Penyakit autoimun menunjukkan tren peningkatan, dengan 1 dari 10 orang diketahui mengalaminya. Faktor lingkungan atau perubahan perilaku dinilai berkontribusi terhadap kondisi ini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa gangguan autoimun, seperti diabetes tipe 1, dilaporkan telah meningkat selama beberapa dekade terakhir, menimbulkan pertanyaan apakah kejadian keseluruhan gangguan autoimun sedang meningkat. Studi berbasis populasi yang melibatkan 22 juta orang menunjukkan bahwa gangguan autoimun sekarang memengaruhi sekitar 1 dari 10 orang. Faktor lingkungan atau perubahan perilaku dinilai berkontribusi terhadap kondisi ini.
Hasil riset yang dipublikasikan di The Lancet edisi Mei 2023 menyoroti perbedaan sosial ekonomi, musim, dan regional yang penting untuk beberapa gangguan autoimun dan memberikan petunjuk baru tentang kemungkinan penyebab di balik penyakit ini.
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem pertahanan untuk melawan infeksi terganggu sehingga secara keliru menyerang sel sehat normal dalam tubuh. Contohnya, radang sendi (artritis rematoid), diabetes tipe 1, dan multiple sclerosis.
Penyebab pasti penyakit autoimun, terutama yang berkaitan dengan kontribusi relatif dari predisposisi genetik atau faktor lingkungan, sebagian besar masih menjadi misteri dan masih menjadi subyek banyak penelitian.
Karena penyakit autoimun jarang terjadi dan karena ada begitu banyak jenis penyakit autoimun, sangat sulit untuk melakukan penelitian yang cukup besar dan menetapkan perkiraan yang dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan ini.
Sebuah konsorsium ahli di bidang epidemiologi, biostatistik, reumatologi, endokrinologi, dan imunologi, dari KU Leuven, University College London, University of Glasgow, Imperial College London, Cardiff University, University of Leicester, dan University of Oxford telah berkumpul untuk menjawab beberapa pertanyaan ini.
Menggunakan data besar
Studi ini menggunakan kumpulan data yang sangat besar dari catatan kesehatan elektronik anonim 22 juta orang di Inggris untuk menyelidiki 19 penyakit autoimun yang paling umum. Para peneliti memeriksa apakah kasus penyakit autoimun meningkat dari waktu ke waktu, siapa yang paling terpengaruh oleh kondisi ini, dan bagaimana berbagai penyakit autoimun dapat hidup berdampingan satu sama lain.
Mereka menemukan bahwa jika digabungkan, 19 penyakit autoimun yang dipelajari ini memengaruhi sekitar 10 persen populasi, terdiri dari 13 persen perempuan dan 7 persen laki-laki. Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang berkisar 3 persen hingga 9 persen dan sering kali mengandalkan ukuran sampel yang lebih kecil dan menyertakan lebih sedikit kondisi autoimun.
Mereka juga menemukan bukti kesenjangan sosioekonomi, musim, dan regional di antara beberapa gangguan autoimun. Mereka berpendapat bahwa variasi seperti itu tidak mungkin disebabkan perbedaan genetik saja dan mungkin menunjukkan keterlibatan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok, obesitas, atau stres yang berkontribusi pada perkembangan beberapa penyakit autoimun.
Akhirnya, penelitian mereka juga menegaskan bahwa dalam beberapa kasus seseorang dengan satu penyakit autoimun lebih mungkin terkena penyakit kedua dibandingkan dengan seseorang tanpa penyakit autoimun. Temuan ini mengungkapkan pola baru yang bermanfaat untuk rancangan penelitian lebih lanjut.
Dalam beberapa kasus, seseorang dengan satu penyakit autoimun lebih mungkin terkena penyakit kedua dibandingkan dengan seseorang tanpa penyakit autoimun.
Faktor risiko
Penulis pertama tulisan ilmiah ini, Nathalie Conrad dari Deep Medicine, Nuffield Department of Women’s & Reproductive Health, University of Oxford, mengatakan, ”Kami mengamati bahwa beberapa penyakit autoimun cenderung terjadi bersamaan satu sama lain lebih sering daripada yang diperkirakan.”
Menurut Conrad, data yang didapatkan menunjukkan, beberapa penyakit autoimun memiliki faktor risiko yang sama, seperti predisposisi genetik atau pemicu lingkungan. Hal ini terutama terlihat di antara penyakit rematik dan di antara penyakit endokrin. Namun, fenomena ini tidak digeneralisasi pada semua penyakit autoimun. Multiple sclerosis, misalnya, menonjol karena memiliki tingkat kejadian yang rendah dengan penyakit autoimun lainnya.
Penulis senior hasil riset ini, Geraldine Cambridge, profesor dari University College London, mengatakan, ”Penelitian kami menyoroti beban yang cukup besar yang ditimbulkan oleh penyakit autoimun pada individu dan populasi yang lebih luas.”