung tetap yang terbaik bagi ibu menyusui. Pemberian ASI secara langsung merupakan cara terbaik agar bayi mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI. Tidak ada makanan ataupun susu lain sebaik air susu ibu.
Ibu bekerja
Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak bayi lahir sangat penting bagi tumbuh kembang bayi. Itu sebabnya, cuti melahirkan atau maternity leave diharapkan bisa diterapkan hingga enam bulan bagi ibu bekerja.
Hal itu sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa pemberian cuti melahirkan minimal 18 minggu atau berkisar 4-5 bulan dengan waktu ideal lebih dari enam bulan. Pemberian cuti melahirkan hingga enam bulan merupakan bentuk dukungan menyusui pada perempuan pekerja.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono di Jakarta, Senin (4/9/2023), pada peringatan Hari Puncak Pekan Menyusui Dunia Tahun 2023, mengatakan, pemberian ASI eksklusif cenderung menurun pada bulan kedua dan ketiga setelah cuti melahirkan ibu selesai. Kondisi tersebut patut menjadi perhatian karena cakupan ASI eksklusif di Indonesia menurun signifikan dari 48,2 persen pada 2021 menjadi 16,7 persen pada 2022.
Pemberian ASI bagi ibu bekerja seharusnya bisa tetap optimal apabila ada dukungan yang penuh di tempat kerja. Pastikan ibu dapat memerah ASI dengan baik di tempat kerja dengan menyediakan ruangan khusus yang nyaman dan aman serta menyediakan waktu khusus bagi ibu untuk memerah ASI.