Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesepian dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit parkinson.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Parkinson merupakan penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif dengan penyebab yang sebagian besar tidak diketahui, tetapi ada juga yang diturunkan. Penelitian baru menunjukkan bahwa kesepian pun dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit parkinson.
Di antara lebih dari 490.000 orang yang terdaftar di Biobank Inggris yang dipantau selama 15 tahun, kesepian meningkatkan kemungkinan diagnosis parkinson sebesar 37 persen. Hasil kajian ini dilaporkan di jurnal JAMA Neuorology pada 2 Oktober 2023.
”Hubungan antara kesepian dan kejadian penyakit parkinson bukan disebabkan oleh faktor risiko genetik, klinis, atau perilaku,” kata peneliti senior Angelina Sutin, profesor di Departemen Ilmu Perilaku dan Kedokteran Sosial di Florida State University’s College of Medicine di Tallahassee, yang menjadi penulis pertama, sebagaimana dirilis HealthDay pada Rabu (4/10/2023).
Meski penelitian ini tidak membuktikan bahwa kesepian menyebabkan penyakit parkinson, menurut Sutin, data jelas menunjukkan ada hubungannya. ”Kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesepian dan perkembangan penyakit parkinson, bukan kesepian yang menyebabkan penyakit parkinson,” ujarnya.
Masalah kesehatan
”Studi ini menambah bukti mengenai dampak buruk yang terkait dengan kesepian, khususnya penyakit neurodegeneratif,” katanya. ”Kesepian telah dikaitkan dengan penyakit alzheimer dan jenis demensia lainnya. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa kesepian juga merupakan faktor risiko penyakit parkinson.”
Sutin mengatakan, berbagai faktor mungkin terkait dengan mengapa kesepian dapat meningkatkan risiko penyakit parkinson. ”Kami menemukan bahwa jalur perilaku dan klinis menyumbang sebagian kecil dari hubungan tersebut. Hubungan tersebut mungkin disebabkan oleh faktor perilaku dan klinis lain yang tidak kami pertimbangkan,” katanya. ”Mungkin juga ada jalur metabolisme, inflamasi, saraf, dan endokrin.”
Kesepian kemungkinan juga berhubungan dengan kesehatan otak yang buruk secara keseluruhan, mungkin melalui peradangan yang lebih besar atau proses neurodegeneratif lainnya dan tidak selalu spesifik untuk penyakit parkinson. ”Mungkin kesepian membuat otak lebih rentan terhadap degenerasi saraf, yang bagi sebagian orang dapat menyebabkan penyakit alzheimer dan penyakit parkinson lainnya,” ujarnya.
Sebaliknya, terhubung secara sosial dapat menurunkan risiko penyakit parkinson. ”Kami tidak menguji hubungan ini dalam penelitian ini, tetapi ya, hubungan sosial dianggap bersifat protektif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan ini,” kata Sutin.
Hidup sendiri
Alessandro Di Rocco, Direktur Sistem Neurologi, Parkinson, dan Gangguan Pergerakan di Northwell Health di New York City, mengatakan, sebagian besar orang yang merasa kesepian hidup sendiri dan kondisi ini semakin banyak dialami oleh orang lanjut usia saat ini.
Menurut Rocco, hidup sendiri mungkin membawa beberapa pilihan hidup yang tidak sehat. Misalnya, banyak warga lansia yang hidup sendiri mungkin tidak mengonsumsi makanan sehat, tetapi hanya mengonsumsi makanan ringan, makanan cepat saji, atau pilihan tidak sehat lainnya. Mereka mungkin juga kurang aktif secara fisik.
”Kesepian mungkin tidak baik untuk otak karena kurangnya stimulasi otak setiap hari,” ujar Rocco. ”Anda mungkin menyalakan televisi, Anda mungkin memiliki sumber (stimulasi) lain, tetapi tingkat keterlibatan otak mungkin berkurang.”
Menurut Rocco, kesepian dapat mengakibatkan rasa stres yang lebih tinggi atau ketidaknyamanan psikologis yang dapat menyebabkan otak menjadi lebih rentan.
”Kesepian mungkin tidak menyebabkan parkinson, tetapi pada tingkat tertentu merupakan predisposisinya. Predisposisi berkaitan dengan fakta bahwa otak mungkin tidak mampu mempertahankan diri terhadap apa pun yang terjadi secara biologis, yang dapat mengarah pada perkembangan parkinson,” katanya.
Rocco mencatat, aktivitas fisik menjaga kesehatan otak dan hal yang sama juga berlaku untuk aktivitas mental. ”Aktivitas fisik membantu menunda perkembangan penyakit. Kita tahu bahwa keterlibatan mental juga bermanfaat dan mengurangi kemungkinan seseorang mengembangkan masalah kognitif,” katanya. ”Bagi orang-orang yang memiliki masalah kognitif, baik yang berhubungan dengan parkinson maupun alzheimer atau gangguan lainnya, terlibat secara intelektual mungkin merupakan pengobatan terbaik yang kita miliki.”