Bahan Alam Berpotensi Untuk Pengobatan Gangguan Kesuburan
Bahan alam flora dan fauna di Indonesia berpotensi untuk pengobatan. Karena itu, riset obat herbal dilakukan di perguruan tinggi, salah satunya untuk menangani infertilitas.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prevalensi ketidaksuburan atau infertilitas di dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar infertilitas disebabkan oleh laki-laki dengan salah satu faktor utamanya adalah gangguan hormonal.
Hal tersebut terjadi akibat gangguan poros hipofisis-hipotalamu-testis dalam mengatur kadar hormon gonadotropin. Kondisi ini memengaruhi pembentukan sperma sehingga produksi sperma dan kadar hormon testosteron menurun. Hal ini mengakibatkan timbul gangguan kesuburan yang disebut hipogonadisme.
Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Yurnadi saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan dirinya sebagai guru besar, beberapa waktu lalu, yang diakses dari laman resmi UI, Kamis (19/10/2023), mengatakan, dari 60 juta-70 juta pasangan suami-istri, 40-70 persen infertilitas disebabkan oleh laki-laki.
Untuk menangani infertilitas atau gangguan kesuburan seperti hipogonad, terdapat bahan alam flora dan fauna yang berpotensi untuk dijadikan obat, yakni cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan kuda laut (Hippocampus comes L). Penggunaan bahan alam ini karena memiliki keragaman kimia yang lebih unggul dari bahan sintetis, mengandung metabolit sekunder yang memberi efek farmakologis, terapi, antioksidan, dan antibakteri.
Tanaman cabe jawa banyak digunakan untuk pengobatan. Buah dari tanaman ini telah digunakan untuk mengobati perut kembung dan mulas, merangsang nafsu makan, serta mengatasi lemah syahwat. Kandungan yang terdapat dalam buah ini memiliki efek stimulan pada sel-sel saraf sehingga meningkatkan stamina tubuh. Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa meliputi jenis alkaloid, β-sitosterol, terpenoid, saponin, dan resin (kavisin).
Penelitian eksperimental, kata Yurnadi, dilakukan pada tikus yang diinduksi dengan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Tikus tersebut diberi ekstrak cabe jawa. Hasilnya, ekstrak cabe jawa bisa menurunkan konsentrasi sperma dan meningkatkan kadar hormon testosteron tanpa memengaruhi profil hematologi, kimia darah, dan berat badan tikus meski dilakukan percobaan selama 18 minggu.
”Dari hasil tersebut ditemukan bahwa cabe jawa bisa meningkatkan kadar testosteron, bersifat androgenik, dan aman terhadap prostate specific antigen (PSA),” ungkap Yurnadi dalam orasi ilmiahnya berjudul ”Potensi Senyawa Herbal Alami untuk Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Pria dalam Rangka Menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Sehat”.
Untuk bahan alam jenis fauna, kuda laut juga banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat kuat tradisional. Kuda laut (Hippocampus comes L) memiliki nilai rendemen tertinggi. Selain itu, jenis kuda laut ini memiliki kadar proksimat serbuk dengan kadar air dan abu yang tinggi.
Dari hasil tersebut ditemukan bahwa cabe jawa bisa meningkatkan kadar testosteron, bersifat androgenik, dan aman terhadap prostate specific antigen (PSA).
Hippocampus comes L juga mengandung senyawa aktif alkaloid dan triterpenoid; mengandung asam amino Arginin, Glisin, Lisin, Alanin, dan Prolin; serta mengandung glikosida steroid dengan berat molekul 240, 619, 717, dan 755.
Dari percobaan ekstrak kuda laut yang dimasukkan ke dalam tubuh tikus untuk melihat pengaruh ekstrak kuda laut Hippocampus comes L terhadap peningkatan fertilitas, ternyata dapat meningkatkan konsentrasi dan kualitas sperma (motilitas dan viabilitas), serta meningkatkan kadar luteinizing hormone (LH) dan testosteron.
Selain itu, bahan ini mampu meningkatkan populasi dan indeks meiosis sel-sel kelamin serta menurunkan apoptosis sel kelamin, tanpa memengaruhi profil hematologi, kimia darah, dan berat badan tikus. Pada penelitian invitro, pemberian ekstrak kuda laut (Hippocampus comes L) dalam berbagai dosis juga dapat meningkatkan motilitas dan viabilitas sperma.
Sudah dikenal
Secara terpisah, peneliti di Pusat Kedokteran Herbal Universitas Gadjah Mada, Arko Jatmiko Wicaksono, memaparkan, pengobatan tradisional dikenal masyarakat Indonesia sejak 1.400 tahun lalu. Hal ini terlihat dari gambar aktivitas pengobatan pada relief pahatan tembok Candi Borobudur dan isi kandungan kitab Centhini yang mempertegas eksistensi pengobatan tradisional, utamanya di Jawa.
Arko mencontohkan kunyit asam dikenal sebagai suplemen untuk menstruasi dan sudah ada ribuan riset terkait aktivitas farmakologisnya. Bahkan, uji klinis pada manusia membuktikan sedikitnya efek samping dari penggunaan herbal kunyit.
Kendati begitu, sejumlah literatur mengindikasikan pada awal kehamilan ternyata kunyit sebaiknya tak banyak dikonsumsi ibu hamil. Sebab, kunyit mampu merangsang kontraksi uterus sehingga meningkatkan risiko abortus atau keguguran kandungan. Sebaliknya, efek memicu kontraksi uterus tersebut bisa jadi justru sangat membantu jika digunakan pada akhir masa kehamilan untuk merangsang persalinan.
Sayangnya, sedikit tenaga medis yang enggan meresepkan obat herbal karena kurangnya pengetahuan mereka terkait pengobatan tradisional. ”Selain itu, kurang data saintifik yang bisa dijadikan pegangan dalam praktik medisnya,” kata Arko.
Dosen yang berafiliasi di Departemen Farmakologi dan Terapi UGM tersebut memaparkan, meski ada penjaminan mutu khasiat serta keamanan herbal oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), aksesibilitas dan penggunaan obat herbal sebagai obat pilihan dalam pelayanan medis masih terkendala. Semakin kuat data ilmiah sediaan obat herbal, maka kian mahal harga jualnya.