Alat Tes Cepat untuk Deteksi Penyakit Autoimun Tiroid
Ibu hamil dengan autoimun tiroid yang tidak terdeteksi memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak dengan kondisi tengkes. Pengembangan alat tes cepat TPO-TSHR dapat mendeteksi penyakit autoimun tiroid lebih dini.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Angka penyakit autoimun meningkat drastis dalam 30 tahun terakhir. Penyakit ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Gangguan kesehatan itu berkembang saat sistem kekebalan tubuh salah dalam menilai sel sehat dalam tubuh lalu menganggapnya sebagai zat asing.
Penyakit autoimun memiliki berbagai jenis yang bertambah seiring waktu. Sampai kini tercatat ada lebih dari 150 jenis penyakit autoimun, salah satunya autoimunitas pada kelenjar tiroid (autoimmune thyroid disease/AITD).Penyakit ini terjadidalam organ yang banyak ditemukan pada perempuan berusia 17-50 tahun.
Ibu hamil dengan autoimun tiroid yang tak terdeteksi memiliki risiko tinggi melahirkan anak dengan kondisi tengkes (stunting) sejak dalam kandungan. Bahkan, kondisi ini dapat berlanjut umumnya sampai dua tahun sejak 1.000 hari pertama kehidupan.
Titer antibodi thyroid peroxidase (TPO) dan thyroid stimulating hormone receptor(TSHR) dapat dideteksi lebih awal sebelum terjadi perubahan kadar hormon T3 dan T4. Namun, pemeriksaan TPO dan TSHR untuk mendeteksi penyakit autoimun tiroid hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan fasilitas lengkap dan butuh biaya amat mahal.
Mengingat bahaya dan dampak yang ditimbulkan, penyiapan alat kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit autoimun tiroid produksi dalam negeri amat dibutuhkan di tengah kondisi laboratorium terbatas. Selain mengurangi kebutuhkan impor, hal ini amat penting untuk meningkatkan ketersediaan alat deteksi yang mudah dijangkau.
Kondisi itu melatarbelakangi tim peneliti mengembangkan alat tes cepat penyakit autoimun tiroid. Tim peneliti yang terlibat mengembangkan inovasi ini di antaranya dari Universitas Brawijaya (Malang, Jawa Timur), Universitas Syiah Kuala (Banda Aceh, Aceh), Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), dan PT Bio Farma.
Dosen sekaligus peneliti di Universitas Syiah Kuala Zulkarnain menuturkan, tim peneliti mengembangkan alat tes cepat untuk deteksi penyakit autoimun tiroid demi menghadirkan alat yang praktis dan ekonomis. Meski demikian, alat ini tak melupakan sensitivitas dan spesifitas untuk mendeteksi kelainan autoimun secara cepat.
Zulkarnain menjelaskan, keberadaan TPO dan TSHR terbentuk lebih awal sebelum penyakit autoimun tiroid memiliki gejala. Hal ini kerap menjadi tantangan bagi tenaga medis dalam proses penapisan tanpa menimbulkan kerusakan lebih lanjut.
”Kami mengambil biomarker TPO dan TSHR karena antibodi ini dijumpai pada lebih dari 90 persen pasien. Selama ini, pemeriksaannya bersifat tunggal dan belum ada alat yang mengombinasikan dua pemeriksaan,” ujarnya dalam webinar ajang pentas karya inovasi IHIAVI-2022 kategori alat kesehatan, pertengahan Mei lalu.
Secara awam, penggunaan alat ini mirip seperti uji kehamilan, tetapi dengan prinsip lateral flowatau tes antibodi. Dalam stik lalu ditempelkan dua antibodi yang nantinya akan berikatan apabila sampel darah terdeteksi memiliki autoantibodi dari TPO dan TSHR.
Keunggulan
Alat ini memiliki keunggulan dibandingkan produk lain, yakni praktis, ekonomis, sampel sedikit, waktu pemeriksaan cepat, dan tak membutuhkan peralatan canggih atau skala laboratorium. Dengan keunggulan itu, penggunaan alat ini juga dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama, yakni puskesmas dan klinik pratama.
Sebagai perbandingan, produk yang digunakan sebagai standar utama (gold standar) untuk pengujian TPO-TSHR yang ada tidak praktis dan menggunakan peralatan ELISA reader. Bahkan, hasil tes memakai produk gold standar tersebut memerlukan waktu lebih lama, sampel lebih banyak, dan berbiaya mahal.
”Kasus-kasus stunting lebih banyak ditemukan di daerah terpencil dibandingkan daerah dekat rumah sakit. Oleh karena itu, keberadaan alat ini membantu dokter-dokter di daerah untuk cepat menemukan kelainan autoimun tiroid,” kata Zulkarnain.
Berdasarkan sistem klasifikasi risiko alat kesehatan (siklara), alat rapid test TPO-TSHR masuk dalam kategori alkes DIV kelas A peraturan 5. Artinya, alat ini hanya menimbulkan risiko rendah terhadap individu dan kesehatan publik. Sebab, cara kerja alat ini hanya mengambil darah dan kemudian diteteskan ke alat rapid yang disiapkan.
Selain itu, alat ini telah melalui uji klinis tahap awal pada 74 pasien dengan hasil amat baik. Hasil uji klinis menunjukkan, sensitivitas (kemampuan hasil positif) alat ini mencapai 100 persen dan spesifitas (kemampuan hasil negatif), yakni 85 persen.
Nantinya, lanjut Zulkarnain, tim peneliti akan tetap melakukan riset pengembangan untuk meningkatkan kembali spesifitas alat ini. ”Tentu kami akan menambah dengan sampel lebih besar dan etnis lebih banyak sehingga nantinya alat ini bisa didistribusikan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga luar negeri,” ucapnya.
Serangkain riset
Menurut Zulkarnain, produk ini dikembangkan lewat rangkaian riset dasar selama hampir 15 tahun. Riset produk ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah menganalisis molecular docking dan simulasi dinamika molekul model antigen TSHR dan TPO dalam berinteraksi dengan model antibodi perangsang tiroid (TSAb).
Tahap kedua adalah melakukan proses isolasi dan karakterisasi protein TSHR dan TPO rekombinan dengan menggunakan bakteri Escherichia coli. Tahapan ini dilakukan setelah peneliti memastikan sekuen yang diambil sudah tepat atau berinteraksi dengan kuat.
Kemudian tahap ketiga adalah melakukan spesifitas dan sensitivitas dari protein target TSHR dan TPO rekombinan dalam mengenali TSAb. Protein target tersebut telah dibersihkan sehingga nantinya bisa dijadikan sebagai prototipe untuk kandidat biomarker atau penanda biologis serodiagnostik.
Saat ini, alat tersebut masih dalam tahap uji izin edar dan ditargetkan telah siap diproduksi secara massal pada tahun 2024. Setelah diproduksi, alat ini diharapkan bisa langsung didistribusikan ke sejumlah daerah. Alat ini mendapat paten untuk TPO dan TSHR sejak 2018 serta terpilih sebagai 112 karya inovasi paling prospektif tahun 2020.
Selain itu, alat rapid tes TPO-TSHR menjadi salah satu inovasi dalam Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI-2022 kategori alat kesehatan. Acara ini merupakan bentuk apresiasi kepada instansi, individu atau kelompok, akademisi, dan pihak lain yang berhasil menjalankan program peningkatan layanan kesehatan.
Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Supriyantoro mengutarakan, alat kesehatan dipilih sebagai salah satu kategori dalam IHIA karena industri alat kesehatan dalam negeri masih relatif kecil dibandingkan nilai impor. Di sisi lain, banyak inovasi alat kesehatan amat potensial dikembangkan dan ditangkap oleh industri.
”Jadi, ajang inovasi ini bertujuan untuk menangkap berbagai peluang tersebut dan memberikan apresiasi. Para pengembang atau pelaku industri diharapkan dapat menangkap peluang ini sehingga menjadi unggulan dalam produk alat kesehatan nasional,” tuturnya.