Kontribusi Generasi Muda Penting untuk Menjaga Bumi
Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga bumi. Mereka bisa memulai dengan mengenal ragam ruang terbuka hijau dan belajar menanam untuk penghijauan.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dalam rangka Hari Bumi pada 22 April, World Resources Institute atau WRI Indonesia mengadakan serangkaian kegiatan, salah satunya pengenalan ragam ruang terbuka hijau dan pertanian urban. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menimbulkan kepedulian masyarakat, terutama generasi muda, untuk mulai melestarikan bumi guna meningkatkan kualitas udara perkotaan.
Koordinator Komunikasi Senior WRI Indonesia, Sakinah Ummu Haniy, mengatakan, kampanye Hari Bumi dilakukan untuk mendorong aksi nyata masyarakat dalam melestarikan bumi. Pihaknya juga berkolaborasi dengan komunitas Ayo ke Taman dan Kebun Kumara untuk melaksanakan kegiatan bertema “Piknik Jaga Bumi”, yakni lokakarya pertanian urban dan membuat kompos pada Sabtu (6/5/2023), di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini diikuti 20 peserta yang tersaring dari ratusan peserta. Kegiatan diawali dengan jelajah taman, mulai dari Stasiun Cikini ke Taman Situ Lembang, hingga berakhir di Taman Suropati. Kegiatan tersebut untuk mengenalkan ragam Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pentingnya RTH untuk meningkatkan kualitas udara perkotaan. Beberapa jenis RTH meliputi taman kota, lapangan, kawasan hutan kota, jalur hijau kota, dan pekarangan.
"Saya berharap, masyarakat terus melestarikan bumi dalam kehidupan sehari-hari, demi menciptakan masa depan yang lebih baik. Banyaknya generasi muda yang ikut menandakan bahwa mereka mulai sadar akan pentingnya penghijauan lingkungan. Kontribusi mereka sangat dibutuhkan untuk menjaga bumi," ujar Haniy.
Berdasarkan data Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di DKI Jakarta terdapat 2.566 RTH dengan luas lebih dari 1.800 hektar pada 2021. Mayoritas RTH berbentuk taman yang jumlahnya mencapai 1.466 taman.
Menurut Konsultan Inventarisasi Pohon WRI Indonesia Ahmad Sahab, RTH tidak hanya berfungsi untuk menjaga lingkungan perkotaan, seperti menyerap CO2 dan zat-zat polutan pada udara. Lebih dari itu, RTH dan pohon baik untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental warga kota.
WRI Indonesia melalui program Cities4Forests sejak tahun 2019 pun telah membantu Pemprov DKI Jakarta melaksanakan kebijakan dan program terkait RTH, salah satunya penyusunan Peraturan Gubernur No. 49/2021 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan Taman di Provinsi DKI Jakarta.
Pimpinan Aksi Kualitas Udara WRI Indonesia Ari Adipratomo menggarisbawahi pentingnya menjaga kualitas udara perkotaan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Menurut dia, kualitas udara yang buruk bukan permasalahan krisis lingkungan saja, tetapi juga krisis kesehatan yang sangat merugikan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Pertanian urban dan membuat kompos merupakan langkah mudah yang dapat diterapkan masyarakat dari rumah untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
"Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah nyata untuk membuat perubahan dan memastikan bahwa setiap orang di perkotaan, khususnya Jakarta, terpenuhi haknya atas udara bersih,” tutur Ari.
Niken Prawestiti selaku Pendiri komunitas Ayo ke Taman menambahkan, semakin sering masyarakat mengunjungi dan berkegiatan di taman, akan menumbuhkan kesadaran pentingnya keberadaan RTH untuk menunjang kualitas lingkungan dan menyehatkan warga.
Niken menilai, pemerintah perlu membangun lebih banyak taman yang dapat diakses warga. Selain itu, masyarakat juga harus berperan untuk memanfaatkan dan memelihara RTH.
Selain mendapat pengenalan tentang RTH, peserta juga melakukan praktik pertanian urban dan membuat kompos yang dipandu tim komunitas Kebun Kumara. Pendiri komunitas Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra, mengatakan, pertanian urban dan membuat kompos merupakan langkah mudah yang dapat diterapkan masyarakat dari rumah untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
“Langkah sederhana seperti ini sangat efektif untuk memberdayakan masyarakat agar mau memulai gaya hidup lestari dari rumah sendiri. Dengan begitu, masyarakat memiliki kepekaan tentang isu kelestarian yang lebih luas," kata Sandra.
Salah satu peserta “Piknik Jaga Bumi” ialah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Siti Azahra (21). Menurut Zahra, ia tertarik belajar penghijauan alam karena tempat tinggalnya di Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan panas dan minim penghijauan.
Zahra pun berencana untuk menanam beberapa tanaman di rumahnya. Ia menilai, penghijauan harus dimulai dari tempat tinggal sendiri sebelum mengajak masyarakat luas.
"Ternyata menanam tidak begitu susah jika kita sudah tahu dasarnya. Saya ingin mengajak warga Ciputat untuk mulai sadar akan penghijauan dan RTH. Sebelum itu, saya harus mengetahui dasar menanam yang benar untuk bersosialisasi," ujar Zahra.
Lain lagi dengan Mahasiswa Universitas Indonesia Ahmad Rafi (19). Bergabungnya Rafi dengan komunitas pecinta alam membuatnya sadar akan pentingnya penghijauan. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan “Piknik Jaga Bumi”, Rafi tertarik untuk membuat pertanian urban.
"Setelah belajar mengenal RTH dan pertanian urban, saya tertarik untuk mulai menanam di rumah. Namun, hal tersebut baru bisa tersalurkan jika saya pulang kampung ke Surabaya. Jadi, saat ini saya gencar mengikuti kegiatan sosial saja untuk menghijaukan bumi," tutur Rafi.