Bandung Bondowoso Menuntut Kesetaraan Jender Lewat Wayang Suket
Komunitas Wayang Suket akan menampilkan Bandung Bondowoso dalam sosok yang lain. Dia menuntut kesetaraan jender karena mungkin tidak selamanya Roro Jonggrang menjadi korban dalam balada percintaan mereka.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
STEPHANUS ARANDITIO
Komunitas seni Wayang Suket Indonesia menampilkan pertunjukan wayang suket bertajuk Bandung Bondowoso kepada media dalam rangkaian acara Helateater 2023 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/3/2023). Komunitas yang didirikan di Solo pada 2018 dan kini bermarkas di Tuban itu ingin menampilkan sosok Bandung Bondowoso yang berbeda dan berhak menuntut kesetaraan jender.
JAKARTA, KOMPAS — Bandung Bondowoso mungkin tidak sejahat cerita rakyat, bisa saja Roro Jonggrang yang kejam meminta seribu candi dalam semalam. Bandung hanya seorang laki-laki yang akan berbuat apa saja demi mendapatkan hati wanita pujaannya, termasuk menggunakan hal gaib untuk mewujudkan permintaan Roro yang mustahil dilakukan manusia.
Mungkin pula Roro Jonggrang jahat karena memberi harapan palsu kepada Bandung Bondowoso yang telanjur mencintainya. Kalau Roro baik, kenapa ia berusaha menerbitkan matahari lebih awal untuk menggagalkan perjuangan Bandung mengejar cinta.
Jika sedari awal Bandung Bondowoso tahu kalau Roro Jonggrang adalah anak Raja Prambanan, Prabu Damar Maya, mungkin saja ksatria Kerajaan Pengging itu tidak akan sampai hati membunuh sang raja dalam pertarungan merebut Kerajaan Prambanan yang subur.
Kemungkinan-kemungkinan itu akan ditampilkan oleh Komunitas Wayang Suket Indonesia dalam pertunjukan wayang suket (wayang yang terbuat dari rumput) dalam rangkaian acara Helateater 2023 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Kamis (2/3/2023) hingga Jumat (3/3). Citra Bandung Bondowoso yang jahat dalam cerita rakyat akan dibalik menjadi laki-laki baik dan bertanggung jawab.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Dalang dari kelompok Wayang Suket Indonesia dibantu asisten menyuguhkan pementasan wayang suket bertajuk Bandung Bondowoso” dalam program Helateater bertema ”Teater Objek” di Galeri Komunitas Salihara Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Komunitas yang didirikan di Solo pada 2018 dan kini bermarkas di Tuban itu ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Sang sutradara, Gaga Rizky (32), mengatakan, Bandung Bondowoso berhak menuntut kesetaraan jender. Menurut mereka tidak selamanya laki-laki selalu salah karena Bandung melakukan hal-hal itu bukan tanpa alasan yang melatarbelakanginya.
”Ini bisa dikaitkan dengan perjuangan kesetaraan jender. Selama ini, kan, dianggap cowok selalu salah. Kami ingin mencoba menelaah dulu apa sebenarnya yang terjadi yang menyebabkan Bandung melakukan itu,” kata Gaga di Galeri Salihara, Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Ini bisa dikaitkan dengan perjuangan kesetaraan jender. Selama ini, kan, dianggap cowok selalu salah.
”Di pertunjukan ini Bandung Bondowoso akan jadi sosok yang baik, bertanggung jawab, dan patriotik. Dia membunuh raja itu dengan alasan yang logis, lalu jatuh hati dengan Roro Jonggrang, hingga akhirnya justru dikhianati,” lanjutnya.
Pertunjukan yang dipimpin Gandez Imroatus ini akan menampilkan wayang suket dengan teknik teatrikal dan permainan bayangan. Mereka menggunakan overhead projector (OHP). Ada pula tarian oleh Ela Mutiara yang membawa wayang Roro Jonggrang dan Elvin Anderson (Bandung Bondowoso) di tengah pertunjukan dan instalasi seni visual karya Mailani Sumelang dan Muhammad Nur Cholis.
Penari menari bersama wayang suket saat menampilkan pertunjukan wayang suket bertajuk Bandung Bondowoso” kepada media dalam rangkaian acara Helateater 2023 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/3/2023). Komunitas yang didirikan di Solo pada 2018 dan kini bermarkas di Tuban itu ingin menampilkan sosok Bandung Bondowoso yang berbeda dan berhak menuntut kesetaraan jender.
Selama satu jam yang dimulai pukul 20.00, pertunjukan akan diiringi oleh permainan gitar oleh Jenar Kidjing dan petikan ukulele oleh Cintya Berlianisa Smaranada juga akan memberikan warna berbeda dengan tabuhan gendang oleh Bekti Setyo Utomo yang mempertahankan sentuhan tradisional.
”Wayang suket ini tidak ada pakem pementasan yang standar, makanya kami bisa bereksperimen dengan cerita dan musiknya. Kami bisa memasukkan distorsi gitar, tetapi gedangnya masih berwarna gendang jawa, kami bermain musik tradisional tetapi tidak dengan cara tradisional,” kata Bekti.
Oleh karena itu, mereka juga akan menyelipkan dialog-dialog yang membahas fenomena sosial masa kini, mulai dari keresahan upah minimum regional yang rendah, politisi korup, hingga bahasa Indonesia yang tergerus bahasa Inggris gaya anak Jaksel.
”Naskahnya tidak baku, kebanyakan improvisasi, bahkan kalau penonton nyeletuk bisa juga kami bersahutan,” tutur Gaga.
Komunitas seni Wayang Suket Indonesia berfoto bersama seusai pertunjukan wayang suket bertajuk ”Bandung Bondowoso” dalam rangkaian acara Helateater 2023 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/3/2023). Komunitas yang didirikan di Solo pada 2018 dan kini bermarkas di Tuban itu ingin menampilkan sosok Bandung Bondowoso yang berbeda dan berhak menuntut kesetaraan jender.
Wayang suket akan menjadi satu dari empat kelompok teater yang akan ditampilkan oleh komunitas seni Salihara di Galeri Salihara. Tiga penampil lainnya adalah Flying Ballons Puppet (Yogyakarta), Institute Tingang Borneo Theater (Palangkaraya), SEKAT Studio (Bekasi).
Mereka berempat diseleksi melalui undangan terbuka untuk tampil di Helateater Salihara 2023 yang bertema ”Teater Objek”. Tema ini diambil dari kesadaran atas kekayaan teater Indonesia yang banyak menggunakan ragam obyek, seperti wayang, boneka, ataupu benda keseharian.