Usia Rata-rata Memiliki Anak untuk Pria dan Wanita dalam 250.000 Tahun
Riset berbasis mutasi DNA menemukan, usia rata-rata manusia memiliki anak selama 250.000 tahun terakhir adalah 26,9 tahun, di mana laki-laki konsisten lebih tua, rata-rata 30,7 tahun, daripada ibu, rata-rata 23,2 tahun.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Riset berbasis mutasi DNA menemukan usia rata-rata manusia memiliki anak selama 250.000 tahun terakhir adalah 26,9 tahun, di mana laki-laki secara konsisten lebih tua, rata-rata 30,7 tahun, daripada ibu, rata-rata 23,2 tahun. Sejak 5.000 tahun terakhir, kesenjangan usia telah menyusut dengan usia perempuan memiliki anak saat ini rata-rata 26,4 tahun.
Riset yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Indiana ini untuk menentukan usia rata-rata wanita dan pria memiliki anak sepanjang sejarah evolusi manusia. Mereka menggunakan metode baru yang mereka kembangkan menggunakan mutasi DNA. Hasil kajian dipublikasikan di jurnal Science Andvances pada 6 Januari 2023.
Para peneliti menyatakan riset ini dapat membantu kita memahami tantangan lingkungan yang dialami nenek moyang kita. Selain itu, juga dapat membantu memprediksi dampak perubahan lingkungan di masa depan terhadap umat manusia.
Para peneliti awalnya tidak berusaha memahami hubungan jender dan usia saat pembuahan dari waktu ke waktu.
”Melalui penelitian ini, kami dapat memprediksi usia di mana orang memiliki anak dari jenis mutasi DNA yang mereka tinggalkan kepada anak-anak mereka,” kata anggota tim studi Matthew Hahn, profesor biologi di Luddy School of Informatics, Computing and Engineering di Universitas Indiana. ”Kami kemudian menerapkan model ini kepada nenek moyang manusia kami untuk menentukan usia berapa nenek moyang kami melahirkan.”
Menurut penelitian yang ditulis bersama oleh peneliti pasca-doktoral Universitas Indiana Richard Wang, usia rata-rata manusia memiliki anak selama 250.000 tahun terakhir adalah 26,9 tahun. Umur ayah secara konsisten lebih tua, rata-rata 30,7 tahun, dibandingkan ibu, rata-rata 23,2 tahun.
Riset juga menemukan kesenjangan usia telah menyusut dalam 5.000 tahun terakhir, dengan perkiraan penelitian terbaru tentang usia ibu rata-rata 26,4 tahun. Kesenjangan yang menyusut sebagian besar disebabkan oleh kecenderungan ibu yang memiliki anak di usia yang lebih tua.
”Mutasi dari masa lalu ini terakumulasi di setiap generasi dan ada pada manusia saat ini,” kata Wang. ”Kami sekarang dapat mengidentifikasi mutasi ini, melihat bagaimana mereka berbeda antara orangtua laki-laki dan perempuan, dan bagaimana mereka berubah sebagai fungsi dari usia orangtua.”
Jejak mutasi
DNA anak-anak yang diwarisi dari orangtua mereka mengandung kira-kira 25-75 mutasi baru, yang memungkinkan para ilmuwan untuk membandingkan orangtua dan keturunannya, dan kemudian mengklasifikasikan jenis mutasi yang terjadi. Saat melihat mutasi pada ribuan anak, tim peneliti melihat sebuah pola bahwa jenis mutasi yang didapat anak bergantung pada usia ibu dan ayahnya.
Pendekatan genetik sebelumnya untuk menentukan waktu generasi historis bergantung pada efek gabungan dari rekombinasi atau mutasi divergensi sekuens DNA manusia modern dari sampel kuno. Tetapi, hasilnya dirata-ratakan pada laki-laki dan perempuan selama 40.000-45.000 tahun terakhir.
Hahn dan timnya membuat model yang menggunakan mutasi de novo, yaitu perubahan genetik yang muncul untuk pertama kalinya pada salah satu anggota keluarga sebagai akibat dari varian atau mutasi pada sel germinal salah satu induk atau yang muncul dalam telur yang telah dibuahi selama embriogenesis awal. Data ini digunakan untuk memperkirakan waktu generasi pria dan wanita secara terpisah di berbagai titik selama 250.000 tahun terakhir.
Para peneliti awalnya tidak berusaha memahami hubungan jender dan usia saat pembuahan dari waktu ke waktu. Mereka awalnya bermaksud melakukan penyelidikan yang lebih luas tentang jumlah mutasi yang diturunkan dari orangtua ke anak.
Mereka hanya memperhatikan pola mutasi berdasarkan usia sambil berusaha memahami perbedaan dan persamaan antara pola ini pada manusia dan mamalia lain, seperti kucing, beruang, dan kera.
”Kisah sejarah manusia digabungkan dari berbagai sumber: catatan tertulis, temuan arkeologi, fosil, dll,” kata Wang. ”Genom kita, DNA yang ditemukan di setiap sel kita, menawarkan semacam manuskrip sejarah evolusi manusia. Temuan dari analisis genetik kami mengonfirmasi beberapa hal yang kami ketahui dari sumber lain (seperti peningkatan usia orangtua baru-baru ini), tetapi juga menawarkan pemahaman yang lebih kaya tentang demografi manusia purba. Temuan ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang sejarah bersama kita.”