Lima Guru Besar Baru Unair Perkuat Penanganan Zoonosis
Universitas Airlangga menambah lima guru besar yang diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam penanganan penyakit zoonosis.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih memberikan keterangan pers terkait jumlah mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SBMPTN LTMPT 2022, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022).
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (3/2/2023), mengukuhkan lima guru besar baru. Kelima guru besar yang semuanya perempuan itu berasal dari tiga fakultas. Kepakaran kelimanya diharapkan dapat berkontribusi dalam penanganan zoonosis.
Kelimanya ialah Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi Prof Alfinda Novi Kristanti, Guru Besar Fakultas Farmasi Prof Noorma Rosita, serta tiga dari Fakultas Kedokteran Hewan, yakni Prof Endang Suprihati, Prof Jola Rahmahani, dan Prof Poedji Hastutiek.
Menurut Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih, pengukuhan itu membuat Unair kini memiliki 277 guru besar aktif. Pengukuhan menjadi gerbang untuk inovasi dari para profesor.
Jika dilihat dari kepakaran lima guru besar itu, lanjut Nasih, kampus dapat lebih berkontribusi pada penanganan zoonosis. Penyakit zoonotis ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Vaksin Merah Putih Inavac dipamerkan di Pameran Arsip Pandemi Covid-19 Universitas Airlangga di Balai Pemuda, Surabaya, Kamis (5/1/2023).
Endang mendalami bidang ilmu penyakit protozoa pada ternak, Jola menekuni bidang ilmu mikrobiologi veteriner, dan Poedji mendalami bidang ilmu parasit hewan, lingkungan, dan permukiman. Adapun Alfinda menekuni bidang ilmu fitokimia senyawa fenolik, sedangkan Noorma mendalami bidang ilmu teknologi dan formulasi sediaan likuida semisolisida.
Kepakaran kelima guru besar itu diharapkan dapat membantu penanganan penyakit zoonosis yang masih melanda negeri. Ancaman terkini adalah potensi flu burung mewabah lagi. Kontribusi bisa diarahkan untuk pengembangan vaksin, serum, dan obat penanganan zoonosis.
Sebelumnya, Unair turut berkontribusi dalam pengembangan vaksin Covid-19 yang menjadi pandemi sejak Maret 2020. Vaksin dari tim peneliti Unair dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia itu telah diproduksi dengan nama Inavac (sebelumnya Merah Putih).
”Jabatan puncak di publik diberikan menjelang akhir pengabdian. Namun, dalam akademik, gelar guru besar diberikan sebagai langkah awal dari inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan yang harus signifikan,” ujar Nasih.
Nasih menyebut, profesor harus mampu terus menerus produktif dalam karya inovatif yang bermanfaat bagi manusia dan kemajuan bangsa. Eksistensi guru besar, menurut dia, bukan dari gelar yang disandang, melainkan kontribusi kepada masyarakat dan manusia sekaligus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, dalam orasi ilmiah pengukuhannya, Jola mengatakan, penyakit rabies masih menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) karena menyebabkan hampir 70.000 kasus kematian setiap tahun. Di Indonesia, kasus kematian akibat rabies masih cukup tinggi sehingga beragam upaya harus dioptimalkan untuk mencapai Indonesia Bebas Rabies 2030.
Vaksinasi hewan rabies masih terkendala aspek budaya, sosial, dan ekonomi. Misalnya, cara pandang terhadap anjing sebagai hewan penular utama rabies. Perbedaan cara pandang dapat meningkatkan kerentanan infeksi.
”Di beberapa wilayah, anjing dimanfaatkan sebagai adu bagong di daerah Sunda, teman berburu di Sumatera Barat, penolong selama pelayaran bagi suku Vugis, dan sebagai bahan konsumsi. Namun, saat ini konsumsi anjing sudah menurun karena adanya kampanye,” kata Jola.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Warga membawa kucing mereka untuk mendapatkan vaksin rabies di Poliklinik Hewan Kota Yogyakarta, Giwangan, Yogyakarta, Kamis (16/2/2023).
Menurut dia, vaksinasi terhambat efektivitas dan efisiensi, terutama pada anjing tidak berpemilik. Untuk itu, perlu uji coba penerapan vaksin oral rabies pada anjing liar dan anjing yang dilepasliarkan. ”Vaksinasi hewan liar menggunakan vaksin oral rabies merupakan tahapan penting dalam mengontrol rabies karena efektif dan jumlah individu yang divaksin lebih banyak,” ujar Jola.
Dia menambahkan, vaksinasi oral rabies dapat mencegah dan mengatasi penyebaran virus rabies di antara populasi dan menurunkan risiko infeksi pada hewan domestik dan populasi manusia. Penelitian surveilans virus rabies di Indonesia menjadi faktor penting dalam menentukan galur virus rabies untuk vaksinasi di masa depan. Indonesia memiliki banyak pulau yang berpotensi memunculkan perbedaan jenis virus rabies yang bersirkulasi.
”Pengembangan vaksin diperlukan untuk menghentikan penyebaran rabies pada hewan dan menyelamatkan jiwa manusia dari kematian akibat gigitan hewan penular rabies,” kata Jola.