Ramadhan, Momentum Menjaga Persatuan dan Persaudaraan Umat
Umat Islam Indonesia memasuki 1 Ramadhan 1444 Hijriah secara bersama. Ini bisa menjadi momentum menjaga persatuan dan persaudaraan. Selain puasa, berbagai ibadah Ramadhan bisa dilakukan untuk menambah kesalehan sosial.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Warga menunggu waktu berbuka puasa dengan mengunjungi Kampung Ramadhan Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, Senin (4/4/2022). Masjid tersebut menyediakan 3.000 porsi makanan gratis untuk berbuka puasa setiap hari selama bulan Ramadhan.
JAKARTA, KOMPAS — Sidang isbat Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023. Ketetapan ini sama dengan yang diputuskan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Meski ada potensi perbedaan Idul Fitri 1444 H nanti, kebersamaan awal Ramadhan ini bisa memperkuat persatuan dan persaudaraan sesama umat, bangsa, dan manusia.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam taklimat media seusai sidang isbat atau penetapan 1 Ramadhan 1444 H di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (22/3/2023) petang, mengatakan, kebersamaan umat Islam Indonesia dalam menjalankan ibadah Ramadhan diharapkan menjadi cerminan kebersamaan umat sebagai sesama anak bangsa untuk menatap bangsa yang lebih baik.
”Gunakan momentum Ramadhan ini untuk memperkuat ukhuah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuah wathaniyah (ikatan kebangsaan), dan ukhuah basyariyah (sesama manusia),” katanya.
Ketetapan awal Ramadhan itu diambil setelah data hilal atau bulan (moon) sabit tipis pertama yang terlihat setelah konjungsi sudah di atas ufuk dan memungkinkan untuk diamati. Hilal di seluruh Indonesia pada Rabu petang yang bertepatan dengan 29 Syakban 1444 H berada pada ketinggian 6,77 derajat-8,72 derajat dan elongasi atau jarak sudut bulan dan matahari sebesar 7,93 derajat-9,54 derajat.
Posisi hilal berdasarkan hisab atau penghitungan tersebut sudah memenuhi kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) baru yang dipedomani empat negara tersebut dalam menetapkan awal bulan (month) Hijriah. Selain itu, dari hasil rukyat atau pengamatan di 124 lokasi di Indonesia, sejumlah daerah melaporkan melihat hilal.
Berdasar Keputusan Menag Nomor 300 Tahun 2023 tentang Penetapan 1 Ramadhan 1444 H, setidaknya ada 12 orang yang bersaksi melihat hilal pada Rabu petang dan sudah diambil sumpah. Mereka tersebar di sejumlah lokasi, seperti Donggala, Sulawesi Tengah, 1 orang; Gresik, Jawa Timur (3), Pasuruan, Jatim (1); Lamongan, Jatim (3); Bangkalan, Jatim (3); Mataram, Nusa Tenggara Barat (1); dan Jakarta Timur (1).
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Citra hilal awal bulan Ramadhan 1444 Hijriah (perhatikan panah merah) yang diperoleh tim Stasiun Geofisika Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (22/3/2023) pukul 18.33 Wita-18.35 Wita.
Selain yang tersumpah, sejumlah foto hilal Ramadhan 1444 H juga berhasil diperoleh Tim Hilal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palu, Sulawesi Tengah; Aceh Besar, Aceh; dan Mataram, NTB. Citra hilal juga diperoleh pengamat dari Universitas Muhammadiyah Makassar Sulawesi Selatan serta Tim Hisab Rukyat Planetarium dan Observatorium Jakarta yang mengamati hilal di Pantai Mercusuar Anyer, Banten.
Sejumlah lokasi pengamatan yang melaporkan tidak melihat hilal umumnya karena terhalang awan atau hujan. Di Observatorium Bosscha (OB) Institut Teknologi Bandung di Lembang, Jawa Barat, dilaporkan langit berawan sejak siang dan hujan menjelang Maghrib. Kondisi serupa juga terjadi di Observatorium Astronomi Institut Teknologi Sumatera Lampung (OAIL) di Way Huwi, Lampung Selatan, tetapi tidak sampai hujan.
Meski demikian, pengamat di OB dan OAIL sama-sama berhasil memotret bulan sabit muda saat siang hari. Di OB, bulan sabit siang tertangkap meski cahayanya tidak stabil, sedangkan di OAIL bulan sabit siang tertangkap menggunakan bantuan peranti tergandeng-muatan (charge-couple device/CCD) dan kecerdasan buatan. Namun, bulan sabit siang ini secara hukum agama (fikih) tidak bisa disebut sebagai hilal.
OBSERVATORIUM ASTRONOMI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA LAMPUNG (OAIL)
Citra bulan sabit siang hari yang diperoleh tim dari Observatorium Astronomi Institut Teknologi Sumatera Lampung (OAIL) diambil pada Rabu (22/3/2023) pukul 13.03 WIB saat bulan berumur 12 jam 48 menit setelah terjadinya konjungsi. Foto bulan muda ini diambil menggunakan peranti tergandeng-muatan (charge-couple device/CCD) dan kecerdasan buatan. Meski Bulan sabit muda setelah konjungsi bisa diamati pada siang hari, tetapi bulan seperti ini tidak bisa disebut hilal karena secara hukum agama (fikih) hilal harus terlihat selepas matahari terbenam.
Awal Ramadhan 1444 H di Indonesia ini, selain sama dengan di beberapa negara ASEAN lain, juga sama dengan di negara-negara Arab dan Afrika. Data Proyek Pengamatan Hilal (ICOP) menyebut Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Nigeria juga menetapkan 1 Ramadhan 1444 H pada 23 Maret 2023. Kondisi serupa kemungkinan juga berlangsung di negara-negara Asia Selatan, seperti India dan Pakistan.
Kesalehan sosial
Datangnya Ramadhan menjadi momen umat Islam untuk banyak beribadah, bukan hanya berpuasa. Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Abdullah Jaidi berharap Ramadhan bisa digunakan untuk meningkatkan kesalehan sosial, seperti meyantuni fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, persatuan dan kesatuan umat perlu dijaga, terutama memasuki tahun politik untuk menjaga saling pengertian dan tidak mudah terjebak oleh isu-isu yang memecah umat dan bangsa.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf saat menyampaikan kabar penetapan awal Ramadhan NU, sesaat sebelum Menag menyampaikan hasil sidang isbat, mengajak umat Islam Indonesia agar khusyuk menjalankan ibadah Ramadhan sehingga bisa mendapatkan berkah di bulan istimewa ini.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam pesan menyambut Ramadhan mengajak umat Islam agar puasa yang dilakukan tidak berhenti menjadi rutinitas dan aktivitas ritual semata tanpa menghasilkan peningkatan kualitas keimanan dan spiritualitas yang signifikan. Puasa seharusnya membuat manusia makin takwa.
”Orang yang takut kepada Allah tidak akan menyimpang, korupsi, menyeleweng, atau melakukan hal-hal buruk lain meski mempunyai kesempatan,” katanya. Selain itu, orang bertakwa seharusnya menjadi berakhlak mulia, salah satunya dengan tidak memamerkan kemewahan atau menunjukkan gaya hidup hedon seperti yang ditunjukkan sebagian elite masyarakat saat ini.
Gunakan momentum Ramadhan ini untuk memperkuat ukhuah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuah wathaniyah (ikatan kebangsaan), dan ukhuah basyariyah (sesama manusia).
Terkait adanya potensi perbedaan Idul Fitri, Haedar berharap semua pihak termasuk ilmuwan, ulama, mubalig, dan umat untuk makin dewasa menyikapi perbedaan. Toleransi, saling menghormati, dan menghargai perbedaan yang terjadi perlu terus dikembangkan sehingga makin mempersatukan bangsa. Sembari itu, upaya penyatuan kalender Islam internasional perlu terus dilakukan.
Adapun Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi berharap seluruh umat beragama menghargai masyarakat yang berpuasa dengan tidak makan dan minum di tempat terbuka. Semua pihak juga diminta tetap menjaga ketertiban bulan Ramadhan dengan melakukan berbagai kegiatan yang produktif.