Berapa Lama Manusia Bisa Terjaga Tanpa Tidur?
Manusia butuh tidur 6-8 jam per malam. Namun, banyak orang tidak menyadari jika mereka kekurangan tidur. Padahal, kurang tidur berdampak pada kesehatan fisik, mental, otak, hingga sosial.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F07%2F10%2F3583b65c-7a61-4aae-91d0-2d2ca157dc1d_jpg.jpg)
Warga menyaksikan laga Piala Euro 2021 pada pertengahan Juli 2021. Penggemar pertandingan bola rela bergadang atau tidak tidur demi menonton klub atau pemain favoritnya.
Rekor dunia untuk tidak tidur terlama dipegang Randy Gardner pada 1963 yang mampu terjaga tanpa tidur selama 11 hari 25 menit. Percobaan itu dilakukan sebagai bagian dari proyek sains yang dikerjakan saat dia duduk di bangku sekolah menengah atas di California, Amerika Serikat. Eksperimen itu dilakukan saat dia berumur 17 tahun dan dipantau dokter.
Rekor itu terpecahkan pada 1986, saat Robert McDonald melaporkan tidak tidur selama 18 hari 22 jam. Namun, uji tidak tidur yang dilakukan saat dia berusia 18 tahun itu dilakukan tanpa pengawasan dokter. Meski demikian, sejak 1997, Guinness World Records tidak lagi menerima laporan rekor tidak tidur terlama karena besarnya bahaya yang menyertai akibat kurang tidur.
Lantas, apa bahaya pada orang yang mengalami kurang tidur secara berkepanjangan?
Tidur diperlukan untuk fungsi eksekutif otak, menjaga emosi, dan fungsi-fungsi tubuh agar tetap bisa bekerja optimal. Karena itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), AS, menyebut kurang tidur meningkatkan risiko terhadap sejumlah masalah kesehatan, seperti penyakit diabetes melitus, serangan jantung, kegemukan, dan depresi.
Tidak tidur selama 24 jam juga mengurangi waktu reaksi saat muncul rangsangan, membuat bicara menjadi cadel atau tidak jelas, dan sulit mengambil keputusan.
Setiap orang butuh tidur malam 6-8 jam secara konsisten dalam setiap interval 24 jam. Semakin muda usia, kebutuhan waktu tidur makin besar. Namun, pada remaja atau dewasa muda, khususnya pada pelajar, mahasiswa atau pekerja muda pada beberapa sektor, mudah ditemukan inidividu yang bergadang dan tetap terjaga selama 24 jam.
Tidak tidur selama 24 jam juga mengurangi waktu reaksi saat muncul rangsangan, membuat bicara menjadi cadel atau tidak jelas, dan sulit mengambil keputusan.

Pada fase kurang tidur itu, mereka akan sulit membedakan antara tidur dan terjaga. Ahli kesehatan tidur di Rumah Sakit Mount Sinai, New York, AS seperti dikutip Livescience, Minggu (26/3/2023), mengatakan, saat seseorang mulai memaksakan diri untuk tidak tidur atau terjaga selama 24 jam, sinyal otak sudah menunjukkan aktivitas otak antara tidur dan terjaga meski mereka secara fisik tampak terjaga.
Kondisi otak antara tidur dan terjaga itu disebut gangguan tidur (sleep intrussion) atau tidur mikro (micro-sleep). Orang yang tidak tidur dan terjaga selama berjam-jam, otak mereka tanpa disadari akan masuk dalam kondisi seperti tidur, tetapi bukan tidur yang normal. Kondisi itu membuat mereka akan sulit untuk fokus atau kurang konsentrasi serta bisa berhalusinasi.
Situasi tidur mikro itu hanya bisa diatasi dengan tidur yang sesungguhnya. ”Saat mereka tidur yang sebenarnya, otak otomatis akan berada dalam fase tidur,” kata pimpinan Pusat Gangguan Tidur, Universitas California, Los Angeles, AS, Alon Avidan.
Baca juga: Pentingnya Tidur Tepat Waktu
Karena itu, Avidan menilai hampir tidak mungkin ada orang yang bisa tidak tidur sama sekali hingga berminggu-minggu. ”Saya sulit percaya jika ada seseorang yang mengaku bisa tetap terjaga selama lebih dari 24 jam tanpa episode ini (tidur mikro),” tambahnya.

Namun, hingga kini belum jelas sampai berapa lama seseorang bisa tetap terjaga tanpa tidur sama sekali. Demikian pula, berapa lama orang bisa terjaga sampai efek sampingnya muncul juga belum diketahui pasti.
Persoalan itu terjadi karena kurang tidur kronis atau kurang tidur yang berlangsung dalam waktu lama sangat merusak bagi kesehatan manusia sehingga tidak etis untuk menelitinya pada manusia. Bahkan, memaksa seseorang untuk tidak tidur dalam waktu lama termasuk salah satu bentuk siksaan psikologis.
Meskipun dampak kurang tidur berkepanjangan pada manusia tidak bisa diteliti, tinjauan ilmiah memberikan banyak informasi tentang penyakit bawaan langka yang disebut fatal familial insomnia (FFI). Penderita FFI mengalami mutasi genetik hingga menyebabkan penumpukan protein abnormal di otak. Kondisi itu semakin memperburuk tidur mereka.
Terjaga selama sehari-semalam juga memicu berkurangnya memori dan perhatian, mudah marah, mengalami gangguan penglihatan, gangguan koordinasi antara pendengaran dan tangan-mata, hingga memicu tremor.
Keadaan itu pada ujungnya akan makin memperparah kondisi kesehatan higga akhirnya penderita meninggal dalam waktu sekitar 18 bulan sejak gejala muncul. Kematian terjadi akibat tumpukan protein abnormal makin banyak hingga akhirnya merusak sel-sel otak.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F09%2Fa430b14e-740a-4189-949a-51bb57943628_jpeg.jpg)
Buruh gendong tidur di depan sebuah bank di seberang Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Selasa (7/3/2023) dini hari.
Studi pada tikus yang dilakukan CA Everson dan rekan dan dipublikasikan di jurnal Sleep pada Februari 1989 menunjukkan, tikus mampu terjaga tanpa tidur paling lama 11 hari sampai 32 hari sebelum mereka akhirnya mati.
Sementara studi pada manusia yang dilakukan Devon A Hansen dan rekan yang diterbitkan di Nature and Science of Sleep, 11 Desember 2019, menemukan, seseorang memiliki tingkat kewaspadaan normal yang membuatnya bisa mencermati kesulitan dan bahaya saat mereka terjaga hingga 16 jam. Setelah 16 jam, gangguan perhatian akan meningkat secara signifikan dan bahkan bisa lebih buruk pada pada seseorang yang mengalami insomnia kronis.
Selain itu, studi AM Williamson dan Anne-Marie Feyer di Occupational and Environmental Medicine, Oktober 2000, menemukan, tidak tidur dan terjaga selama 24 jam mengurangi koordinasi antara tangan dan mata setara dengan mengonsumsi alkohol yang membuat kandungan alkohol dalam darah mencapai 0,1 persen.
Baca juga: Pentingnya Tidur Tepat Waktu
Sementara dikutip dari situs The Cleveland Clinic, lembaga pendidikan dan pelayanan kedokteran terkemuka di AS, 28 Desember 2022, tidak tidur selama 24 jam juga mengurangi waktu reaksi saat muncul rangsangan, membuat bicara menjadi cadel atau tidak jelas, dan sulit mengambil keputusan. Selain itu, terjaga selama sehari-semalam juga memicu berkurangnya memori dan perhatian, mudah marah, mengalami gangguan penglihatan, gangguan koordinasi antara pendengaran dan tangan-mata, hingga memicu tremor.

Selanjutnya, jika seseorang kurang tidur selama 36 jam, akan muncul tanda peradangan atau inflamasi dalam darah mereka, mulai terjadi ketidakseimbangan hormon, dan proses metabolisme tubuh pun melambat. Sementara orang yang kurang tidur selama 72 jam atau 3 hari mulai menjadi cemas, depresi, berhalusinasi, dan mengalami masalah eksekutif atau pengambilan keputusan.
Riset sejumlah dokter di AS yang dipimpin Mickey T Trockel dan dipublikasikan di The Journal of the American Medical Association (JAMA) Network Open, 1 Desember 2020, menunjukkan, gangguan tidur meningkatkan kelelahan fisik dan mental (burn out) dan kesalahan dalam menilai kesehatannya.
Meski demikian, Avidon mengingatkan bahwa dampak kurang tidur kronis itu tidak dapat digantikan. Artinya, kurang tidur malam ini tidak bisa diganti dengan tidur malam lebih lama keesokan harinya atau dengan mengumpulkan waktu kurang tidur itu di akhir pekan. Kurang tidur di satu malam hanya bisa digantikan dengan tidur penuh 8 jam keesokan harinya.

Repotnya, dampak kurang tidur itu sering kali tidak disadari oleh mereka yang mengalaminya, terutama mereka yang terbiasa tidur dalam waktu yang terbatas setiap harinya. Kerja sampai malam, bergadang bermain video gim sampai lupa waktu dan keesokan paginya harus berangkat bekerja atau sekolah pagi hari membuat kurang tidur dianggap hal biasa.
Jadi, jika ingin mendapatkan tubuh yang sehat, bahagia, tidak kegemukan, produktif dalam sekolah dan bekerja, hingga memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarga dan teman, jangan lupa tidur malam 6-8 jam sehari. Tidur bukan sekadar memejamkan mata, tetapi tidur penting untuk kesehatan otak, fisik, dan jiwamu.