Riset: 8.000 Langkah Minimal Sekali Seminggu Mengurangi Risiko Kematian
Penelitian terbaru membuktikan, berjalan kaki 8.000 langkah atau sekitar 6,4 kilometer minimal sekali dalam seminggu dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian dini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Warga senior mengikuti kegiatan jalan Nordik bersama di perumahan Bumi Pesanggrahan Mas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/1/2023) pagi. Olahraga jalan Nordik merupakan teknik berjalan kaki yang terkenal di Finlandia sejak tahun 1901.
JAKARTA, KOMPAS — Kurangnya aktivitas fisik telah banyak dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesehatan dan berkontribusi terhadap sekitar 3,2 juta kematian dini per tahun. Penelitian terbaru menemukan, berjalan kaki 8.000 langkah atau sekitar 6,4 kilometer minimal sekali dalam seminggu dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian dini.
Sementara olahraga secara teratur diketahui menurunkan risiko kematian, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open pada Selasa (29/3) melihat manfaat kesehatan dari berjalan secara intensif hanya beberapa hari dalam seminggu. Untuk riset tersebut, para peneliti dari Kyoto University dan University of California, Los Angeles, menganalisis data dari 3.100 orang dewasa Amerika.
Mereka menemukan bahwa orang yang berjalan 8.000 langkah atau lebih satu atau dua hari seminggu memiliki kemungkinan 14,9 persen lebih kecil untuk meninggal selama periode 10 tahun dibandingkan mereka yang tidak pernah mencapai angka itu. Bagi mereka yang berjalan 8.000 langkah atau lebih tiga sampai tujuh hari seminggu, risiko kematian bahkan lebih rendah 16,5 persen.
Penelitian ini juga menemukan, manfaat kesehatan dari berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih satu atau dua hari seminggu tampak lebih tinggi bagi peserta berusia 65 tahun ke atas.
”Jumlah hari per minggu berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari semua penyebab kematian terkait kardiovaskular,” tulis Kosuke Inou dari Department of Social Epidemiology Graduate School of Medicine Kyoto University yang menjadi penulis pertama paper ini.
KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)
Wisatawan lokal berjalan menuju Omah Petroek di Dusun Wonorejo, Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin (8/11/2021).
Untuk riset tersebut, para peneliti menggunakan hitungan langkah harian dari 3.100 peserta pada 2005 dan 2006 dan memeriksa data kematian mereka 10 tahun kemudian. Di antara para peserta, 632 orang tidak jalan 8.000 langkah atau lebih dalam seminggu, 532 berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih satu hingga dua hari seminggu, dan 1.937 mengambil 8.000 langkah atau lebih tiga hingga tujuh hari seminggu.
Jumlah hari per minggu berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari semua penyebab kematian terkait kardiovaskular.
”Dalam studi kohort orang dewasa Amerika Serikat ini, jumlah hari per minggu mengambil 8.000 langkah atau lebih dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari semua penyebab dan mortalitas kardiovaskular. Temuan ini menunjukkan bahwa individu dapat menerima manfaat kesehatan yang besar dengan berjalan kaki hanya beberapa hari dalam seminggu,” kata Inou.
Beban kesehatan
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2022 menunjukkan, ketidakaktifan fisik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, berkontribusi terhadap sekitar 3,2 juta kematian dini per tahun. Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko yang signifikan untuk penyakit tidak menular, seperti stroke, diabetes, dan kanker.
Data WHO juga menunjukkan, semakin sedikit aktivitas fisik terjadi di banyak negara maju. Secara global, 23 persen orang dewasa dan 81 persen remaja sekolah tidak cukup aktif melakukan aktivitas fisik.
Menurut WHO, aktivitas fisik ini dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker usus besar, dan payudara, serta depresi. Tingkat aktivitas fisik yang memadai akan mengurangi risiko patah tulang pinggul atau tulang belakang dan membantu mengendalikan berat badan adalah faktor risiko signifikan untuk penyakit tidak menular (PTM), seperti stroke, diabetes, dan kanker.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Sejumlah siswa berjalan di trotoar Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/3). Pemerintah Kota Bandung mengampanyekan gerakan berjalan kaki ke sekolah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga dapat meminimalkan kemacetan.
Beberapa studi telah memakai jumlah langkah harian sebagai ukuran fisik sederhana dan valid aktivitas dan menyelidiki hubungan langkah harian dengan hasil kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular dan demensia.
Kajian Paluch AE dan tim di jurnal Lancet Public Health tahun 2022 memakai meta-analisis menunjukkan lebih banyak langkah harian dikaitkan penurunan risiko kematian yang stabil hingga sekitar 8.000 langkah harian, di titik mana risiko kematian mendatar.
Dalam masyarakat modern, kurangnya waktu adalah salah satu hambatan utama berolahraga. Beberapa individu memilih memusatkan aktivitas fisik mereka ke dalam satu atau dua sesi per minggu, biasanya di akhir pekan. Penelitian terbaru dari Kosuke Inou dan tim ini menunjukkan besarnya manfaat jalan kaki minimal 8.000 langkah seminggu sekali.