Indonesia berkali-kali mampu bertahan dari krisis dan bangkit dari keterpurukan berkat kedermawanan antarwarga. Di balik budi baik tersebut, terselip rasa kebahagiaan yang tak tak bisa diukur dengan materi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Warga membeli nasi yang dijual dengan membayar seikhlasnya oleh siswa SMA Kebangsaan di depan sekolah mereka di jalan raya Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (18/12/2020). Kegiatan berbagi nasi pada masa pandemi ini dilakukan dengan modal awal uang iuran yang mereka kumpulkan. Dana yang terkumpul digunakan untuk kegiatan serupa di lain waktu.
Indonesia dikenal sebagai negara paling dermawan sedunia. Warga Indonesia suka menyumbang uang, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan menolong orang yang bahkan tidak dikenal. Alih-alih merasa kekurangan setelah memberi, orang-orang justru merasa semakin ”kaya” saat bisa menolong orang lain.
Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 19 Jakarta Selatan, Endang Yuliastuti (53), tumbuh di keluarga dengan jiwa sosial yang tinggi. Meski tidak kaya raya, keluarganya kerap membantu orang lain. Bapaknya pernah berpesan agar Endang tidak ragu memberi untuk orang lain.
Di masa awal pandemi Covid-19, Endang melihat banyak orang kesulitan bertahan hidup karena sumber pendapatannya hilang. Ia merasa perlu membantu meringankan beban orang lain.
Alih-alih merasa kekurangan setelah memberi, orang-orang justru merasa semakin ’kaya’ saat bisa menolong orang lain.
”Saya, kan, PNS (pegawai negeri sipil) yang tidak mengalami pengurangan (gaji). Saya juga punya rumah kontrakan sebagai sumber penghasilan lain di luar gaji. Anak-anak saya juga sudah besar sehingga kebutuhan saya tidak banyak. Saya ingin membantu teman-teman yang butuh bantuan,” kata Endang di Jakarta, Jumat (17/3/2023).
KOMPAS/THOMAS PUDJO WIDYANTO
Perupa Yasumi Ishii mengamati Kartika Affandi saat melukis. Foto diambil pada 16 Mei 2016 di Yogyakarta.
Pada Maret 2020, ia membebaskan penghuni rumah kontrakannya dari biaya sewa setidaknya hingga Juli 2020. Karena pandemi berlangsung lebih lama dari perkiraan, Endang baru menerima biaya sewa pada 2021. Adapun biaya sewa sebesar Rp 1 juta per bulan.
Sejak beberapa tahun lalu, Endang meminta pengontrak membayar Rp 700.000 saja. Sebanyak Rp 300.000 sisanya dianggap subsidi untuk biaya transportasi anak-anak sang pengontrak yang masih sekolah.
Bantuan juga pernah diberikan untuk seorang pelukis di Yogyakarta. Saking sulitnya kondisi sang pelukis saat pandemi, ia sampai tak mampu membeli cat baru. Endang lantas membeli lukisan sang seniman dengan harga Rp 4 juta.
WORLD GIVING INDEX 2022/CHARITIES AID FOUNDATION
Indonesia menjadi negara paling dermawan tahun 2022. Dalam Indeks Kedermawanan Dunia (WGI) 2022, nilai Indonesia mencapai 68 persen. Skor tersebut diukur berdasar tiga indikator, yaitu menyumbang uang dengan skor 84 persen (rata-rata dunia 35 persen), berpartisipasi dalam kegiatan kesukarelawanan 63 persen (rata-rata dunia 23 persen), dan menyumbang pada orang asing 58 persen (rata-rata dunia 62 persen).
Lukisan itu merupakan bagian dari gerakan solidaritas dan kreatif untuk seniman yang, antara lain, digagas oleh seniman Butet Kartaredjasa. Dalam artikel yang ditulis Butet di Kompas, gerakan ini disebut Pasar Cemangking.
Siapa saja yang berminat boleh langsung bernegosiasi dengan seniman atau panitia. Lukisan boleh langsung di-cangking (jinjing) jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
Setelah membeli lukisan, Endang rupanya mendapat kupon undian untuk mendapat lukisan beberapa maestro, seperti Kartika Affandi dan Djoko Pekik. Orang yang beruntung dapat membeli karya tersebut dengan harga murah. Endang termasuk yang beruntung. Ia memperoleh lukisan bunga karya Kartika Affandi dengan harga Rp 5 juta.
Menurut Endang, membantu orang lain membuat hatinya hangat dan bahagia. Saking bahagianya, ia jadi ”ketagihan” untuk membantu lagi, terlebih jika orang yang dibantu berhasil bangkit dari keterpurukan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Anggota komunitas media sosial Pakis-Sawangan membawa paket sayur gratis yang akan mereka bagikan untuk warga di Blabak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (13/9/2020).
Vice Leader Kejar Mimpi Bekasi (KMB) Farah Sahila Wahyuni juga menemukan kebahagiaan melalui kegiatan sosial yang digagas komunitasnya. Kejar Mimpi Bekasi adalah salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) CIMB Niaga. Komunitas ini bergerak di bidang sosial, ekonomi, filantropi, dan pendidikan.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan KMB. Dua hari terakhir ini, misalnya, KMB membuat program pendidikan digital bagi anak-anak di Bekasi. Ada pula pelatihan mewarnai kaus kaki dengan teknik ikat celup (tie dye). Komunitas ini berisi sejumlah anak muda yang sedang dan sudah lulus kuliah.
”Di sini saya tidak hanya membuat kegiatan buat diri sendiri atau buat mengelola dana sponsor, tapi juga untuk membantu orang. Ini jadi penyemangat karena rasanya saya bisa jadi orang yang bermanfaat,” katanya.
Leader KMB Satrio Bimantoro menimpali bahwa kegiatan sosial yang dijalani memberinya pengalaman berharga. Di sisi lain, kegiatan itu membahagiakan. ”Senang rasanya melihat mereka senang walau kami hanya bisa memberi seadanya,” ujarnya.
Dibentuk dari nilai
Menurut sosiolog Universitas Gadjah Mada, Derajad S Widhyharto, kedermawanan orang Indonesia dibentuk dari nilai budaya, agama, sosial, dan politik. Dari segi budaya, masyarakat Indonesia bersifat komunal sehingga akrab dengan kebersamaan, misalnya silaturahmi atau gotong royong. Hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak pun dianggap penting.
Dari segi politik, kedermawanan berkaitan dengan perbedaan kelas sosial masyarakat. Sikap kedermawanan umumnya dilakukan orang kaya ke yang miskin. Kedermawanan dinilai akan terus ada selama perbedaan kelas sosial masih ada.
”Dalam sosiologi, kedermawanan seperti harus ada karena itu bagian dari keseimbangan sosial. Tanpa kedermawanan, mungkin akan ada orang-orang kelaparan. Itu bertentangan dengan nilai agama, sosial, hingga politik sehari-hari,” ucap Derajad.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Kesibukan para sukarelawan saat menyiapkan makanan di dapur umum peduli Covid-19 di Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (8/7/2021).
Selain itu, ada kecenderungan orang berbagi agar sesuai dengan nilai yang dianggap ”baik” oleh masyarakat. Hal ini pun dipahami sebagai refleksi budi baik sehingga ketika dilakukan, berbagi dengan sesama dapat menimbulkan kebahagiaan.
Adapun Indonesia dinyatakan sebagai negara paling dermawan menurut laporan Indeks Kedermawanan Dunia (WGI) 2022 yang dipublikasi oleh Charity Aid Foundation. Peringkat ini disandang Indonesia selama lima tahun berturut-turut.
Skor Indonesia pada WGI 2022 adalah 68 persen. Laporan itu menyebut Indonesia memiliki persentase tertinggi dalam hal menyumbang (84 persen) dan melakukan kegiatan sukarela (63 persen) di dunia. Adapun negara paling dermawan setelah Indonesia adalah Kenya (61 persen), Amerika Serikat (59 persen), Australia (55 persen), dan Selandia Baru (54 persen).