Enam Menit Olahraga Intensif Setiap Hari Menunda Alzheimer dan Parkinson
Penelitian terbaru membuktikan bahwa olahraga intensif sekalipun singkat terbukti dapat meningkatkan produksi protein khusus yang penting untuk melindungi otak dari penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Latihan dengan intensitas tinggi selama enam menit setiap hari ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Aktivitas tersebut terbukti dapat memperpanjang umur otak yang sehat dan menunda timbulnya gangguan neurodegeneratif, seperti penyakit alzheimer dan penyakit parkinson.
Hasil studi ini membuktikan bahwa olahraga intensif sekalipun singkat dapat meningkatkan produksi protein khusus untuk melindungi otak dari penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia.
Penelitian baru ini diterbitkan di The Journal of Physiology pada Rabu (11/1/2023). Dalam kajian ini, para peneliti melihat kaitan bersepeda singkat tetapi intens dengan peningkatan produksi protein khusus yang penting untuk pembentukan otak, pembelajaran dan memori, dan dapat melindungi otak dari penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia.
Travis Gibbons dari Universitas Otago, Selandia Baru, yang menjadi penulis pertama paper ini, mengatakan, wawasan tentang olahraga ini menjadi bagian dari dorongan untuk mengembangkan pendekatan non-farmakologis dan dapat diadopsi oleh siapa pun untuk mempromosikan penuaan yang sehat.
Menurut dia, protein khusus bernama brain-derived neurotrophic factor (BDNF) mempromosikan neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk membentuk koneksi dan jalur baru serta kelangsungan hidup neuron.
”BDNF menunjukkan harapan besar pada model hewan, tetapi intervensi farmasi gagal memanfaatkan kekuatan perlindungan BDNF pada manusia dengan aman. Kami melihat kebutuhan untuk mengeksplorasi pendekatan non-farmakologis yang mempertahankan kapasitas otak untuk meningkatkan BDNF secara alami guna membantu penuaan sehat,” kata Gibbons.
Untuk memisahkan pengaruh puasa dan olahraga pada produksi BDNF, para peneliti membandingkan sejumlah faktor untuk mempelajari efek terisolasi dan interaktif, yakni puasa selama 20 jam, olahraga ringan berupa bersepeda intensitas rendah 90 menit, latihan intensitas tinggi dan perjalanan bersepeda yang intens selama enam menit, serta gabungan puasa dan olahraga.
BDNF menunjukkan harapan besar pada model hewan, tetapi intervensi farmasi gagal memanfaatkan kekuatan perlindungan BDNF pada manusia dengan aman.
Mereka menemukan bahwa olahraga singkat tapi intens jadi cara paling efisien untuk meningkatkan BDNF dibandingkan puasa satu hari dengan atau tanpa sesi olahraga ringan yang panjang. Protein BDNF meningkat empat hingga lima kali lipat (396 phenolic glycolipid/pg L-1 hingga 1170 pg L-1) lebih banyak dibandingkan dengan puasa (tidak ada perubahan konsentrasi BDNF) atau aktivitas lama (sedikit peningkatan konsentrasi BDNF, 336 pg L-1 hingga 390 pg L-1).
Menurut Gibbons, penyebab perbedaan ini belum diketahui dan perlu studi lebih lanjut untuk memahami mekanisme yang terlibat. Satu hipotesis terkait dengan saklar substrat serebral dan metabolisme glukosa, sumber bahan bakar utama otak.
Sakelar substrat serebral adalah saat otak mengalihkan sumber bahan bakar favoritnya ke sumber lain untuk memastikan kebutuhan energi tubuh terpenuhi, misalnya metabolisme laktat daripada glukosa selama berolahraga. Transisi otak dari mengonsumsi glukosa menjadi laktat memulai jalur yang menghasilkan peningkatan kadar BDNF dalam darah.
Peningkatan BDNF yang diamati selama latihan bisa disebabkan oleh peningkatan jumlah trombosit (sel darah terkecil), yang menyimpan BDNF dalam jumlah besar. Konsentrasi trombosit yang beredar dalam darah lebih banyak dipengaruhi oleh olahraga daripada puasa dan meningkat sebesar 20 persen.
Sebanyak 12 peserta yang aktif secara fisik (6 laki-laki, 6 perempuan berusia 18 tahun hingga 56 tahun) mengambil bagian dalam studi ini. Rasio seimbang peserta laki-laki dan perempuan adalah untuk memberikan representasi populasi yang lebih baik daripada menunjukkan perbedaan jenis kelamin.
Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mempelajari lebih dalam efek pembatasan kalori dan olahraga untuk membedakan pengaruh pada BDNF dan manfaat kognitif.
Gibbons mencatat, ”Kami sekarang mempelajari bagaimana puasa untuk durasi yang lebih lama, misalnya hingga tiga hari, memengaruhi BDNF. Kami ingin tahu apakah berolahraga keras di awal puasa mempercepat efek menguntungkan dari puasa. Selama ini puasa dan olahraga jarang dipelajari bersama-sama. Kami pikir puasa dan olahraga dapat digunakan bersamaan untuk mengoptimalkan produksi BDNF di otak manusia.”
Pada hewan
Penelitian pada hewan oleh Hideaki Soya dari University of Tsukuba di jurnal Cerebral Cortex (2021) sebelummya menunjukkan bahwa peningkatan ketersediaan BDNF mendorong pembentukan dan penyimpanan ingatan, meningkatkan pembelajaran, dan secara keseluruhan meningkatkan kinerja kognitif. Peran kunci ini dan kualitas neuroprotektifnya yang nyata telah menyebabkan minat pada BDNF untuk penelitian penuaan.
”Kami menyelidiki bagaimana otot dan otak tikus—khususnya, wilayah otak yang terlibat dalam pembelajaran spasial yang disebut hippocampus—beradaptasi dengan jenis latihan ini, serta bagaimana tikus akibatnya belajar dan mengingat menavigasi labirin,” ujar Soya.
Dalam penelitian ini, Soya dan tim menunjukkan rejimen latihan berintensitas tinggi dengan volume latihan rendah tetap meningkatkan memori spasial. Studi ini menunjukkan perbaikan tersebut didukung oleh perubahan plastisitas saraf di hippocampus.
”Dengan demikian, tampaknya manfaat yang dihasilkan oleh olahraga sebenarnya bergantung pada pengoptimalan, yaitu pertukaran antara waktu dan intensitas olahraga,” kata Soya.