Mitigasi Penyebaran Flu Burung Perlu Kolaborasi Multisektor
Upaya mencegah penyebaran virus flu burung mulai dilakukan secara kolaboratif antara otoritas kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan. Masyarakat juga diminta tetap waspada.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mitigasi penyebaran virus flu burung H5N1 perlu kolaborasi antarlini terutama pemangku kepentingan di sektor kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan. Fasilitas pelayanan kesehatan dan obat-obatan yang diperlukan mesti disiapkan. Unggas-unggas yang beredar juga harus dipastikan kesehatannya.
Melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor PV.03.01/C/824/2023, pemerintah menetapkan status Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) clade baru 2.3.4.4b. Virus tersebut pernah terdeteksi di peternakan komersial bebek peking di Kalimantan Selatan pada Mei 2022. Meski potensi penularan dari hewan ke manusia masih rendah, masyarakat diminta tetap waspada.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, para pemilik unggas dan pelaku usaha di bidang perunggasan perlu meningkatkan kewaspadaan. ”Laporkan jika ditemukan tanda klinis yang mengarah pada avian influenza (AI) atau kematian unggas mendadak. Lalu, laporan dari masyarakat tersebut akan ditindaklanjuti dengan turut menggandeng dinas kesehatan,” kata Suharini saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (4/3/2023).
Setiap kasus flu burung pada manusia saat ini harus dikelola dengan isolasi untuk antisipasi mutasi. Perlu diwaspadai juga, tetapi tidak perlu sampai panik karena situasi flu burung cenderung lebih ringan dibanding Covid-19.
Suharini mengatakan, salah satu upaya mencegah munculnya flu burung yang dilakukan Dinas KPKP dengan berkoordinasi bersama Balai Karantina Pertanian ialah menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Setiap unggas yang masuk ke DKI Jakarta wajib memiliki SKKH.
”Biosekuriti dan pengawasan lalu lintas unggas dilakukan di sentra peternakan, penampungan, pemotongan, dan pemeliharaan unggas. Untuk penerapan biosekuriti di lapangan, secara rutin petugas Dinas KPKP melaksanakan desinfeksi di tempat penampungan dan rumah pemotongan hewan unggas,” tutur Suharini.
Dinas KPKP juga memberikan pelayanan sertifikasi kesahatan unggas (SKU) bagi unggas yang dipelihara masyarakat. SKU tersebut diberikan setelah unggas dinyatakan sehat oleh dokter hewan dan pemilik unggas wajib menerapkan biosekuriti kandang serta lingkungan sekitarnya.
Suharini menambahkan, setiap unit usaha pangan asal hewan juga wajib memiliki nomor kontrol veteriner (NKV). Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa unit usaha tersebut telah memenuhi persyaratan higienitas-sanitasi dan menerapkan sistem produksi yang baik.
Apabila muncul dugaan kasus flu burung, sampel dari unggas pangan, unggas peliharaan, produk pangan unggas, atau lingkungan sekitar akan diambil dan diuji.
Kolaborasi
Menurut Suharini, flu burung merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis). Oleh karena itu, pencegahan penularan penyakit ini dari hewan ke manusia perlu tindakan kolaboratif multisektoral.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menyampaikan, kolaborasi serupa pernah dilakukan sebelumnya saat kasus flu burung mencuat. Selain itu, pengalaman penanganan Covid-19 juga turut menjadi pembelajaran bersama dalam menghadapi pandemi.
”Situasi saat ini, tanpa bermaksud mengecilkan, cenderung masih ringan ketimbang Covid-19, karena penularannya masih dari unggas ke manusia. Namun, kita tetap perlu waspada terhadap mutasi yang menyebabkan perubahan perangai virus sehingga bisa menular antarmanusia,” kata Oktavia dalam Webinar bertajuk ”Cegah Flu Burung Mulai dari Sekitar Kita”, Kamis (2/3/2023).
Oktavia menambahkan, sejauh ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mengantisipasi munculnya wabah flu burung dengan menyiapkan ruang isolasi di rumah sakit dan menyediakan obat oseltamivir atau tamiflu di berbagai fasilitas kesehatan. Selain itu, ketersediaan alat pelindung diri dan tenaga medis pengambil spesimen juga disiapkan.
”Setiap kasus flu burung pada manusia saat ini harus dikelola dengan isolasi untuk antisipasi mutasi. Perlu diwaspadai juga, tapi tidak perlu sampai panik karena situasi flu burung cenderung lebih ringan dibanding Covid-19,” lanjut Oktaviani.
Di tengah kekhawatiran munculnya penyakit flu burung, aktivitas di tempat pemotongan ayam tidak berubah. Para pekerja di sana yakin ayam yang datang adalah ayam-ayam yang sehat.
Mariani (42), pemotong ayam di pemotongan ayam di Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, menyampaikan, dirinya justru lebih khawatir pada berkurangnya permintaan masyarakat terhadap ayam potong. ”Emang ada flu burung? Kalau di sini enggak berpengaruh. Yang berpengaruh justru bantuan Kartu Jakarta Pintar itu karena ada sembako dan ayamnya sehingga semakin sepi pembeli ayam. Sekarang, satu kilogram ayam Rp 8.000,” ujar Mariani.
Setiap hari, tempat pemotongan ayam tersebut menerima pasokan dari Sukabumi, Jawa Barat. Terdapat dua truk yang membawa ayam dari Sukabumi dengan masing-masing truk bermuatan 1.200 ayam.
Mariani menambahkan, satu-satunya upaya mencegah terinfeksi virus flu burung adalah dengan mandi. Baginya, mandi setiap selesai bekerja sudah cukup bersih.
”Lagian kalau kena flu burung, kan, enggak sendiri, banyak temannya. Kalau sendiri baru takut. Mau bagaimana lagi? Emang kerjanya begini,” ujar Mariani.