Ketangguhan Keluarga Penting untuk Mendapat Manfaat Bonus Demografi
Peran keluarga untuk mendukung bangsa mendapatkan manfaat dari bonus demografi perlu jadi perhatian. Keluarga tangguh mendukung pengasuhan berkualitas untuk menghasilkan generasi muda unggul.
JAKARTA, KOMPAS – Ketangguhan keluarga dibutuhkan untuk mendukung penyiapan sumber daya manusia berkualitas yang bahagia, sejahtera, serta mampu menghadapi tantangan perubahan. Berbagai permasalahan bangsa terkait anak-anak, generasi muda, dan lanjut usia dapat diurai dengan mendukung ketahanan dan ketangguhan keluarga.
Jika kualitas manusia bagus, Indonesia yang akan memiliki lebih banyak penduduk berusia produktif akan menuai manfaat bonus demografi. Hal ini tidak hanya bertujuan mencapai kemajuan ekonomi, tetapi juga kebahagiaan dan kesejahteraan. Dengan demikian, pengasuhan keluarga yang berkualitas perlu menjadi perhatian yang penting.
Hal tersebut terungkap dalam webinar bertajuk ”Ketangguhan Bangsa Dimulai dari Rumah” yang digelar Akademi Suluh Keluarga, Sabtu (5/8/2023). Tampil sebagai pembicara perwakilan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga sejumlah praktisi pendidikan keluarga.
Generasi sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak dapat diwujudkan dari keluarga yang tangguh, bahagia, dan sejahtera.
Asisten Deputi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Kemenko PMK Mustikorini Indrijatiningrum mengatakan, pembangunan manusia pertama kali berasal dari keluarga. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan serta harkat dan martabatnya, salah satunya dengan membuat arah kebijakan yang juga mendukung ketangguhan individu dan keluarga sebagai motor penggerak pembangunan. Hal ini agar tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam pembangunan.
Pemerintah telah membuat indikator keberhasilan pembangunan keluarga lewat indeks pembangunan keluarga (iBangga), yang terdiri dari tiga dimensi, yakni kemandirian, ketenteraman, dan kebahagiaan. Tujuannya, untuk mewujudkan pembangunan keluarga berkualitas. Capaian iBangga pada tahun 2021 adalah 54,01, tahun 2022 (56,07), dan pada tahun 2024 mencapai target 61.
”Salah satu isu strategis dalam pembangunan SDM ialah ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Sebab, generasi sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak dapat diwujudkan dari keluarga yang tangguh, bahagia, dan sejahtera,” kata Indri.
Menurut dia, negara hadir dengan memastikan keluarga dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mempertahankan keluarga. Ketahanan keluarga dapat diwujudkan dengan interaksi berkualitas antaranggota keluarga.
Baca juga : Keluarga Berkualitas demi Generasi Unggul
”Di era digital ini, ruang interaksi bergeser dari dunia fisik juga di dunia maya. Hal ini jadi tantangan dalam menjaga ketahanan keluarga. Sebab, ketahanan keluarga yang baik sebagai modal dasar untuk mewujudkan ketahanan nasional. Keluarga tangguh dapat meningkatkan ketangguhan bangsa lewat pendidikan dan kesehatan yang berdampak pada indeks pembangunan manusia, yang butuh peran orangtua dan semua anggota keluarga,” tutur Indri.
Demikian pula terkait pemanfaatan teknologi, keluarga mempunyai peran penting. Pada tahun 2023, pengguna internet sudah mencapai 77 persen dari total populasi. Jumlah pengguna media sosial aktif lebih dari 167 juta orang atau sekitar 60 persen.
Namun, Kementerian Komunikasi dan Informatika per 1 Juli 2023 memblokir lebih dari 3,6 juta konten negatif, seperti pornografi, judi online, penipuan online, hingga berita hoaks. ”Keluarga juga jadi kunci untuk memanfatkan teknologi digital secara bijaksana dengan literasi digital yang baik agar terhindar dari berbagai kejahatan di ruang digital,” ujar Indri.
Hindari masalah sosial
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amich Alhumami mengatakan, saat ini terdata sekitar 70,759 juta kepala keluarga. Keluarga yang berfungsi baik dapat menghindari berbagai masalah sosial dan kekerasan di kalangan anak dan perempuan. Bahkan, keluarga menjadi kekuatan penentu untuk menyiapkan SDM unggul dan berkualitas.
”Betapa penting isu-isu sosial yang dihadapi bangsa juga dilihat kaitannya dengan pengasuhan keluarga dan ketangguhan keluarga. Dengan memperkuat basis institusi paling kecil, yakni keluarga, dapat mendukung pembangunan bangsa yang baik dan berkualitas,” lanjutnya.
Baca juga : Peran Orangtua dalam Pengasuhan Tak Tergantikan
Amich memaparkan berbagai kondisi keluarga di Indonesia. Angka perceraian cenderung meningkat, pada tahun 2022 mencapai 452.443 kasus. Penyebabnya mulai dari perselisihan/pertengkaran terus-menerus, faktor ekonomi, salah satu pihak meninggalkan pasangan, hingga masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau mabuk.
Ada juga masalah perkawinan anak yang di bawah 15 tahun ataupun sebelum 18 tahun. Bahkan, pada tahun 2022 yang masih dalam masa pandemi Covid-19, ada dispensasi perkawinan anak dengan total 830 kasus.
Kemajuan teknologi digital juga memberi risiko pada anak-anak. Sekitar 45 persen dari 2.777 anak berusia 14-24 tahun pernah mengalami cyber bullying. Risiko ini karena semakin muda usia pengguna media sosial semakin lama durasi menggunakan media sosial, rata-rata 60-180 menit lebih dalam sehari.
Demikian juga ancaman dalam konsumsi alkohol hingga penyalahgunaan narkoba. Distribusi terbesar penggunaan narkoba setahun terakhir ada pada kelompok usia 25-49 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, di perdesaan ataupun perkotaan. Kasus kesehatan yang mengancam salah satunya HIV di kalangan usia produktif.
”Penguatan keluarga penting sebagai garda terdepan pembangunan sosial dan kesejahteraan rakyat,” kata Amich.
Pendidikan karakter
Kepala Badan Standar Kurikulum, Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan, peran keluarga, terutama orangtua, penting di masa anak sebelum sekolah hingga saat sekolah. Apalagi dengan kebijakan Merdeka Belajar, transformasi pendidikan dilakukan untuk mengantisipasi perubahan cepat yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan.
”Paradigma orangtua juga perlu berubah untuk mendukung anak-anak menguasai keterampilan dasar dan karakter. Tujuan Merdeka Belajar tidak lagi membebani anak dengan materi belajar yang banyak, tetapi untuk memperkuat kecakapan dan karakter yang menyiapkan mereka menghadapi masa depan, yakni memperkuat berpikir kritis, independen, nilai-nilai moral spiritual, kreativitas, kolaborasi sosial, warga global, serta literasi dan numerasi. Orangtua mendukung mulai dari 1.000 hari pertama anak hingga anak bersekolah,” tutur Anindito.
Anindito memaparkan, orangtua perlu memastikan lingkungan keluarga yang meletakkan fondasi cara berpikir dan emosi yang lebih baik sebab dampaknya anak-anak jauh lebih siap menyerap informasi di sekolah.
”Kesenjangan di hari pertama sekolah sudah terjadi. Ini bergantung peran lingkungan keluarga/rumah yang mampu meletakkan fondasi agar anak-anak siap belajar terstruktur. Kelurga bukan fokus pada kemampuan anak-anak membaca dan menulis secara mekanis, tapi kebiasaan membaca, kebiasaan memperhatikan informasi tertentu, hingga kemampuan mengelola emosi. Semua ini pertama kali dibangun dalam keluarga,” papar Anindito.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi mengatakan, keluarga ramah anak harus terus dikembangkan. Dengan menghadirkan keluarga yang menyenangkan, anak-anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dan hak-haknya terlindungi.
Founder Profil Pemenang Irwan Amrun menyebutkan, keluarga tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan harus jadi perhatian. Keluarga juga harus lincah atau agile menghadapi perubahan dan belajar dari tantangan untuk berkembang.
Baca juga : Pilihan Sadar Mendidik Anak lewat Sekolah Rumah
”Mengembangkan ketangguhan anak dari rumah akan menghadirkan profil mental pemenang dalam diri anak. Jangan khawatir gagal, asal mampu bangkit,” ujar Irwan.
Direktur Akademi Suluh Keluarga dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Sekolahruma dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) Lovely B mengatakan, pemberdayaan keluarga membuat orangtua dapat berperan secara berkualitas, termasuk dalam pendidikan anak-anak. Semakin banyak orangtua yang secara sadar memilih pendidikan keluarga bagi anak-anak mereka.
”Terutama untuk memastikan pendidikan karakter, keluargalah yang jadi tempat pertama dan utama bagi anak-anak belajar nilai-nilai kebaikan dan kehidupan,” kata Lovely.