Digitalisasi Layanan Kesehatan Mempermudah Akses Masyarakat
Inovasi teknologi komunikasi jarak jauh berupa telepon untuk konsultasi medis, pengobatan, serta penyediaan sensor yang dapat mengukur metrik, seperti detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar oksigen.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
NASRUN KATINGKA
Acara peluncuran Klinik Cekatan, layanan kesehatan digital kolaborasi antara Halodoc dan Haleon melalui Panadol, di Jakarta, Senin (29/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Inovasi teknologi digital menjadi salah satu upaya menjangkau pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas. Persebaran penduduk Indonesia yang tersebar di daerah-daerah menjadi tantangan di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan. Kolaborasi berbagai pihak mengembangkan teknologi bisa menjadi alternatif untuk mempermudah aksesibilitas layanan kesehatan lebih inklusif.
Staf Ahli Teknologi Kesehatan yang juga Chief Digital Transformation Officer Kementerian Kesehatan Setiaji mengungkapkan, layanan fasilitas kesehatan masih terbatas. Oleh karena itu, butuh dukungan banyak pihak. Keberadaan 10.290 puskesmas di Indonesia belum optimal mengakomodasi kebutuhan pelayanan kesehatan di hampir 100.000 jumlah desa di dalam negeri. Dengan demikian, inovasi dari berbagai pihak akan membantu pemerintah dalam menjangkau masyarakat.
”Kami percaya bahwa digitalisasi adalah salah satu kunci untuk menjadikan layanan kesehatan lebih inklusif,” kata Setiaji saat acara peluncuran pelayanan Klinik Cekatan dari Haleon dan Halodoc, di Jakarta, Senin (29/5/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Tampilan aplikasi Halodoc yang menjadi salah satu mitra Kementerian Kesehatan dalam layanan telemedik untuk publik, Minggu (17/5/2020).
Setyaji melanjutkan, saat pandemi, Kemenkes telah meluncurkan aplikasi layanan digital telemedik atau konsultasi kesehatan jarak jauh serta pengiriman obat. Menurut Setyaji, inovasi dan kolaborasi lain yang lebih inklusif akan menjangkau lebih banyak masyarakat.
Setyaji melihat kehadiran program kemitraan antara perusahaan kesehatan konsumen, Halodoc, dan Haleon melaui Panadol dengan program Klinik Cekatan akan memperluas layanan kesehatan masyarakat. Setyadi berharap terobosan tersebut bisa diikuti dengan industri kesehatan lain untuk saling berkolaborasi menghadirkan layanan kesehatan serupa.
Adapun program Klinik Cekatan ini berbasis penyediaan fasilitas teknologi komunikasi jarak jauh berupa telepon untuk konsultasi medis dan pengobatan. Dengan unit telepon Klinik Cekatan, memungkinkan konsultasi yang lebih personal melalui layar video untuk interaksi tatap muka. Selain itu, terdapat sensor yang dapat mengukur metrik, seperti detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar oksigen.
Chief of Medical Halodoc Irwan Heriyanto mengatakan, program Klinik Cekatan tersebut terus dikembangkan. Sebelumnya program ini berupa layanan klinik keliling yang menjangkau lebih dari 4.000 orang serta memberikan hingga 7.000 konsultasi. Adapun dengan penggunaan telepon cekatan, ditargetkan mencapai hingga 10.000 konsultasi.
”Perluasan program ini, selama delapan minggu, menargetkan 10.000 konsultasi gratis di 16 desa di Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, yang mengalami gempa pada tahun 2022,” ucap Irwan.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Warga mendapatkan informasi promosi kesehatan saat Bakti Sosial Layanan Terintegrasi di Pasar Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/7/2022).
Irwan menjelaskan adanya kebutuhan untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota kecil dan daerah terpencil. Untuk itu, selain memberikan konsultasi kesehatan dan pengobatan dasar secara gratis, Halodoc mendukung Panadol Klinik Cekatan juga memberikan edukasi akan pentingnya gaya hidup sehat dalam menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga.
Sementara itu, Manajer Umum Haleon Indonesia Dhanica Mae Tiu berharap pengembangan inovasi dari mereka tidak hanya digunakan sebagai pengobatan bagi masyarakat. Dia mendorong, dengan edukasi yang mereka lakukan hingga ke daerah terpencil, inisiatif preventif dari masyarakat bisa ikut tumbuh.
”Kami menyadari, selama ini banyak masyarakat ketika sakit sering menunda pemeriksaan. Dengan kehadiran inovasi ini, kami hadir langsung di tengah masyarakat yang memiliki berbagai keterbatasan akses. Di sisi lain, mereka juga bisa langsung konsultasi pencegahan berbagai penyakit,” kata Dhanica.
Setiadi optimistis tawaran inovasi layanan kesehatan secara digital yang dikembangkan akan diterima masyarakat. Hal itu terlihat dari penetrasi internet yang semakin meningkat, terutama pengguna layanan telemedik yang meningkat saat pandemi Covid-19.
Bahkan, setelah pandemi, penggunaan telemedik terus meningkat. Berdasarkan data Asosiasi Telemedicine Indonesia (ATENSI) per semester I-2022, konsultasi telemedik non-Covid-19 di Indonesia mencapai 10.052.955 kali. Data ini jauh lebih besar daripada penggunaan layanan telemedik untuk kasus Covid-19, yaitu 453.540 kali pada kurun waktu yang sama.
Ekosistem telemedik yang cukup besar di Indonesia mendorong masyarakat lebih aktif memanfaatkan layanan kesehatan berbasis digital. Jika merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2021 terdapat lebih dari 170 perusahaan rintisan di bidang teknologi kesehatan yang tergabung dalam Asosiasi HealthTech Indonesia (Kompas, 5/10/2022).
”Dengan demikian, kami berharap ekosistem seperti ini bisa terus berkembang sehingga bisa meng-cover wilayah dan masyarakat yang lebih luas lagi,” ujar Setiadi.