Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta memproduksi lima film pendek yang diangkat dari narasi museum. Film akan ditayangkan di platform Indonesiana TV.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejarah dan narasi yang ada di museum kini dikembangkan menjadi film pendek. Film tersebut akan ditayangkan di platform Indonesiana TV dan diharapkan menjadi sumber edukasi bagi publik.
Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta, misalnya, memproduksi lima film pendek tahun ini. Tiga film di antaranya merupakan film dokumenter, sementara dua film lainnya adalah film cerita fiksi. Semua ide film diangkat dari narasi yang dikembangkan pihak museum.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Museum Kebangkitan Nasional Pustanto, kelima film mewakili semangat kebangkitan. Semangat itu lantas diterjemahkan ke berbagai tema cerita, antara lain cerita tentang musik, olahraga, hingga kesehatan.
”Jadi, kebangkitan tidak hanya dimaknai sebagai miliknya tentara atau untuk pertahanan bangsa saja, tetapi semua pihak. Dengan semangat ini, harapannya bangsa kita jadi lebih tangguh. Semangat ini juga agar dimiliki oleh seluruh masyarakat,” kata Pustanto di Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
Salah satu film berjudul Beban untuk Menang yang bercerita tentang kisah lifter perempuan asal Bali, Ni Nengah Widiasih. Film tersebut mencuplik kesulitan yang dialami atlet angkat berat tersebut pada hidup dan karier. Walakin, Ni Nengah selalu memiliki semangat untuk bangkit dan mengatasi kesulitannya.
Adapun Ni Nengah meraih pedali perunggu pada Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 dan perak pada Paralimpiade Tokyo 2020. Pada ASEAN Para Games 2022, ia mencetak rekor baru dengan angkatan terbaik 97 kilogram di angkatan pertama (Kompas.id, 2/8/2022).
Film pendek lain berjudul Bangkit Prinsip Juang yang diadaptasi dari cerita murid Stovia (dulu Sekolah Dokter Djawa) pada tahun 1907. Film fiksi ini berkisah tentang konflik dua murid yang dilatari jabatan orangtua dan politik dunia kesehatan. Mereka dihadapkan pada dua pilihan, yaitu meneruskan konflik atau berjuang bersama menjadi dokter bagi masyarakat yang dilanda wabah kolera.
Jadi, kebangkitan tidak hanya dimaknai sebagai miliknya tentara atau untuk pertahanan bangsa saja, tetapi semua pihak.
Produser film Bangkit Prinsip Juang, Atiqah Koto, mengatakan, ide film dikembangkan dari riset bersama pihak Museum Kebangkitan Nasional. Adapun ia memproduksi dua film pendek dokumenter dan satu film fiksi bersama Museum Kebangkitan Nasional.
”Proses (pembuatan film) seru karena melibatkan budayawan, validasi sejarah, juga proses panjang untuk membedah (narasi),” kata Atiqah. ”Saya harap film ini memberi inspirasi dan meng-influence sesuatu yang baik (bagi audiens),” tambahnya.
Sutradara film Bangkit Prinsip Juang, Miracle Risaldi, menyambut baik gerakan museum untuk membuat film pendek. Kerja sama dengan pihak museum memperluas ruang ekspresi para pembuat film. Di sisi lain, film dinilai sebagai media edukasi yang menyenangkan dan bisa diterima masyarakat.
”Dulu, film adalah media paling efektif untuk membuat propaganda di zaman Perang Dunia. Dari ini, kita mesti sadar manfaat dan fungsi film untuk pendidikan,” ujar Miracle.
Pustanto mengatakan, pihak museum berencana memproduksi film pendek lain yang ide ceritanya juga bersumber dari narasi museum. Menurut dia, masih banyak narasi yang bisa digali dari museum, baik dari hasil riset maupun sejarahnya.
Adapun Museum Kebangkitan Nasional dulu merupakan Stovia. Museum ini juga saksi berdirinya Budi Utomo, organisasi yang didirikan pada 1908 oleh para pemuda Stovia. Budi Utomo menjadi cikal bakal bangkitnya nasionalisme Indonesia.
Pustanto menambahkan, seluruh unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebetulnya didorong membuat film pendek. Sebelumnya, sejumlah UPT telah membuat film pendek. Namun, standar kualitasnya belum seragam. Sebaran film pun sporadis karena ditayangkan di kanal setiap institusi.
Kini, film-film tersebut akan ditayangkan di Kanal Budaya Indonesiana TV yang dikelola Kemendikbudristek. Film dapat diakses publik secara gratis.
Adapun Museum Kepresidenan RI Balai Kirti meluncurkan film Kado Istimewa pada 2021. Film ini dibintangi aktris Ratna Riantiarno dan digarap oleh produser Dimas Djayadiningrat. Film tersebut bercerita tentang seorang ayah yang mengajak anaknya ke museum sebagai kado ulang tahun.