Upaya preventif lebih disarankan guna menghindari risiko kanker ginjal. Hal itu bisa dilakukan dengan mengenali faktor risiko dan menerapkan gaya hidup sehat.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
AYU OCTAVI ANJANI
Para penyintas kanker anggota CISC melakukan parade nusantara mengenakan baju adat suku-suku di Indonesia dalam rangka HUT Ke-20 CISC di Anjungan Sarinah, Minggu (7/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Insiden kanker ginjal pada laki-laki di dunia menempati peringkat ketujuh terbanyak di antara jenis kanker lain. Upaya preventif lebih disarankan guna menghindari risiko kanker ginjal dengan mengenali faktor risiko dan menerapkan gaya hidup sehat, selain pemeriksaan dini.
Data GLOBOCAN, di bawah koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan, insiden kanker ginjal pada laki-laki secara global mencapai 4,8 persen dibandingkan kanker jenis lain. Hal ini menempatkan kanker ginjal berada di peringkat ketujuh dari semua jenis kanker yang diderita laki-laki. Kanker prostat berada di urutan pertama, sebanyak 31,7 persen.
Kooordinator Bidang Ilmiah Ikatan Ahli Urologi Indonesia dan Kepala Staf Medik Urologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Indonesia Lukman Hakim menyampaikan data ini dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Doker Indonesia (IDI), di Jakarta, Rabu (20/9/2023).
”Berdasarkan sumber yang sama, insiden kanker ginjal di Indonesia belum diketahui jumlahnya. Kami di lembaga juga masih mendata ini, berbeda dengan kanker prostat di Indonesia yang sudah ada datanya,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Siswa membawa buku rapor kesehatan siswa saat berlangsung pelaksanaan program imunisasi pada anak usia sekolah dasar atau BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di SDN 02 Pulogebang, Jakarta Timur, Kamis (10/8/2023). Sebanyak 353 siswa dari kelas 1, 2, 5 dan 6 di sekolah tersebut mendapatkan suntikan imunisasi Td, MR dan HPV. Pemerintah menetapkan bulan Agustus sebagai Bulan Imunisasi Anak Sekolah. Pada anak perempuan usia sekolah dasar kelas lima dan enam diberikan pula vaksin HPV yang berguna untuk mencegah terjadinya kanker serviks atau kanker leher rahim.
Ketua Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi menuturkan, diskusi diharapkan meningkatkan perhatian publik untuk mewaspadai kanker ginjal, yang belakangan ramai diberitakan karena adanya artis yang mengalaminya. ”Terkait kanker ginjal, terlepas satu kasus yang perlu jadi perhatian, ini merupakan penyakit yang membutuhkan pembiayaan tinggi sehingga perlu jadi perhatian untuk jadi kewaspadaan,” katanya.
Upaya preventif dan promotif, terkait gaya hidup, lebih murah dibandingkan jika mengobatinya. Juga deteksi dini menjadi penting. ”Namun, akses pemeriksaan dini kanker ginjal ini masih menjadi pekerjaan rumah,” kata Adib menambahkan.
Gejala
Koordinator Bidang Ilmiah Ikatan Ahli Urologi Indonesia dan Kepala Staf Medik Urologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Lukman Hakim mengatakan, kanker bisa terletak di ginjal atau pembuluh darahnya, baik arteri maupun vena. Sementara jenis yang paling banyak adalah renal cell carsinoma (RCC).
Menurut Lukman, kanker ginjal tidak mudah dideteksi dini. ”Pada kanker ginjal belum ada kesepakatan dunia, marker (penanda) apa yang perlu diperiksa untuk menilai apakah seseorang memiliki risiko kanker ini atau tidak,” katanya.
Selain itu, gejala kanker ginjal biasanya juga muncul setelah stadium lanjut. Sebagaimana kanker lainnya, kanker ginjal juga jarang dirasakan gejalanya jika masih di stadium awal. ”Baru ada keluhan biasanya setelah stadium dua hingga empat,” tuturnya.
Salah satu gejala kanker ginjal yang paling umum dialami pasien adalah sakit di bagian pinggang. Rasa sakit ini biasanya muncul tiba-tiba. Untuk membedakan dengan sakit pinggang biasa, Lukman memberikan informasi lebih rinci. ”Nyerinya (kalau kanker ginjal) lebih menjalar. Dari perut sebelah kanan bagian depan bisa menjalar ke pinggang belakang. Sementara pada sakit pinggang biasa ya nyeri sebatas di pinggang saja,” kata Lukman.
Selain sakit pinggang, gejala lain dari kanker ginjal adalah air kencing berwarna merah atau berdarah. ”Karena kanker benjolannya rapuh dan mudah berdarah, maka keluhan kedua adalah kencing darah,” katanya.
Pada kanker ginjal belum ada kesepakatan dunia, marker (penanda) apa yang perlu diperiksa untuk menilai apakah seseorang memiliki risiko kanker ini atau tidak.
Laporan penelitian Naveen S Vasude dari Universitas Leeds, Inggris, dan tim di jurnal BMJ Open tahun 2020 menyebutkan, upaya deteksi dini kanker ginjal tak mudah, terutama jika didasarkan pada gejalanya.
”Meningkatkan kesadaran warga mengenai gejala terkait kanker ginjal sebagai strategi mendorong tingkat deteksi dini dibatasi oleh fakta bahwa gejala terkait relatif jarang terjadi dan sering dikaitkan dengan penyakit lanjut. Perhatian yang lebih besar harus diberikan pada kelayakan strategi skrining dan identifikasi biomarker diagnostik yang beredar,” tulis Naveen.
Faktor risiko
Dengan karakteristik ini, pencegahan kanker ginjal menjadi sangat penting. ”Faktor risiko, kita tidak bisa menyebut penyebab, dari kanker ginjal adalah konsumsi daging merah, bahan karsinogenik atau bahan kimia tertentu di industri tertentu, penyakit darah tinggi tertentu, dan yang paling penting adalah genetik,” ujarnya.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Warga berolahraga di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (9/9/2023) pagi. Antusias warga untuk berolahraga di luar ruang tetap tinggi meskipun kualitas udara Jakarta sedang buruk akibat polusi.
Menurut Lukman, seseorang yang menderita kanker patut diduga sejak awal, memiliki turunan di atasnya, yang juga punya bakat kanker. ”Seseorang yang memiliki bakat kanker belum tentu akan mengalami kanker ginjal selama hidupnya. Namun, mereka yang memiliki bakat kanker dan kemudian terpapar dengan faktor risiko lainnya maka akan lebih berisiko,” katanya.
Lukman menambahkan, obesitas dan usia juga merupakan faktor risiko dari kanker ginjal. ”Orang yang berusia di atas 70 tahun lebih berisiko dibandingkan yang lebih muda. Walaupun kami juga kami banyak merawat anak-anak dengan kanker, umumnya kanker testis, selain pada dewasa,” katanya.
Dengan kecenderungan ini, apabila seseorang diketahui memiliki keluarga yang pernah memiliki kanker dan pengobatan kanker, sebaiknya lebih hati-hati. ”Konsultasi dan pemeriksaan dini dibutuhkan selagi masih muda, apalagi kalau sudah tua,” ungkapnya.
Sementara untuk pencegahan, perlu perbaikan pola makan. ”Secara umum, menu makanan yang baik, yang seimbang kandungan gizinya, baik karbohidrat, protein, lemak, serat, maupun sayur-sayuran. Makanan yang sehat itu yang bervariasi dan tidak monoton. Tiap hari makan daging tentu tidak baik,” tuturnya.
DOKUMENTASI PRIBADI
Publik figur Najwa Shihab (45) selalu menyempatkan berlari saat kunjungannya ke daerah dengan komunitas setempat untuk mengobati rasa kangennya lari di luar ruangan. Sebab, ia memilih mengurangi lari di luar ruangan sejak polusi udara di Jakarta mengkhawatirkan.
Menurut dia, merokok juga salah satu faktor risiko, yang sebaiknya segera dihentikan. ”Kalau ada hipertensi dikontrol dan kalau ada sebaiknya diturunkan hingga berat badan ideal,” katanya.