Menumbuhkan Peradaban Berbasis Kebudayaan Nusantara
Nilai-nilai budaya Nusantara masih relevan dengan kehidupan manusia pada masa sekarang. Sebab, budaya berisi hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perjumpaan peradaban Nusantara dan Barat yang tidak seimbang karena penjajahan telah menimbulkan berbagai persoalan, termasuk dalam mengonstruksi pengetahuan. Semestinya kekayaan budaya bangsa dijadikan basis untuk menggali pengetahuan dan menumbuhkan peradaban.
Ketua Umum Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), organisasi kebudayaan Nahdlatul Ulama, Jadul Maula menyebutkan, pertemuan peradaban itu juga berdampak psikologis. Secara mentalitas, masyarakat terjajah merasa rendah diri dan menganggap pengaruh dari luar lebih baik sehingga harus diikuti.
”Semestinya peradaban yang tumbuh di bangsa kita berbasis pada kebudayaan sendiri. Dengan begitu, bangsa Indonesia tegak di hadapan bangsa lain sebagai sosok yang mandiri dan berdaulat,” ujarnya dalam sarasehan budaya peringatan hari lahir ke-63 Lesbumi di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Jumat (12/5/2023).
Menurut Jadul, dampak psikologis itu turut memengaruhi pola pikir masyarakat. Salah satunya dengan kerap mengonotasikan tradisi atau budaya sebagai sesuatu yang kuno dan sudah ditinggalkan.
Padahal, nilai-nilai budaya tersebut masih relevan dengan kehidupan manusia di masa sekarang. Sebab, budaya berisi hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
”Krisis ekologi, ancaman perang, dan krisis spiritualitas saat ini merupakan persoalan yang jawabannya ada dalam tradisi. Hanya saja, dalam mindset kita saat ini, seolah-olah budaya itu sudah ditinggalkan,” ucapnya.
Jadul menuturkan, budaya Nusantara kaya akan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan. Jika dikembangkan, potensi ini bisa memberikan dampak besar bagi berbagai sektor, seperti pendidikan dan ekonomi.
”Untuk pendidikan, tentu butuh buku-buku serta dosen dan guru yang bisa mengajarkan. Kemudian, dalam politik ekonomi, kita coba galakkan,” ucapnya.
Krisis ekologi, ancaman perang, dan krisis spiritualitas saat ini merupakan persoalan yang jawabannya ada dalam tradisi. Hanya saja, dalam mindset kita saat ini, seolah-olah budaya itu sudah ditinggalkan.
Akan tetapi, kebudayaan perlu dilihat secara utuh, bukan sebatas rupa ekspresinya. Ada nilai-nilai yang mendasarinya dan komunitas yang menggerakkannya.
”Bagaimana itu diwujudkan dalam perilaku, dalam karya estetik, yang beresonansi ke masyarakat dalam tatanan sosial. Pengikat dari itu adalah spiritualitas,” ujarnya.
Upaya itu memerlukan kebijakan strategi kebudayaan dari pemerintah. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2022 tentang Strategi Kebudayaan.
”Perlu didorong agar ekspresi budaya tidak cukup ditampilkan atau dipajang dalam aspek wisata, tetapi juga penting dikenalkan pada generasi muda, termasuk melalui lembaga pendidikan,” ujarnya.
Budayawan dan etnomusikolog Endo Suanda menyebutkan, kekayaan budaya Nusantara juga memiliki kekuatan unsur spiritualitas dan sains. Oleh karena itu, keragaman tradisi perlu dikenalkan kepada generasi muda sejak di bangku sekolah.
”Budaya Islam Nusantara saja kaya luar biasa. Hal ini yang membuat Indonesia berbeda dengan bangsa lain. Andai kita bisa menyusun kekayaan ini menjadi bahan ajar, pasti sangat penting manfaatnya,” ujarnya.
Menurut Endo, pemahaman seni budaya Nusantara harus diperkuat. Sebab, selama ini tolok ukur yang digunakan lebih dominan memakai pendekatan Barat, seperti dalam estetika, harmoni musik, dan teknik pemeranan.
”Semestinya anak-anak di sekolah dikenalkan budaya di Flores seperti apa, di Enggano ada budaya apa saja. Selama ini, anak-anak kita jarang dibawa memahami budaya Nusantara,” katanya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fathi Royyan, menuturkan, kekayaan budaya tidak sekadar dipandang dalam ekspresi melankolis sisi keindahannya. Namun, juga bisa menjadi daya dorong bangsa untuk digdaya dalam ilmu pengetahuan.
Ia mencontohkan beragam tradisi pengobatan Nusantara yang menyimpan banyak pengetahuan. ”Bisa tidak tradisi luhur itu menjadi punyai nilai ekonomi melalui kandungan kimia dalam tumbuhan obat-obatan tersebut,” ucapnya.