Remy Sylado tidak hanya seorang novelis, tetapi juga seniman multitalenta. Hingga akhir hayatnya, dia terus berkarya dan mewarnai dunia seni budaya di Tanah Air.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·3 menit baca
ARSIP EMMY TAMBAYONG
Sastrawan Remy Sylado (79), meski terbaring dengan kondisi lemah, tetap mendiktekan karyanya kepada istri dan anaknya, Rabu (2/3/2022), di Jakarta.
Menjelang akhir hidupnya, sastrawan dan seniman multitalenta, Remy Sylado, memiliki sejumlah mimpi. Pemilik nama asli Japi Panda Abdiel Tambayong ini berharap, jika kesehatannya membaik, dia ingin berkunjung ke Desa Maliku, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, bertemu sanak saudaranya.
Jiwa seninya tak pernah padam. Remy berencana menggelar pentas seni bersama, kolaborasi para seniman Sulut dan Jakarta. Bahkan, dia sudah menyiapkan naskah pementasannya.
Namun, takdir berkata lain. Pada Senin (12/12/2022), sastrawan kelahiran Makassar yang pada 12 Juli 2022 genap berusia 80 tahun itu menutup mata untuk selamanya, setelah berjuang melawan penyakit yang membuatnya terkapar di tempat tidur. Sejak Desember 2020, tubuh bagian kirinya lumpuh akibat terserang stroke. Ia juga sakit hernia.
Diantar istrinya, Emmy Maria Tambayong (72), dan keluarga serta teman-temannya, Remy dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta, Selasa (13/12) siang. Sejumlah seniman, akademisi, dan artis menghantar jenazah Remy ke peristirahatan terakhirnya, antara lain Niniek L Karim, Widyawati, dan Reny Jayusman. Senin malam, mantan Gubernur DKI, Anies Baswedan, juga melayat ke rumah duka.
Adapun dua kakak kandung Remy Sylado, yakni Joke Moniung Tambayong dan Jeny Rembeth Tambayong, karena berusia lanjut tidak bisa hadir di pemakaman Remy.
”Rencana pementasan di Manado sudah disampaikan kepada dua orang yang diberi peran untuk membantunya. Saya mendengarkan langsung, pada saat Om Japi sedang berbaring dan menyampaikan dengan semangat berapi-api,” ujar Eleonora Moniung, keponakan Remy.
Eleonora mengungkapkan, selain pentas bersama, Remy juga ingin pulang ke Manado karena dia ingin melihat galeri yang menurut rencana akan dibangun Pemerintah Provinsi Sulut. Remy berencana akan membawa semua karya seninya ke Manado.
Bahkan, beberapa waktu lalu, sudah ada tim kecil yang dibentuk untuk mewujudkan galeri Remy Sylado. Timnya bernama 23761 (remisilado) yang merupakan nama Remy Sylado. ”Ini amanat almarhum. Saya berharap semua tim di Manado dan Jakarta yang sudah dibentuk di awal tahun 2022 akan melanjutkan cita-citanya Om Japi,” kata Eleonora.
Sosok Remy Sylado memang lekat dengan warga Minahasa, terutama Minahasa Selatan yang merupakan daerah asal leluhurnya. Karena itulah, saat kepergian Remy, sejumlah warga Minahasa Selatan menginisiasi untuk menggelar acara ”Tribute to Remy Sylado” dalam waktu dekat.
”Kami ingin menggelar acara tersebut karena almarhum merupakan sosok dari Minahasa Selatan yang multitalenta. Dia itu, di mata torang (kami), tokoh serba bisa, menguasai 12 bahasa. Jadi, kami ingin memberikan penghormatan dengan mengangkat seluruh kontribusinya bagi negeri ini,” tutur Wency Mangindaan, Sekretaris Umum Kerukunan Kawanua Minahasa Selatan, Selasa malam.
Group Head of Marketing Beverages Wings Food Aristo Kristandyo (kiri) dan Remy Sylado (tengah) dalam diskusi yang mengawali peluncuran kampanye digital Aku Berindonesia, Rabu (31/5). Kampanye ini melanjutkan upaya serupa tahun 2015-2016, yakni Mana Indonesiamu dengan tujuan memperkenalkan potensi bangsa.
Novel terakhir
Sosok Remy di mata istrinya, Emmy, merupakan sosok yang tak pernah berhenti berpikir. Bahkan, menjelang akhir hayatnya, Remy masih membicarakan sebuah novel yang akan ditulisnya.
”Saya menuliskannya setiap kali dia bercerita. Ceritanya tentang Brouwer, seorang warga Belanda yang menyaksikan sendiri istrinya diperkosa tentara Jepang Kempeitai. Namun, saat saya menulis, dia selalu bilang ulang, ceritanya bukan begitu,” tutur Emmy.
Bagi Emmy, selama 46 tahun menjadi istri Remy, dia tahu persis karakter Remy saat menulis novel. Semua karya Remy harus diketiknya langsung, tidak bisa diketik orang lain. ”Dari dulu dia begitu,” ucap Emmy.
Di tengah sakitnya, Emmy menuturkan, Remy sering membicarakan tentang Bali. Dia juga sering marah jika kemudian Emmy bilang mereka sedang di rumahnya di Cipinang. Beberapa hari sebelum meninggal, Remy sebenarnya sudah mengungkapkan ke Emmy bahwa dia sering bermimpi bertemu Bunda Maria.
”Saya bilang jangan dulu, ini mau Natal. Kita nanti mau bikin ketupat. Tapi ternyata hari ini dia pergi,” ujarnya.
Kendati merelakan kepergiannya, Emmy mengaku sangat sedih sebab, pagi hari sebelum Remy meninggal, dia sempat memanggil ambulans di salah satu rumah sakit tempat Remy pernah dirawat. Namun, ambulans baru datang siang, setelah Remy mengembuskan napas terakhir.