Kesiapan Infrastruktur dan Literasi Jadi Tantangan Digitalisasi Kesehatan
Transformasi kesehatan digital memerlukan kolaborasi yang baik dari semua pihak. Transformasi ini diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kesehatan, bukan semakin memperluas kesenjangan layanan di masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
STEPHANUS ARANDITIO
Tampilan aplikasi Peduli Lindungi yang telah diperbarui menjadi Satu Sehat Mobile. Aplikasi ini dikembangkan tidak hanya untuk merekam riwayat kesehatan terkait Covid-19, tetapi juga untuk semua penyakit demi pengendalian kesehatan masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi aplikasi Peduli Lindungi menjadi Satu Sehat merupakan bentuk transformasi digital kesehatan yang tengah diupayakan pemerintah. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat menjadi tujuan yang diharapkan.
Meski begitu, berbagai tantangan masih dihadapi, antara lain terkait infrastruktur yang tidak merata serta literasi digital masyarakat yang masih rendah. Kolaborasi berbagai pihak pun diperlukan untuk memastikan ekosistem digital kesehatan yang dicitakan bisa terwujud.
”Kita tahu infrastruktur internet di sebagian daerah masih kurang baik, bahkan ada daerah yang akses internetnya blank. Padahal, hal itu penting untuk menunjang digitalisasi kesehatan,” ujar Staf Ahli Teknologi Kesehatan yang juga Chief Digital Transformation Officer Kementerian Kesehatan Setiaji saat dihubungi, di Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Untuk itu, ia menuturkan, koordinasi terus dilakukan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta dinas terkait di daerah untuk memastikan ketersediaan infrastruktur internet yang diperlukan. Diharapkan, pemerataan akses internet di seluruh wilayah bisa segera dilakukan.
Setiaji mengatakan, tantangan lain yang juga menjadi perhatian dalam proses digitalisasi kesehatan adalah terkait literasi digital di masyarakat. Berbagai data kesehatan, termasuk rekam medis pasien, nantinya bisa diakses melalui aplikasi Satu Sehat. Kesadaran masyarakat untuk bisa menyimpan data tersebut dengan baik juga tidak menyebarkan kata kunci serta kode one time password (OTP) dalam mengakses data harus ditingkatkan.
”Tantangan lainnya menyangkut keaktifan tenaga kesehatan dalam meng-input data yang tadinya secara manual di kertas kini menjadi bentuk digital. Hal-hal seperti ini perlu pembiasaan sehingga semua bisa tercatat dan terintegrasi dengan baik,” tutur Setiaji.
Satu Sehat
Setiaji menuturkan, aplikasi Satu Sehat, yang per 1 Maret 2023 ini resmi diluncurkan sebagai pengganti aplikasi Peduli Lindungi, merupakan bagian dari Platform Satu Sehat. Melalui Platform Satu Sehat, ekosistem digital kesehatan akan dibangun sehingga pelaku kesehatan bisa terintegrasi serta semua transaksi kesehatan dapat tercatat dan dimanfaatkan dengan baik.
Tantangan lainnya menyangkut keaktifan tenaga kesehatan dalam meng- input data yang tadinya secara manual di kertas kini menjadi bentuk digital. Hal-hal seperti ini perlu pembiasaan sehingga semua bisa tercatat dan terintegrasi dengan baik.
Tenaga kesehatan yang berada di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, laboratorium, klinik, dan puskesmas, berperan penting untuk memastikan data pasien bisa terekam dengan baik secara digital. Saat ini, setidaknya 11.000 fasilitas kesehatan telah terintegrasi dalam Platform Satu Sehat. Ditargetkan, pada akhir 2023 sebanyak 60.000 fasilitas kesehatan sudah bisa terintegrasi dalam platform tersebut.
DEONISIA ARLINTA
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) ketika meluncurkan Platfom Satu Sehat Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Selasa (26/7/2022). Dalam acara ini hadir pula Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto, dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena.
Setiaji mengungkapkan, aplikasi Satu Sehat yang digunakan masyarakat nantinya tidak hanya digunakan untuk penanganan Covid-19. Dalam aplikasi ini data kesehatan pribadi seseorang akan disimpan secara lengkap, seperti vaksinasi Covid-19, imunisasi, serta hasil pemeriksaan di laboratorium.
Lewat aplikasi ini, pengguna pun dapat mengakses laporan kesehatan pribadinya dan mendapatkan rekomendasi personal untuk memelihara kesehatannya secara optimal. Aplikasi ini juga akan dilengkapi dengan fitur pengingat obat sehingga pasien bisa mengonsumsi obat secara teratur.
”Aplikasi ini dapat terintegrasi pula dengan wearable device seperti smartwatch yang dapat menghitung jumlah langkah. Dari situ kita bisa melakukan verifikasi dan memberikan reward yang dapat ditukarkan dengan poin untuk membeli vitamin atau kebutuhan kesehatan lain,” kata Setiaji.
Setiaji menuturkan, berbagai pihak telah dilibatkan sejak awal untuk memastikan keamanan data dari pembentukan Platform Satu Sehat. Kerja sama telah dilakukan bersama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan para pakar untuk melakukan penilaian terhadap sistem yang dibangun. Dari penilaian yang dilakukan telah dipastikan syarat tata kelola keamanan sudah terpenuhi.
”Antisipasi juga telah disiapkan ketika terjadi persoalan terkait keamanan data. Untuk mengakses data personal, akan ada teknis tertentu yang digunakan sehingga data yang diakses benar-benar oleh pemilik data tersebut,” katanya.
Dihubungi terpisah, Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan, standar pengamanan data pada aplikasi Satu Sehat harus ditingkatkan dari yang digunakan pada aplikasi Peduli Lindungi. Standar pengamanan data yang digunakan pun perlu sesuai dengan standar yang berlaku di industri kesehatan.
Sistem yang berlapis yang digunakan saat ini seharusnya tidak menimbulkan keraguan di masyarakat. ”Di sisi lain, proses edukasi di tingkat pengguna harus tetap ditingkatkan untuk meminimalkan terjadinya kebocoran data,” ucapnya.