Liputan Lebaran 2023 di ”Kompas” dapat dipilah dalam tiga macam, yaitu berita konvensional, berita kisah atau ”feature”, dan karya jurnalisme makna.
Oleh
Ashadi Siregar (Ketua Ombudsman Kompas)
·3 menit baca
Cerita Lebaran dan libur panjang, terutama perjalanan keberangkatan dan balik mudik, menjadi fenomena berulang setiap tahun sehingga pemberitaan media pun mengikutinya. Nyaris tak ada bedanya dari tahun ke tahun, kecuali dua tahun terakhir saat masyarakat terkungkung oleh pandemi.
Mudik sejatinya bukan sekadar perjalanan, melainkan juga sarat nilai silaturahmi. Maka, upaya pemerintah memfasilitasi arus mudik dapat dipandang sebagai dukungan bagi publik agar silaturahmi aman dan lancar. Setelah dua tahun terkendala, Lebaran tahun ini bak luapan euforia.
Bagi jurnalis Kompas, momen Lebaran harus menangkap peristiwa aktual bersifat aksidental yang bernilai berita konvensional. Selain itu, menampilkan pula human interest story tentang keikhlasan mereka yang melayani pemudik. Menjadi agenda khusus, bagaimana menyikapi kenyataan keberagaman warga, berikutnya memperhatikan inklusivitas antarkelompok berbeda dalam suasana bulan puasa dan Idul Fitri 1444 H. Dari sini diangkat nilai kemanusiaan dan kebudayaan.
Untuk semua itu, khalayak dapat mengikuti koran Kompas (termasuk e-paper) dan Kompas.id. Selain liputan konvensional, Kompas juga melengkapi dengan analisis, jurnalisme data, dan infografis. Bagi yang terbiasa dengan koran, dimudahkan pilihan dan pemuatan berita di halaman depan dan rubrik khusus di halaman dalam. Pajangan di halaman depan, apalagi berjudul besar, menunjukkan prioritas. Ini tentu tidak tersedia di Kompas.id karena beritanya dalam senarai (list), tetapi terkumpul dalam kategori topik hangat ”Lebaran 2023”.
Khalayak yang ingin berita cepat dan aktual dapat memanfaatkan Kompas.id. Setiap media digital sama berlomba dengan berita scoop sebagai yang pertama menyiarkan. Pemberitaan diperbarui dalam hitungan jam, bahkan menit. Semua berita muncul, dibedakan dengan urutan teratas, diatur mesin.
Ada nilai tambah dari media digital Kompas, yaitu serial fotografi dan video hasil karya jurnalis Kompas yang patut dipuji.
Begitu pula berita Idul Fitri, 21 dan 22 April, serta hari berikutnya saat koran cetak dan e-paper tidak mengunjungi khalayak, jurnalis Kompas tetap melayani pembaca.
Liputan Lebaran 2023 dimulai 17 April. Namun, sebelumnya Kompas sudah menyajikan berita terkait Ramadhan, seperti pada Sabtu (15/4/2023): ”Takjil yang Menggugah Persaudaraan” tentang sajian berbuka untuk yang melintas dan singgah. Takjil disediakan umat non-Muslim di Wihara Dhanagun (Hok Tek Bio), Bogor; Wihara Dharma Bakti, Jakarta Barat; dan Gereja Katolik Santa Theresia, Semarang.
Liputan Lebaran 2023 dapat dipilah dalam tiga macam, yaitu berita konvensional, berita kisah (feature), dan karya jurnalisme makna. Yang pertama bersifat pragmatis guna kepentingan langsung khalayak. Kompas mengangkat kegiatan publik dalam perjalanan mudik. Dapat dirasakan upaya optimal pemerintah bagi warga yang berhari raya, di antaranya melalui sosialisasi kebijakan penambahan fasilitas bagi pemudik.
Tanpa pemberitaan berbau ’humas’, pelayanan publik untuk Lebaran dengan pemudik yang meluap, Kompas perlu diapresiasi. Dengan liputan Lebaran 2023, diharapkan Kompas berfungsi sebagai referensi layaknya pedoman perjalanan.
Meski demikian, dalam diskusi Redaksi-Ombudsman, Jumat (28/4/2023), tercetus retrospeksi dari jurnalis Kompas, liputan didominasi mudik di Pulau Jawa, begitu pula tak mengeksplor lintas selatan Jawa.
Yang kedua, Lebaran 2023 juga menyajikan feature mengingat Lebaran sudah menjadi tradisi untuk menumbuhkan ingatan dan penghargaan terhadap artefak serta perilaku budaya yang berkaitan dengan budaya majemuk. Seperti cerita masjid-masjid bersejarah yang mencerminkan paduan budaya Arab, China, dan Nusantara atau adat lokal saat bulan puasa dan Idul Fitri.
Ragam ketiga, penerapan jurnalisme makna, yaitu memilih fakta dari suasana puasa dan Lebaran yang bermakna bagi kehidupan ideal warga bangsa. Kompas menonjolkan peristiwa yang mencerminkan solidaritas, toleransi, dan sikap inklusif dalam interaksi antarkelompok masyarakat majemuk.
Pembaca dapat bertemu dengan orientasi jurnalisme makna Kompas. Di sini tidak bersaing dalam kecepatan ala media daring karena nilai lebih Kompas adalah reportase mencerahkan. Seperti pertemuan silaturahmi antara penyintas korban, bekas pengebom, dan polisi antiteror atau mengajak publik untuk berempati kepada mereka yang tidak dapat berhari raya bersama keluarga.
Patut diapresiasi, koran Kompas menyikapi tanggal Idul Fitri yang berbeda antara ormas Muhammadiyah (Jumat, 21 April 2023) dan pemerintah (Sabtu, 22 April 2023) dengan memberi tempat tulisan ”Renungan Idul Fitri: Sang Penakluk Berhala” oleh Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Kamis (20/4/2023). Begitulah, Kompas menggunakan praksis jurnalisme untuk menunjukkan perbedaan harus dihormati.