Kesadaran Masyarakat Faktor Kunci Mencegah Penularan DBD
Upaya pencegahan serta kesadaran akan gejala yang timbul dari infeksi virus dengue harus ditingkatkan untuk menekan risiko kematian.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Petugas dari Palang Merah Indonesia melakukan pengasapan di lingkungan RW 002 Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan, Kota Tangerang, Banten, Kamis (14/7/2022). Pengasapan dilakukan karena terdapat kasus demam berdarah di lingkungan tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — Musim hujan biasanya disertai dengan peningkatan risiko penularan demam berdarah dengue. Apalagi, penyakit ini tergolong berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian terutama pada anak dengan obesitas. Upaya pencegahan serta kesadaran akan gejala yang timbul harus ditingkatkan untuk menekan risiko kematian.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso meminta masyarakat mewaspadai bahaya penularan demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti. Biasanya, penularan DBD hanya ditandai dengan gejala demam, tanpa gejala lainnya, seperti batuk, pilek, ataupun sesak napas.
Anak yang mengalami gejala harus ditangani cepat agar tidak sampai pada fase yang berbahaya. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami gejala dan tanda yang ditimbulkan, terutama orangtua karena anak biasanya tidak bisa mengutarakan kondisi mereka.
Meskipun pencegahan dan pengendalian DBD sudah dilakukan melalui gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) dan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, anak tetap berisiko tertular DBD. Apalagi, anak dengan obesitas paling rentan mengalami gejala berat apabila terinfeksi virus dengue.
”Jika kelebihan berat badan ataupun obesitas, akan muncul sindrom metabolik. Jika tertular demam berdarah dengue, akibat komplikasinya cukup fatal,” tutur Piprim saat temu media Demam Berdarah Dengue pada Anak secara daring, Kamis (26/1/2023).
Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) Mulya Rahma Karyanti menjelaskan, anak dengan obesitas memang lebih berisiko terkena berbagai penyakit. Infeksi virus dengue dapat menurunkan sistem imunitas atau daya tahan tubuh sehingga akan terjadi reaksi imunologi yang menyebabkan reaksi zat radang meningkat berlebihan.
Hal tersebut dapat menyebabkan kebocoran plasma yang mengandung air, gula, dan elektrolit dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Bila kebocoran tidak diatasi, dapat timbul gejala penyakit ringan, berat, hingga kematian.
Orangtua yang memiliki anak bergejala DBD harus memperhatikan asupan minuman sang anak. Anak harus rajin minum agar tidak dehidrasi.
”Tak hanya berisiko pada orang dengan obesitas, tetapi juga kelompok bayi, ibu hamil, lansia, juga orang dewasa dengan komorbid yang rentan mengalami perburukan bila terinfeksi DBD,” kata Karyanti, yang juga anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Infeksi Tropik IDAI.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, sampai Minggu ke-36 tahun 2022, jumlah kumulatif kasus konfirmasi DBD dari Januari 2022 sebanyak 87.501 kasus dan 816 kematian. Kasus paling banyak terjadi pada golongan umur 14-44 tahun, yakni sebanyak 38,96 persen dan 5-14 tahun sebanyak 35,61 persen.
DEONISIA ARLINTA
Seorang pasien demam berdarah dengue (DBD) dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr WZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/3/2020).
Karyanti mengatakan, selama lima tahun terakhir, rata-rata jumlah kasus konfirmasi DBD adalah 90.791 kasus per tahun, sedangkan kasus kematian mencapai 666 kasus per tahun.
Anak yang terinfeksi DBD sangat berbahaya karena kerap tidak disertai gejala, seperti demam. Namun, anak tersebut dapat mendadak demam tinggi dalam 1-3 hari yang diikuti sakit kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan tulang atau timbul bercak merah di kulit, yang menandakan fase awal terjadinya penularan. Fase kedua terjadi pada 4-6 hari penularan dengan ditandai suhu tubuh akan menurun.
Fase ini justru harus diwaspadai karena inilah fase kritis. Perburukan akibat infeksi dengue terjadi ditandai dengan kebocoran pembuluh darah. Kadar hematokrit akan naik. Biasanya, kadar trombosit dan tekanan darah pasien menjadi rendah. Setelah hari keenam, ketujuh, anak sudah masuk ke fase penyembuhan.
”Orangtua yang memiliki anak bergejala DBD harus memperhatikan asupan minuman sang anak. Anak harus rajin minum agar tidak dehidrasi dan perhatikan buang air kecilnya. Jika dalam delapan jam tidak buang air kecil, maka harus segera dibawa ke dokter,” ujarnya.