Keterampilan Dasar Literasi Siswa Indonesia Rendah
Peningkatan kemampuan literasi siswa Indonesia seharusnya menjadi perhatian bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemampuan literasi penting sebagai dasar pengetahuan serta pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Selain itu, literasi juga bisa menjadi bekal bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan persaingan pada era globalisasi dan teknologi.
Namun, banyak siswa di Indonesia yang kompetensi literasinya masih perlu ditingkatkan. Merujuk data Rapor Pendidikan Indonesia 2023, baru 61,53 persen murid SD/MI/sederajat, 59 persen murid SMP/MTs/sederajat, dan 49,26 persen murid SMA/MA/sederajat yang memiliki kompetensi literasi di atas standar minimum.
”Kecakapan literasi anak-anak Indonesia harus ditingkatkan. Semua anak Indonesia harus mampu memahami bacaan dengan baik. Salah satunya dengan ikut memperkuat usaha pemerintah dalam penyediaan buku yang menarik minat baca anak,” kata Kepala Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati, di Jakarta, Sabtu (21/10/2023).
Pada pekan ini, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendistribusikan 76.752 buku dengan 156 judul di 12 kabupaten di Indonesia, yakni Asahan, Karo, Kendal, Tegal, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, Siak, dan Kampar.
”Kami percaya bahwa pemerataan akses terhadap buku dan pelatihan guru merupakan dua aspek kunci yang dapat berkontribusi pada peningkatan kompetensi literasi melalui Gerakan Buku Bacaan Bermutu,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbudristek, Iwan Syahril.
Kecakapan literasi anak-anak Indonesia harus ditingkatkan. Semua anak Indonesia harus mampu memahami bacaan dengan baik.
Selain buku bacaan bermutu, pelatihan guru terstruktur juga dapat meningkatkan kemampuan literasi murid dalam jangka waktu tiga tahun. Tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.
Margaretha mengatakan, hasil evaluasi dampak Program PINTAR Tanoto Foundation dan SMERU Institute di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, menunjukkan, satuan pendidikan yang mendapat pelatihan guru terstruktur selama tiga tahun memiliki kemampuan membaca 9,6 persen, kemampuan menulis 5,3 persen, kemampuan matematika 7,5 persen, dan kemampuan sains 5,4 lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang tidak mendapatkan pelatihan tersebut.
Kampus Mengajar
Akselerasi peningkatan literasi dan numerasi siswa di jenjang SD dan SMP juga dilakukan dengan menerjunkan mahasiswa ke sekolah-sekolah sasaran. Lewat program Kampus Mengajar, mahasiswa terjun langsung dan berkolaborasi bersama para guru, kepala sekolah, hingga orangtua para murid.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Sri Suning Kusumawardani mengatakan, Kampus Mengajar hingga saat ini sudah diikuti sekitar 112.000 mahasiswa yang ditempatkan di lebih dari 23.000 sekolah sasaran. ”Kampus Mengajar juga merupakan implementasi semangat gotong royong yang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi di masa depan,” tuturnya.
Kepala Program Kampus Mengajar Asri Aldila Putri menyampaikan, Kampus Mengajar tahun ini memberikan kesempatan kepada 30.000 mahasiswa. Mereka akan mengikuti berbagai rangkaian seleksi sebelum akhirnya bisa diterjunkan ke 3.000 SD, SMP, dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di seluruh Indonesia.
Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja berharap mahasiswa bisa membagikan pengalaman serta pengetahuannya dalam aspek penguatan literasi digital dan membantu melatih kepemimpinan serta komunikasi peserta didik di SMK melalui kolaborasi bersama para guru.