Penghargaan Bisa Menumbuhkan Minat Perempuan Terjun ke Bidang STEM
Penghargaan diberikan bagi mahasiswa perempuan yang terjun di bidang STEM demi mendorong perempuan lainnya berperan yang sama dimulai dari bangku perkuliahan.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kaum perempuan didorong untuk berkarier di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika agar menghasilkan inovasi. Perguruan tinggi perlu mendukung peningkatan peran perempuan di bidang tersebut, termasuk memberi penghargaan bagi mahasiswi yang menuntaskan pendidikan bidang itu.
Kepala Pendidikan Kerja sama dan Hubungan Eksternal School of Applied STEM (Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika) Universitas Prasetiya Mulya Faizah Sari mengatakan hal itu dalam diskusi “STEM Students Go International Kawasan Amerika Utara” di Kampus Universitas Prasetiya Mulya, Kabupaten Tangerang, Selasa (16/5/2023).
Menurut Mulya Faizah, peran perempuan di bidang STEM terus didorong sejak menempuh pendidikan tinggi. Di Universitas Prasetiya Mulya, misalnya, terdapat Fakultas Outstanding School of Applied Science Technology and Mathematics.
Ada enam program studi di dalamnya, yaitu Business Mathematics, Computer System Engineering, Energy Business and Technology, Food Business Technology, Software Engineering, dan Product Design Engineering.
”Kami mendukung dan memfasilitasi kebutuhan mahasiswa, khususnya demi mendorong peran perempuan dalam bidang STEM. Tak hanya itu, kami juga mendukung mereka dengan memberikan penghargaan bertuliskan ”Women in STEM” ketika lulus sebagai dukungan pada peran perempuan di bidang itu,” tuturnya.
Kami mendukung dan memfasilitasi kebutuhan mahasiswa, khususnya demi mendorong peran perempuan dalam bidang STEM.
Saat ini di fakultasnya proporsi perempuan dan laki-laki di bidang STEM seimbang. Meski rasionya seimbang, pemberian penghargaan terhadap perempuan di bidang STEM tidak akan berhenti, sebab adanya penghargaan tersebut dinilai sangat membantu para perempuan terjun ke bidang STEM.
Pada 2017, di negara-negara maju anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), hanya 30 persen dari populasi perempuan yang memilih bidang studi STEM di jenjang sarjana. Secara global, persentase perempuan yang belajar teknik, manufaktur, dan konstruksi ataupun teknologi informasi dan komunikasi di bawah 25 persen di dua pertiga negara di dunia.
Gender Report of the Global Education Monitoring (GEM) Report Series Tahun 2022: ”Mengkaji Lebih dalam Perdebatan mengenai Mereka yang Masih Tertinggi di 120 Negara” yang dirilis April lalu menyoroti aspirasi anak laki-laki dan perempuan di sekolah untuk memasuki dunia STEM.
Meski perempuan tidak kalah dalam performa belajar membaca, sains, dan matematika, lebih sedikit perempuan tertarik memilih karier STEM di masa depan.
Sementara derdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, angka penduduk Indonesia yang memiliki ijazah pendidikan tinggi di bidang STEM masih rendah, yaitu 32 persen. Di dunia kerja hanya 2 dari 10 perempuan yang bekerja secara profesional dan 3 dari 10 perempuan yang meneliti di bidang STEM.
Penelitian Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mencatat, 61 persen perempuan mempertimbangkan stereotipe jender saat mencari pekerjaan. Selain itu, 50 persen perempuan kurang tertarik bekerja di bidang STEM karena kuatnya dominasi laki-laki.
Secara terpisah, pengamat pendidikan Center for Education Regulation and Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji, berpandangan, literasi dasar anak-anak Indonesia perlu diperbaiki dan diperkuat sebelum masuk lebih dalam soal STEM. Lebih jauh, STEM sejatinya berfokus pada sebuah inovasi.
”Perkembangan saat ini sebenarnya sudah semakin baik, perempuan juga ada yang masuk ke bidang teknik, meskipun lebih banyak tertarik sains. Kemudian, untuk meningkatkan ini perlu dibenahi dari dasar dulu, bagaimana literasi mereka terhadap matematika, pengetahuan alam, dan lainnya,” ujar Indra saat dihubungi di Jakarta, Selasa (16/5/2023).
Selain itu, pengembangan STEM berdampak pada perkembangan negara di era of society 5.0 mendatang. Hal yang perlu diperbaiki serta diperkuat adalah kemampuan nonteknis (soft skill) yang meliputi kecerdasan, baik emosional maupun sosial, komunikasi, dan kerja tim.
Sementara itu, Mahasiswa semester empat Program Studi Business Mathematics 2021 Universitas Prasetiya Mulya Felda Everyl menilai, perempuan perlu meyakinkan diri agar dapat berkontribusi di bidang STEM. Perbedaan jenis kelamin seharusnya tidak menjadi masalah yang menghalangi siapa pun berkarier di bidang tersebut.
”Secara mental, setiap jender itu tidak terbatas kemampuannya. Jangan sampai siapa pun, khususnya perempuan, menjadi minder karena mungkin secara mental mereka merasa tidak mampu bersaing dengan laki-laki,” kata Felda pada kesempatan yang sama, Selasa (16/5/2023).
Selain itu, pelajaran mengenai STEM dinilai perlu diajarkan dengan metode yang menarik dan mudah dipahami. Orangtua berperan penting membentuk karakter setiap anak agar mereka dapat menerima materi pelajaran seperti matematika dan sains dengan lebih mudah.
”Sejak kecil saya sudah sangat tertarik dengan matematika, karena orangtua juga selalu mengajarkan matematika dengan menyenangkan. Jadi, kebiasaan itu terbawa sampai dewasa,” kata Felda.