Gempa di Kuningan Tidak Berpotensi Memicu Bahaya Kolateral
Gempa bermagnitudo 3,8 yang berpusat di darat terjadi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tidak berpotensi memicu bahaya kolateral atau ikutan, seperti gerakan tanah dan likuefaksi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 3,8 yang berpusat di darat terjadi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (22/12/2022) pukul 04.18 WIB. Gempa yang juga dirasakan di Cirebon dan Majalengka tersebut tidak berpotensi memicu bahaya kolateral atau ikutan, seperti gerakan tanah dan likuefaksi.
Tidak ada korban jiwa akibat gempa berkedalaman 5 kilometer itu. Menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa terletak di darat pada koordinat 108,48 bujur timur dan 6,99 lintang selatan.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa dan kedalamannya, gempa diakibatkan oleh sesar aktif Baribis pada segmen Ciremai. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang sampai perbukitan terjal.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan menyebutkan, wilayah sekitar lokasi gempa disusun oleh endapan kuarter berupa aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda.
Endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan gempa.
Berasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah. Gempa ini tidak menyebabkan tsunami karena berpusat di darat.
”Kejadian gempa ini tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (kolateral) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi,” ujarnya lewat keterangan tertulis.
Masyarakat diimbau tetap tenang dan mewaspadai gempa susulan. Warga yang rumahnya rusak diimbau mengungsi ke tempat aman.
Pihaknya merekomendasikan agar bangunan di Kabupaten Kuningan menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa guna menghindari risiko kerusakan. Permukiman harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
”Karena wilayah Kabupaten Kuningan tergolong rawan gempa, harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non-struktural,” katanya.
Menurut penyelidik bumi madya PVMBG, Supartoyo, konstruksi bangunan aman gempa sangat penting untuk meminimalkan dampak kerusakan akibat gempa. Sebab, dalam banyak kejadian sebelumnya, warga menjadi korban akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan Hartanto menyampaikan, gempa dirasakan di Kuningan dengan skala intensitas III modified mercalli intensity (MMI). Dalam skala ini, getaran dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan ada truk berlalu.
Sementara di Cirebon dan Majalengka, gempa dirasakan dengan skala II-III MMI. Belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan akibat dampak langsung gempa tersebut. ”Hingga pukul 05.00 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan,” katanya.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal. Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.