Satelit Nusantara-5 Meluncur Desember 2023
Satelit Nusantara-5 akan meluncur ke orbit pada Desember 2023. Sebagian besar kapasitas satelit milik Grup Pasifik Satelit Nusantara itu untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dan sebagian kecil untuk Filipina dan Malaysia.
JAKARTA, KOMPAS—Berbeda dengan Satelit Nusantara-3 yang semua kapasitasnya digunakan di Indonesia, Satelit Nusantara-5 yang akan meluncur Desember 2023 rencananya digunakan oleh sejumlah negara di kawasan ASEAN.
Penggunaan teknologi satelit ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan digital. Pemakaian teknologi tersebut sekaligus bisa menutup sebagian kebutuhan internet yang terus meningkat di Asia Tenggara.
Satelit Nusantara-5 atau N-5 akan diluncurkan dari Bandar Antariksa Kenedy, Florida, Amerika Serikat, menggunakan roket Falcon milik SpaceX pada Desember 2023.
Satelit buatan Boeing Satellite System, AS berkapasitas 160 Gigabit per detik (Gbps) itu dimiliki oleh PT Satelit Nusantara Lima (SNL) yang merupakan anak perusahaan Grup Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Baca juga :Satelit Satria 1 Tambah Kapasitas Internet Indonesia
"Sebanyak 13,5 Gbps akan digunakan oleh Filipina dan 10 Gbps untuk Malaysia. Sisa kapasitas yang ada akan digunakan untuk Indonesia oleh Grup PSN," kata Presiden Direktur Grup PSN Adi Rahman Adiwoso dihubungi dari Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Saat Satelit N-5 nantinya meluncur dan beroperasi, Grup PSN akan mengoperasikan tiga satelit geostasioner di ketinggian 36.000 kilometer dari Bumi. Tiga satelit itu meliputi Nusantara -1 (N-1) berkapasitas 15 Gbps, Nusantara-3 (N-3) berkapasitas 150 Gbps, dan N-5 dengan kapasitas 160 Gbs.
Dari ketiga satelit itu, saat ini yang sudah beroperasi adalah N-1 yang terletak di 146 bujur timur (BT) atau di atas Samudera Pasifik di timurlaut Papua. Satelit N-3 yang diluncurkan pada Juni 2023, saat ini dalam perjalanan menuju orbit dan nanti juga akan diletakkan pada 146 BT.
Sementara Satelit N-5 yang akan meluncur Desember 2023 rencananya ditempatkan di 113 BT atau di atas Pulau Kalimantan. "Satelit N-5 jadi pengganti Satelit Nusantara-2 (N-2) yang gagal meluncur tahun 2020," tambah Adi.
Baca juga : Satelit Satria Menopang Ekonomi Digital
Satelit N-2 diluncurkan menggunakan roket Long March 3B dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang (XLSC), China pada 9 April 2020. Semula peluncuran berjalan lancar hingga saat pelepasan roket tingkat tiga dilakukan terdeteksi adanya anomali, yaitu salah satu dari dua roket pendorongnya tidak menyala.
Kesalahan itu membuat roket tidak memiliki kecepatan yang memadai untuk membawa satelit ke orbit transfer menuju orbit sebenarnya. Pada ketinggian 170 km, kecepatan satelit hanya 7,1 km per detik. Akhirnya, satelit berkapasitas 10 Gbps buatan China Great Wall Industry Corporation itu jatuh ke laut.
Terbesar
Saat diluncurkan, Satelit N-3 atau Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 merupakan satelit dengan kapasitas terbesar di Asia dan kelima di dunia. N-3 akan beroperasi akhir 2023 atau awal 2024.
Dengan diluncurkannya N-5 berkapasitas serupa dengan N-3, PSN akan mengelola dua satelit dengan kapasitas amat besar.
"Seiring dengan adanya N-1, N-3 (Satria-1), dan N-5, maka pasokan internet satelit di Indonesia, khususnya di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) akan semakin tercukupi dan bisa diakses dengan biaya yang terjangkau," tambah Adi.
Satelit N-1 menggunakan teknologi high throughput satellite (HTS) yang memungkinkan satelit membagi area cakupannye menjadi beberapa spot. Dengandemikian, penggunaan frekuensinya jadi lebih efisien dan kapasitas lebar pitanya jadi lebih besar.
Baca juga : Peluncuran Satelit Satria Mempercepat Transformasi Digital Indonesia
Sementara N-3 dan N-5 memiliki teknologi serupa yaitu very high throuhput satellite (VHTS) yang sama dengan HTS tetapi kapasitas lebih dari 100 Gbps. Meski Satelit N-3 juga dinamakan Satria-1, Satelit N-5 tidak akan jadi Satria-2.
Seiring dengan adanya N-1, N-3 (Satria-1), dan N-5, maka pasokan internet satelit di Indonesia, khususnya di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) akan semakin tercukupi dan bisa diakses dengan biaya yang terjangkau.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika saat ini menyiapkan satelit kembar Satria-2A dan Satria 2B pada 2024-2026 dan seri lain demi mengejar target pemenuhan kapasitas internet satelit 600 Gbps hingga 1 Terabit per detik pada 2030.
Meski kapasitas satelit milik Grup PSN difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, PSN sebagai perusahaan satelit pengelola dua satelit berkapasitas terbesar di Asia ingin memperluas layanan jasa satelit ke pasar internasional.
"Sebagai perusahaan satelit yang memiliki kapasitas terbesar di Asia, Grup PSN berkomitmen menghadirkan layanan akses digital yang lebih inklusif tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga Asia," kata Adi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Adi beserta sejumlah jajaran direksi Grup PSN bertemu dengan delegasi Filipina yang dipimpin langsung Presiden Ferdinand R Marcos Jr di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-43 di Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Dalam pertemuan itu, Grup PSN dan perusahaan layanan jasa satelit We Are IT (WIT) Philippines Inc berkomitmen memperkuat Perjanjian Layanan Kapasitas Satelit di antara kedua lembaga. Mereka juga membahas potensi kerja sama melayani pertumbuhan kapasitas satelit dan akses internet di Filipina.
Dari pertemuan itu, PSN menyatakan komitmennya mendukung pemerintah Filipina membangun infrastruktur satelit guna pemerataan konektivitas internet di negara tersebut. Adapun WIT akan bertugas mengembangkan pasar layanan satelit lebih besar untuk sektor pemerintah maupun konsumen.
Sekretaris Departemen Perdagangan dan Industri Filipina Alfredo E Pascual seperti dikutip dari kanal Youtube lembaga penyiaran Kepresidenan Filipina RTV Malacanang mengatakan kemitraan antara Grup PSN dan Filipina itu bisa mengembangkan layanan internet satelit yang lebih terjangkau, khususnya bagi masyarakat di daerah dan kawasan terpencil Filipina.
"Filipina dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sama-sama memiliki tantangan dalam transformasi digital. Untuk mengatasi kondisi geografis itu, teknologi satelit sangat sesuai. Dengan kapasitas sebesar 13,5 Gbps yang disediakan Satelit N-5 bisa membantu mengurangi kesenjangan digital di Filipina," tambah Pimpinan Eksekutif Tertinggi WIT Joseph P Maddatu.
Kerja sama Grup PSN dan WIT itu tidak hanya dalam penggunaan sebagian kapasitas Satelit N-5, tetapi juga pembangunan fasilitas penunjang, seperti pembangunan stasiun Bumi (gateway).
Dari 11 stasiun Bumi yang dipakai Satelit N-5, delapan stasiun akan dibangun di Indonesia dan tiga stasiun lain di Hongkong, Subic Bay Filipina, dan Cyberjaya Malaysia. Delapan stasiun Bumi di Indonesia itu tersebar di Banda Aceh, Bengkulu, Cikarang, Surabaya, Banjarmasin, Tarakan, Makassar dan Kupang.
Selain stasiun Bumi, di Filipina akan dibangun fasilitas cloud system internet access. Fasilitas tersebut akan membantu otoritas Filipina mengatur keamanan data dan filtrasi konten sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara langsung dan mandiri.