Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Warga Asing sebagai Diplomasi Budaya
Diplomasi lunak lewat pengajaran budaya dan bahasa Indonesia bagi warga negara asing terus dikembangkan. Dukungan Pemerintah Indonesia di dalam dan luar negeri dibutuhkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Gelar wicara soal pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur bahasa asing di sejumlah negara di KBI XI di Jakarta, Selasa (30/10/2018). Sejumlah atase pendidikan dan kebudayaan Indonesia di luar negeri menjelaskan peluang dan tantangan internasionalisasi bahasa Indonesia di luar negeri.
JAKARTA, KOMPAS — Pengajaran bahasa Indonesia untuk warga negara asing di dalam dan luar negeri mendapat dukungan pemerintah. Penyediaan guru lewat program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di luar negeri hingga beasiswa kuliah bagi mahasiswa asing menjadi diplomasi budaya bangsa di kancah global.
Setelah tertunda tiga tahun akibat pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyediakan Beasiswa Darmasiswa tahun angkatan 2023/2024 kepada 306 peserta dari 71 negara.
Sebagian besar penerima beasiswa, yakni sebanyak 235 peserta, akan belajar bahasa Indonesia; 51 peserta belajar seni, dan sisanya mempelajari budaya yang tersebar di 66 perguruan tinggi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti, di Jakarta, Jumat (22/9/2023), mengutarakan, program Beasiswa Darmasiswa jadi strategi Kemendikbudristek untuk mewujudkan komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia.
Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman pembelajaran antarbudaya kepada generasi muda dan pemimpin dunia berikutnya dengan meningkatkan pengembangan pribadi mereka, dan mempromosikan pemahaman antarbudaya yang diperlukan untuk perdamaian dunia.
Diharapkan, para peserta kelak jadi duta Indonesia yang bisa menuntaskan masalah global. ”Saat kembali ke negara asal, peserta Darmasiswa jadi jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan masyarakat di negaranya. Relasi yang dibangun membuka peluang kolaborasi di masa depan,” kata Suharti.
Selain itu, seni dan budaya juga berperan sebagai soft power (kekuatan lunak) dalam masyarakat global yang selalu berubah. Peserta bisa mempromosikan dan membantu melestarikan budaya dan bahasa Indonesia.
Saat kembali ke negara asal, peserta Darmasiswa jadi jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan masyarakat di negaranya.
Para peserta program juga dapat menjadi agen perdamaian yang akan menumbuhkan pemahaman lebih baik antara bangsa-bangsa serta menciptakan keharmonisan dalam masyarakat global.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Mahasiswa asing yang mengikuti program Darmasiswa belajar Tari Koko yang merupakan tari kreasi khas Jawa Timur di Universitas Surabaya, Selasa (28/10). Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengenalkan keanekaragaman budaya Indonesia khususnya yang ada di Jawa Timur.
Program Beasiswa Darmasiswa dibentuk pada tahun 1974 sebagai inisiatif negara-negara anggota ASEAN. Hingga kini, program Beasiswa Darmasiswa telah menghasilkan lulusan lebih dari 9.000 peserta dari 135 negara.
Nathan James Scarpa, peserta dari Amerika Serikat, antusias dengan adanya program Beasiswa Darmasiswa. Dia mendapat informasi beasiswa itu lewat media sosial dan mengikuti seleksi program itu.
”Ini menjadi kesempatan besar bagi orang di luar agar bisa mempelajari budaya Indonesia,” ujarnya.
Di luar negeri
Sementara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek terus memperkuat BIPA di luar negeri. Salah satunya, badan tersebut bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, Mesir, mengembangkan program BIPA.
Pengembangan program tersebut dilakukan melalui evaluasi penugasan dan peningkatan kompetensi pengajar BIPA lokal, serta pengembangan kerja sama ke-BIPA-an dengan lembaga penyelenggara program BIPA di Mesir.
Kepala Badan Bahasa Aminudin Aziz mengapresiasi KBRI Kairo atas upaya pengembangan Program BIPA di Mesir. ”Saya harap makin banyak diaspora Indonesia mengajarkan bahasa Indonesia pada masa datang,” tuturnya.
Saat ini, sebanyak 16 pengajar BIPA lokal di Mesir yang merupakan diaspora Indonesia ditugasi Badan Bahasa di tiga lembaga, yakni Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) KBRI Kairo, Pusat Studi Indonesia (PSI) Universitas Suez Canal, dan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar.
Selain itu, Badan Bahasa juga menjajaki kerja sama dengan Universitas Heliopolis dalam pengembangan program BIPA di Mesir.
Untuk mengembangkan kerja sama terkait BIPA, Kepala Badan Bahasa bertemu Rektor Universitas Al-Azhar Salamah Daud di Universitas Al-Azhar. Pertemuan itu membahas pengembangan program BIPA di Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar pada Program Studi Islam yang dimulai pada 2019.
Aminudin menambahkan, Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek akan mengirim pengajar bahasa Indonesia dari perguruan tinggi di Indonesia untuk mengajar di Fakultas Bahasa dan Terjemah tahun akademik 2023/2024.
Hal ini merupakan komitmen Kemendikbudristek dalam upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia, khususnya di Al-Azhar, Mesir.
Rektor Al-Azhar Salaman menambahkan, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia butuh juru dakwah yang paham bahasa Indonesia guna memudahkan penyebaran ajaran Islam moderat. Selain itu, perlu pula lembaga pengujian kompetensi berbahasa Arab untuk calon mahasiswa Al-Azhar.