Literasi Keamanan Digital Rendah, Masyarakat Jadi Korban Penipuan
Di era digital sekarang, masyarakat Indonesia menjadi korban penipuan di platform daring. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya literasi keamanan digital warga. Diperlukan upaya lebih masif untuk meningkatkannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Suasana Kick Off Literasi Digital Sektor Pendidikan di Jakarta, Kamis (23/2/2023) malam. Tahun ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika fokus mendongkrak literasi keamanan digital yang masih rendah.
JAKARTA, KOMPAS — Literasi keamanan digital di Indonesia masih rendah. Masyarakat menjadi korban penipuan di ruang digital. Upaya mendongkrak indeks literasi digital perlu lebih masif dan melibatkan banyak pihak, termasuk perguruan tinggi.
Indeks Literasi Digital Nasional pada 2022 mencapai 3,54 poin (dalam skala 5) atau meningkat 0,05 poin dibandingkan setahun sebelumnya. Namun, dari empat pilar yang diukur, keamanan digital atau digital safety menjadi yang terendah dengan 3,12 poin.
Tiga pilar lainnya adalah kecakapan digital dengan 3,52 poin, etika digital 3,68 poin, dan budaya digital 3,84 poin. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, tahun ini pihaknya akan fokus untuk meningkatkan literasi keamanan digital yang masih di bawah rata-rata.
”Banyak sekali yang menjadi korban penipuan karena tidak memahami behaviour safety untuk beraktivitas di ruang digital. Kekurangpahaman ini dimanfaatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab,” ujarnya dalam Kick Off Literasi Digital Sektor Pendidikan di Jakarta, Kamis (23/2/2023) malam.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menghadiri Kick Off Literasi Digital Sektor Pendidikan di Jakarta, Kamis (23/2/2023) malam.
Menurut Semuel, masyarakat Indonesia sangat mudah ditipu secara daring. Hal ini tergambar dari 130.000 laporan yang masuk kepada pihaknya tahun lalu.
Tidak semua laporan bisa ditindaklanjuti karena sulit menemukan pelakunya. ”Yang bisa dilakukan, begitu tahu menggunakan akun bank bodong, kami minta diblokir karena menerima hasil penipuan,” ucapnya.
Ancaman risiko keamanan di jagat maya semakin tinggi karena modus kejahatan siber semakin banyak dan berkembang. Dalam beberapa bulan terakhir, marak kasus penipuan memakai undangan digital lewat pesan singkat.
Pelaku penipuan menyematkan dokumen malware APK (application package file) pada undangan digital itu. ”Begitu diklik, kita sebenarnya sedang mengunduh aplikasi yang dibuat secara khusus untuk mengambil data pribadi. Kalau di handphone kita ada data finansial, ya, wasalam, habis dikuras,” ujarnya.
Semuel menuturkan, indeks literasi digital 3,54 poin masih dalam kategori sedang. Oleh karena itu, pihaknya mengajak berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, untuk meningkatkan literasi digital masyarakat.
”Target kami di akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (2024), indeksnya mencapai 4 atau kategori baik. Setiap tahun dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang dijalankan,” katanya.
Kemenkominfo telah meluncurkan program literasi digital sejak 2021. Salah satu misinya ialah mengedukasi masyarakat untuk menangkal hoaks dan terhindar dari penipuan daring.
Pada tahun pertamanya, program ini sudah menjangkau 12,5 juta orang. Literasi digital pada 2022 menyasar sekitar 6 juta orang. Untuk tahun ini, ditargetkan program ini menjangkau minimal 5,5 juta orang.
Ancaman risiko keamanan di jagat maya semakin tinggi karena modus kejahatan siber semakin banyak dan berkembang. Dalam beberapa bulan terakhir, marak kasus penipuan memakai undangan digital lewat pesan singkat.
Semuel menambahkan, menjelang Pemilu 2024, peningkatan literasi digital sangat diperlukan agar masyarakat tidak terhasut disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian. Literasi digital yang mumpuni akan membentengi masyarakat sehingga tidak mudah memercayai informasi dari sumber yang tidak kredibel.
Direktur Pemberdayaan Informatika KemenkominfoBonifasius W Pudjianto mengatakan, ruang digital berisi beragam informasi, baik konten positif maupun negatif. Pada periode Agustus 2018-16 Februari 2023, pihaknya menemukan 9.417 isu hoaks.
”Salah satu target kami adalah meningkatkan indeks literasi digital yang hanya bisa dilakukan lewat kolaborasi,” ujarnya.
Peran perguruan tinggi
Menurut Bonifasius, perguruan tinggi punya peran strategis untuk meningkatkan indeks literasi digital masyarakat. Sebab, mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kampus, tetapi juga mengikuti program pembelajaran lain, seperti pengabdian kepada masyarakat dan kuliah kerja nyata.
Kegiatan literasi digital yang digelar Facebook dan Yayasan Cinta Anak Bangsa di Jakarta, akhir Juni 2019. Generasi muda diperkenalkan pada media sosial dan bagaimana memahami informasi secara lebih kritis.
Literasi keamanan digital menjadi fokus karena indeksnya hanya 3,12 poin atau 0,42 poin di bawah rata-rata. ”Kalau didorong peran mahasiswa, kami yakin masyarakat yang paham keamanan digital akan semakin banyak,” katanya.
Dalam Kick Off Literasi Digital Sektor Pendidikan itu dilakukan penandatanganan kerja sama dengan 12 perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa di antaranya Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Esa Unggul, Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Ketua Umum Siberkreasi Donny Budi Utoyo mengatakan, sebagai pusat pengetahuan, kampus memiliki sumber daya mumpuni untuk terlibat dalam program peningkatan literasi masyarakat. Tidak hanya oleh dosen dan peneliti, tetapi juga mahasiswa saat menjalankan program pembelajaran di tengah masyarakat.
”Mahasiswa baru, misalnya, bisa saja programnya terkait pelatihan digital. Begitu juga saat kuliah lapangan, diarahkan mendampingi masyarakat dalam pemberdayaan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di ruang digital,” katanya.