Berkaca dari Kondisi Haechan NCT, Palpitasi Jantung Bisa Menimpa pada Usia Produktif
Personel NCT, Lee Donghyuck atau Haechan, dikabarkan akan rehat dari kegiatannya lantaran mengalami palpitasi jantung. Seperti apa palpitasi jantung itu?
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Palpitasi jantung yang dialami Lee Dong-hyuck atau Haechan (22), personel boyband kenamaan NCT asal Korea Selatan, mengejutkan para penggemar K-pop di seluruh dunia. Hal tersebut menjadi pengingat bahwa gangguan pada kardiovaskular dapat terjadi pada usia produktif.
Pada Jumat (6/1/2023), Lee Dong-hyuck atau Haechan dikabarkan akan rehat dari kegiatannya lantaran mengalami palpitasi jantung. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh agensinya SM Entertainment.
”Baru-baru ini, Haechan mengalami kondisi abnormal seperti jantung berdebar-debar, dada sesak, dan banyak lagi, jadi dia pergi ke rumah sakit bersama manajernya dan mendapatkan konsultasi dan pemeriksaan di mana dia mendapat saran medis bahwa perawatan dan istirahat diperlukan,” demikian keterangan tertulis yang disampaikan agensi.
Palpitasi jantung merupakan istilah medis untuk jantung berdebar. Hal itu merupakan kondisi di mana manusia merasakan detak jantung lebih kuat atau lebih cepat dari biasanya. Palpitasi tidak hanya bisa terasa di dada, tapi juga pada pergelangan tangan kiri.
Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK), Radityo Prakoso, Sabtu (7/1/2023). Dia menyampaikan, Palpitasi bisa merupakan hal yang normal dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, akan menjadi berbahaya jika palpitasi tersebut merupakan bagian dari serangan jantung ataupun penyakit bawaan juga kelainan listrik jantung lainnya.
Palpitasi bisa menjadi salah satu tanda penyebab kelainan jantung. Tapi, tidak selalu palpitasi punya kelainan jantung.
”Gejala itu dapat disertai mual, pusing, sesak napas hebat, hingga pingsan. Jika sudah begitu, harus sesegera mungkin dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan tambahan,” kata Radityo Prakoso, yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki).
Dia mengibaratkan, jantung memiliki gardu listrik dan saluran listrik yang mengalirkan listrik ke jantung. Gangguan pada jaras-jaras jantung yang akhirnya menyebabkan palpitasi.
Penyebab palpitasi beragam. Menurut dia, hal itu bisa terjadi akibat aktivitas berlebih, olahraga berlebihan, juga perasaan cemas dan takut. Palpitasi juga dapat terjadi pada ibu hamil atau pada orang dengan riwayat penyakit jantung.
”Gangguan ini juga bisa disebabkan kondisi tubuh tertentu, seperti gangguan hormon tiroid, merupakan penghasil hormon yang memelihara metabolisme, apabila diproduksi secara berlebihan, akan meningkatkan kerja jantung dan menimbulkan perasaan berdebar,” tambah Radityo.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit PJNHK, Ade Meidian Ambari, palpitasi jantung juga ada kaitannya dengan aritmia atau irama jantung yang tidak normal.
“Secara umum detak jantung pada orang dewasa adalah 60-100 kali per menit. Palpitasi berada pada denyut nadi di atas 100 kali per menit,” kata Ade.
Menurut dia, masyarakat tidak perlu panik menghadapi palpitasi. Namun yang perlu diperhatikan, jika gangguan itu sudah menyebabkan gangguan aktivitas hingga menyebabkan pingsan. Karena itu, masyarakat perlu paham ciri dari palpitasi dan bahayanya pada tubuh.
Berbeda serangan jantung
Ade menekankan, palpitasi berbeda dengan serangan jantung. Jika palpitasi berdebar hebat yang disertai dengan aritmia, serangan jantung merupakan terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke otot jantung. Penyebab utama kondisi ini adalah penyakit jantung koroner.
“Perlu dimengerti, palpitasi bisa menjadi salah satu tanda penyebab kelainan jantung. Tapi, tidak selalu palpitasi punya kelainan jantung,” kata Ade. Dia menambahkan, hanya 16 persen dari penyebab kelainan jantung yang merupakan palpitasi.
Sebelum penanganan akan dilakukan pemeriksaan awal, seperti pemeriksaan fisik, rekam jantung, sampai pemeriksaan penunjang. Hal ini dilakukan agar penanganan dilakukan sesuai dengan penyebab palpitasi.
”Apabila palpitasi yang dirasakan disebabkan oleh kondisi jantung seperti gangguan aritmia, penanggulangan berfokus pada perbaikan kondisi tersebut,” ucap Ade.
Ade mengatakan, ada beberapa langkah yang dapat mencegah palpitasi. Seperti mengurangi stres dengan latihan pernapasan, yoga, dan meditasi. Selain itu, juga menghindari stimulan jantung seperti kafein, alkohol, dan obat-obatan yang memicu palpitasi seperti amfetamin.