Influenza, Wabah yang Paling Sering Dilaporkan dalam 23 Tahun
China menjadi negara yang paling banyak melaporkan wabah penyakit menular secara global dalam periode 1996-2019, sementara Indonesia di peringkat keempat.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Siswa SDN 04 Ujung Menteng, Jakarta Timur, mengantre untuk meminjam buku saat mobil perpustakaan keliling hadir di sekolah mereka, Rabu (4/1/2023). Dengan dicabutnya PPKM, kegiatan belajar-mengajar kembali lancar seperti sebelum pandemi Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Virus influenza, khususnya varian H5N1, menjadi penyebab utama wabah yang paling banyak dilaporkan secara global daripada penyakit menular lainnya dalam kurun 1996 hingga 2019 sebelum terjadinya pandemi Covid-19. China menjadi negara yang paling banyak melaporkan wabah penyakit menular secara global, sementara Indonesia di peringkat keempat.
Penyakit menular lain yang paling banyak dilaporkan dalam kurun 23 tahun tersebut adalah sindrom pernapasan Timur Tengah atau MERS dan ebola. Hasil studi yang didasarkan pada analisis laporan penyakit oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini dipublikasikan di jurnal Plos Global Public Health edisi, Rabu (25/1/2023).
Selama ini otoritas kesehatan masyarakat menggunakan beberapa sumber data untuk melacak wabah penyakit menular, tetapi Disease Outbreak News (DON) WHO menjadi salah satu sumber yang paling berpengaruh.
Peneliti kesehatan global dari Universitas Georgetown di Washington DC, Rebecca Katz, dan timnya mengumpulkan 2.789 laporan DON yang dikeluarkan tahun 1996 hingga 2019 dalam basis data yang dapat dicari. Basis data mencakup metadata yang diambil dari setiap laporan, seperti lokasi wabah, jenis penyakit, dan jangka waktu perkembangannya.
Dalam kajian ini, Indonesia berada di peringkat keempat dengan melaporkan 146 wabah.
Para peneliti menemukan bahwa hampir setiap tahun, influenza, khususnya varian H5N1, dilaporkan dengan frekuensi tertinggi dibandingkan semua penyakit menular lain. Setidaknya, 776 wabah telah didokumentasikan sejak tahun 1996.
Influenza atau flu merupakan penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat dan dapat menyebabkan kematian.
China melaporkan wabah paling banyak, yaitu total 262 kasus, sebanyak 218 salah satunya influenza. Berikutnya Arab Saudi, melaporkan 189 wabah dan 179 di antaranya MERS, dan Republik Demokratik Kongo melaporkan 171 wabah dan 105 di antaranya ebola.
Dalam kajian ini, Indonesia berada di peringkat keempat dengan melaporkan 146 wabah. Sebanyak 123 wabah yang dilaporkan Indonesia di antaranya flu.
Sebagai penyakit yang sangat menular, virus flu bisa menginfeksi siapa saja. Namun, beberapa orang berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius terkait flu jika mereka terpapar, terutama orang berusia 65 tahun ke atas, orang dari segala usia dengan kondisi medis kronis tertentu (seperti asma, diabetes, atau penyakit jantung), orang hamil, dan anak di bawah 5 tahun.
Kematian tahunan yang disebabkan oleh influenza musiman diperkirakan oleh Global Pandemic Mortality Project II menggunakan data tahun 2002 hingga 2011. Mereka memperkirakan bahwa selama periode ini, influenza musiman menyebabkan 294.000-518.000 kematian setiap tahun secara global.
Virus influenza juga memiliki banyak varian dan saat ini yang paling banyak menulari adalah H5N1. Virus influenza yang paling mematikan adalah H1N1, yang menjadi penyebab pandemi flu 1918 atau sering disebut sebagai flu Spanyol, yang menewaskan lebih dari 100 juta orang secara global.
Perbedaan kapasitas negara
Katz mengatakan bahwa keragaman dalam pola pelaporan dihasilkan dari kapasitas pengawasan yang berbeda dari sejumlah negara, bersamaan dengan penyakit yang diprioritaskan oleh otoritas kesehatan nasional, dan pada akhirnya apa yang diputuskan WHO untuk diperhatikan.
Menurut Katz, variasi pelaporan sering ditentukan oleh kualitas sistem kesehatan suatu negara. Misalnya, Mesir telah melaporkan 115 wabah, kebanyakan influenza, dalam rentang waktu 23 tahun yang dianalisis oleh tim. Namun, tidak ada wabah yang pernah dilaporkan oleh Libya di dekatnya, yang memiliki sistem kesehatan minim dana dan tidak stabil sebagai akibat dari dua perang saudara selama periode itu.
Timothy Brewer, peneliti penyakit menular di University of California, yang tidak terlibat dalam kajian ini, kepada Nature, Jumat (27/1/2023), mengatakan, analisis tersebut juga menunjukkan bahwa WHO tidak dapat melacak semua wabah di seluruh dunia sehingga harus memilih yang jadi prioritas untuk ditangani.
AP PHOTO/ANDY WONG
Para wanita berjalan di bawah lampion merah yang digantung di gang pusat perbelanjaan dekat Danau Houhai untuk merayakan Imlek di Beijing, China, Senin (16/1/2023). WHO mengimbau China untuk terus merilis informasi tentang gelombang Covid-19 di negaranya setelah pemerintah mengumumkan hampir 60.000 kematian sejak awal Desember lalu.
Transparansi pelaporan
Dalam kajian ini, tim peneliti mengatakan, basis data tentang penyakit menular ini dinilai dapat menjadi alat yang berguna dalam memberikan informasi terverifikasi tentang wabah besar dan mendokumentasikan sejarah penyakit menular. Oleh karena itu, sistem pelaporan wabah yang transparan dan saling melengkapi telah merupakan upaya penting.
Semakin cepat kita mengetahui adanya ancaman nyata di mana saja di seluruh dunia dan membuat informasi itu tersedia akan semakin cepat direspons. ”Basis data akan memungkinkan para peneliti untuk melihat faktor-faktor yang menentukan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk menekan wabah tertentu atau bagaimana keadaan eksternal seperti konflik atau cuaca memengaruhi mereka,” kata Katz.
Namun, studi tersebut mencatat bahwa laporan DON tidak menyebutkan semua wabah yang diketahui di setiap wilayah. Katz mengatakan, WHO dapat meningkatkan laporan DON dengan meningkatkan transparansi tentang bagaimana memprioritaskan ribuan pemberitahuan yang diterimanya, membuat kriteria yang lebih spesifik untuk pencantuman wabah, dan menambahkan informasi tentang faktor kontekstual seperti bahaya iklim atau wabah pada populasi hewan.