Potensi pendidikan vokasi untuk mendukung pengembangan ekonomi sesuai potensi daerah perlu dioptimalkan. Sejumlah SMK kelautan dan perikanan menunjukkan kiprahnya mendukung ekonomi berbasis maritim.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
DOKUMENTASI SMK PUGER
SMK Puger di Jember, Jawa Timur, mengembangkan teaching factory tambak udang vaname bersama mitra industri dengan dukungan program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan. Program ini dapat mendukung pengembangan usaha tambak udang vaname di wilayah ini dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesiapan sumber daya manusia dari SMK.
JAKARTA, KOMPAS — Penguatan sekolah menengah kejuruan atau SMK dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah. Kehadiran SMK hingga pelosok desa tidak hanya mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia untuk mendukung produktivitas dunia usaha dan dunia industri, tetapi juga mampu menumbuhkan dan menggerakkan potensi-potensi ekonomi di daerah dan juga di Indonesia.
Kepala SMK Puger di Jember Kuntjoro Basuki yang dihubungi dari Jakarta, Senin (20/3/2023), mengatakan, sekolah kelautan dan perikanan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berbasis maritim. ”Indonesia butuh anak-anak muda yang dapat memanfaatkan potensi laut Indonesia. Salah satunya untuk masuk dalam industri budidaya perikanan yang sebenarnya masih banyak membutuhkan tenaga kerja dan wirausaha,” katanya.
SMK Puger yang menjadi salah satu rujukan sekolah kelautan dan perikanan di Indonesia mendapatkan dukungan pemerintah lewat program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan. Sekolah ini mengembangkan teaching factory budidaya udang vaname berkualitas ekspor berkolaborasi dengan PT Istana Cipta Sembada.
Saya yakin dengan ilmu dan keahlian yang didapat dari SMK dan nantinya akan saya perdalam lagi di kuliah, saya bisa berkembang di bisnis perikanan air payau dan laut, terutama udang vaname.
Sekolah melihat potensi tambak udang vaname yang berkembang di sekitar sekolah dan wilayah lain di Jawa Timur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga dapat membuka lapangan kerja. Namun, pengembangan usaha tambak udang vaname masyarakat masih dilakukan secara tradisional. Adapun para siswa SMK program keahlian agribisnis perikanan air payau dan laut (APPL) disiapkan untuk mendukung tambak berskala industri yang juga menerapkan teknologi.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Presiden Joko Widodo meresmikan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Teaching factory tambak udang SMK Puger yang berkolaborasi dengan industri pada pertengahan Maret ini mulai panen perdana parsial, yakni untuk mengurangi kepadatan kolam sekitar 20 persen dari total produksi 14-15 ton. ”April nanti kami akan panen raya untuk menunjukkan bahwa sektor budidaya udang vaname berkualitas ekspor dapat dilakukan dengan kolaborasi SMK dan industri. Peserta didik pun mendapatkan pengalaman secara langsung untuk mengelola tambak berskala industri,” kata Kuntjoro.
Guru SMK Puger, M Reza Mei Budi Dharmawan, selaku guru pendamping mengatakan, pembelajaran di sekolah ini dengan Kurikulum Merdeka memakai sistem blok. Para siswa sejak persiapan tambak dibuka, pembuatan kolam, hingga pembesaran dilibatkan sebagai bagian dari praktik secara langsung.
”Dengan sistem blok, tiap minggu ada 2-3 siswa yang akan belajar langsung di tambak. Ada teknisi dari perusahaan yang mendampingi siswa untuk dapat membimbing siswa melakukan pekerjaan bertanggung jawab di tiap kolam,” kata Reza.
Menurut Reza, lulusan SMK dengan keahlian budidaya perikanan air payau dan laut dibutuhkan di dalam dan luar negeri. Dengan keahlian yang disiapkan selama tiga tahun, lulusan SMK Puger ada yang bekerja di luar negeri, seperti Jepang, dan perusahaan tambak lainnya.
Sementara itu, Ahmad Aditya Sasmita, siswa kelas XI program APPL SMK Puger, mengatakan dirinya melihat potensi bisnis tambak udang vaname karena ayahnya bergerak di usaha ini sebagai pemasokudang di wilayah Situbondo, Jawa Timur. Sekitar 80 persen masyarakat bergerak di usaha tambak.
”Saya yakin dengan ilmu dan keahlian yang didapat dari SMK dan nantinya akan saya perdalam lagi di kuliah, saya bisa berkembang di bisnis perikanan air payau dan laut, terutama udang vaname. Saya melihat dari usaha Ayah, hasilnya cukup untuk menghidupi keluarga. Dengan ilmu dan teknologi yang dipelajari nanti, saya bisa bekerja di luar negeri atau mengembangkan usaha sendiri,” ujar Ahmad.
Melestarikan kapal tradisional
Potensi SMK untuk mendukung ekonomi berbasis maritim juga ditunjukkan SMKN 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berkolaborasi dengan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dengan mitra industri PT Tunas Maritim Global guna membuat kapal tradisional bagi para nelayan. Ada dua kapal tradisional yang dihasilkan dari program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (PK SPD) dari SMKN 3 Buduran dan matching fund pendidikan vokasi PPNS.
Meski terbuat dari kayu, kedua kapal tersebut dilengkapi beberapa fitur modern. Ada penggunaan perekat khusus pada proses laminasi konstruksi kapal, penggunaan automatic identification system (AIS) untuk melacak posisi kapal, dan penggunaan sistem passive radar reflector supaya kapal besar mengetahui keberadaan kapal kecil, serta penggunaan solar panel untuk sumber listrik.
Kapal yang diberi nama kapal ijon-ijon Putri Mayang Madu ini memiliki panjang 12 meter, lebar 3,5 meter, dan tinggi 1,5 meter serta mampu berlayar hingga kecepatan maksimal 7 knot.
Kedua kapal tersebut diharapkan dapat membangkitkan kecintaan terhadap kapal tradisional dan melahirkan generasi muda penerus maestro kapal kayu tradisional yang dapat membangun dan mengembangkan berbagai jenis kapal kayu untuk para nelayan Indonesia.
”Pembuatan kedua kapal tradisional sekaligus menjadi sarana belajar para siswa maupun mahasiswa melalui project based learning dan juga dalam rangka mendukung program Revitalisasi Jalur Rempah oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan,” kata Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Beny Bandanadjaja.
DOKUMENTASI DITJEN DIKSI
Pendidikan vokasi dapat dioptimalkan untuk mendukung potensi ekonomi maritim Indonesia. Kapal tradisional untuk nelayan yang dilengkapi beberapa fitur teknologi modern berhasil dibuat SMKN 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, melalui kolaborasi dengan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan mitra industri PT Tunas Maritim Global.
Beny berharap program ini bisa mendorong minat generasi muda untuk masuk dalam industri pembuatan kapal tradisional. Saat ini, para pembuat kapal tradisional mulai sulit ditemukan karena kurangnya minat generasi muda.
”Padahal, kapal-kapal tradisional dari kayu masih banyak dibutuhkan dan digunakan oleh nelayan-nelayan di Indonesia. Proses pembuatan yang sudah berjalan ini semoga bisa dikembangkan menjadi modul pembelajaran terkait pembuatan kapal kayu untuk adik-adik kelas. Dengan demikian, mereka akan bisa menjawab tantangan zaman ke depan terkait pelestarian kapal tradisional sebagai bagian dari budaya maritim Indonesia,” tutur Beny.
Sementara itu, Wakil Bupati Lamongan Abdul Rouf mengapresiasi dukungan satuan pendidikan vokasi dalam membantu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan teknologi para perajin kapal tradisional di Lamongan. ”Kami berharap ini dapat mendukung kemajuan Lamongan dan melestarikan kapal-kapal tradisional,” kata Rouf.
Menurut dia, Lamongan memiliki sejarah kapal kayu tradisional yang cukup lama. Kapal tradisional ijon-ijon yang dibuat oleh SMKN 3 Buduran menjadi salah satu kapal tradisional khas yang dibuat secara turun-temurun oleh masyarakat Paciran. Akan tetapi, pembuatannya menggunakan teknologi sederhana.
”Perahu ijon-ijon sudah dikenal luas dan diminati konsumen, dibuktikan banyaknya pesanan. Kami harap dengan kegiatan ini bisa ada transfer teknologi dari SMK ke masyarakat,” ujarnya.