Ramadhan Momentum Jaga Persatuan dan Hidup Sederhana
Memasuki bulan Ramadhan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan umat Islam untuk menjaga persatuan dan hidup tidak bermewah-mewahan. Hal ini karena tidak sesuai dengan nilai dan semangat puasa.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua dari kiri) memberi penjelasan seusai penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (6/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan, ibadah puasa tidak boleh hanya menjadi ibadah rutin tahunan. Lebih dari itu, puasa harus membawa peningkatan yang signifikan pada kualitas diri umat Islam.
”Puasa merupakan proses pembentukan ketakwaan yang secara ideal melahirkan spiritualitas utama dan luhur. Puasa tidak boleh hanya menjadi ibadah rutin tahunan, perlu ada peningkatan yang signifikan pada kualitas diri umat Islam,” kata Haedar, Selasa (21/3/2023).
Terdapat beberapa poin penting dalam nilai spiritualitas puasa. Puasa mendekatkan diri dengan Allah karena umat menjauhkan diri dari perkara yang dilarang agama, seperti korupsi, suap (risywah), adu domba (namimah), dan perbuatan tercela (mazmumah). Sejalan dengan ini, puasa juga momentum untuk membiasakan akhlak mulia.
”Orang yang dekat dengan Allah, tidak akan menyimpang, korupsi, menyeleweng, dan melakukan hal buruk lain. Puasa juga mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dan hidup mewah. Hal ini karena keduanya bertentangan dengan kebiasaan, kebaikan puasa, dan ajaran agama secara keseluruhan,” ucap Haedar.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) memberi penjelasan seusai penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (6/2/2023).
Selain itu, puasa menjadi momentum menjaga persatuan, kesatuan, dan toleransi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengendalikan diri dari emosi amarah dan kebencian sehingga hidup menjadi damai serta rukun dalam persaudaraan.
”Puasa harus melahirkan gerakan sosial kebangsaan yang membuat kita kaum muslim sebagai kekuatan perekat bangsa dan pembawa perdamaian untuk mencegah konflik. Puasa juga seharusnya menjadikan insan yang menghargai perbedaan (tasamuh), toleran, membawa pada persaudaraan (ukhuwah). Bagi ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semua orang yang menemui perbedaan, harusnya semakin dewasa dan tasamuh,” katanya.
Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1444 jatuh pada Kamis (23/3/2023). Penetapan ini didasarkan dengan melihat hasil hisab majelis tarjih dan tajdid Pengurus Pusat (PP) pada 00.25, Rabu, di Yogyakarta. Metode yang digunakan Muhammadiyah untuk menentukan 1 Ramadhan adalah hisab hakiki wujudul hilal yang didasarkan pada sebenar-benarnya kondisi atau posisi bulan dan matahari saat itu.
Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Endang Mintarji mengatakan, Muhammadiyah konsisten menggunakan metode ini karena sudah teruji presisi. Metode ini juga digunakan Muhammadiyah sebagai penentu awal bulan, termasuk menentukan 1 Syawal yang jatuh pada Jumat, 21 April 202.
FAKHRI FADLURROHMAN
Petugas mengamati posisi ketinggian hilal atau bulan sabit tipis yang terlihat selepas matahari terbenam di Masjid Al-Musyari'in, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat, Rabu (22/3/2023).
”Muhammadiyah menggunakan hisab bukan sebagai pemandu untuk rukyah seperti yang lain,” kata Endang, Rabu (22/3/2023). Rukyah merupakan metode yang dilakukan untuk melihat hilal setelah terjadinya konjungsi atau ijtimak. Hilal adalah bulan sabit pertama yang teramati sesudah matahari tenggelam.
Menurut dia, karena ketinggian hilal sudah 7 derajat, dengan cuaca mendukung, masyarakat sudah dapat melihatnya tanpa alat bantu pada Rabu. Bagi penganut hisab, hari ini sudah masuk tanggal 30, tetapi sebagian lain menilai masih tanggal 29.
”Secara teori, kemungkinan kita akan berpuasa bersama-sama besok. Harapannya kita menjalankan ibadah bersama-sama, insya Allah besok 1 Ramadhan,” sebutnya.
Mengacu pada keputusan PBNU, 1 Ramadhan 1444 juga akan jatuh pada 23 Maret 2023. Namun, Wakil Ketua Pengurus Besar NU Nusron Wahid mengatakan, NU akan mengikuti keputusan rukyatul hilal yang ditentukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dalam sidang isbat malam ini. Dalam sidang isbat, Kemenag melibatkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk NU dan Muhammadiyah.
KOMPAS/RYAN RINALDY
Nusron Wahid
”PBNU akan ikut keputusan pemerintah. Andai kata sidang isbat tidak memutuskan 1 Ramadhan besok, kita akan tetap ikut Kemenag,” kata Nusron.
Di seluruh Indonesia, NU memiliki 73 titik pemantauan hisab dan rukyah. Hisab digunakan untuk memantau rukyah agar hasilnya lebih akurat.
Pengamat Meteorologi dan Geofisika Pertama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Whytia Shabrina mengatakan, hilal baru akan terlihat setelah matahari tenggelam. Terbenamnya matahari paling awal di Indonesia terjadi pada 17.47 WIT di Papua hingga 18.49 WIB di Banda Aceh.
Sejumlah daerah di Indonesia turut memantau posisi bulan dan matahari yang dapat menentukan 1 Ramadhan. Beberapa di antaranya adalah i Observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat; Bukit Conrodipo, Gresik, Jawa Timur; dan Pantai Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan.