Big Bad Wolf Books Hadir Lagi dengan 50.000 Judul Buku
Antusiasme penggemar buku sangat terasa di bazar buku internasional Big Bad Wolf Books yang digelar di Hall 9 sampai 10 Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai atau ICE BSD City.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·5 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Setelah absen karena pandemi Covid-19, bazar buku internasional Big Bad Wolf Books kembali digelar dengan menghadirkan 50.000 judul buku baru dari dalam dan luar negeri. Bazar buku ini digemari keluarga dan anak-anak muda yang berburu buku-buku favorit.
Pameran buku Big Bad Wolf Books (BBW) ini buka sejak 25 November sampai 5 Desember 2022. Berlokasi di Hall 9 sampai 10 Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai atau ICE BSD City, Tangerang, Banten, bazar ini menghadirkan 50.000 judul buku baru dari dalam dan luar negeri. Pengunjung tidak perlu membayar untuk tiket masuk alias gratis.
Public Relation BBW Indonesia Andri Suharyono mengatakan, tahun ini pameran BBW kembali dibuka untuk mengobati kerinduan para penggemar buku setelah absen karena pandemi Covid-19. Pameran ini membuktikan bahwa walaupun bahan bacaan dapat diakses dengan gawai, buku masih saja dicari sebagian besar masyarakat.
”Sebanyak 4 juta buku kami restock setiap harinya karena selalu habis. Di pameran BBW, 60 persen (buku) merupakan buku bacaan anak dan 40 persen adalah buku fiksi, nonfiksi, motivasi, dan lainnya yang mengarah ke pembaca remaja dan dewasa,” ujar Andri, Senin (28/11/20222). Menurut dia, jenis buku yang beraneka ragam membuat pameran ini ramai oleh pengunjung dari segala umur.
Untuk pembaca dewasa dan remaja terdapat novel, fiksi ilmiah, roman, sastra, dan novel grafis. Ada pula buku bisnis, buku self-help, buku arsitektur, buku masak, dan banyak lagi dengan dominasi buku berbahasa Inggris.
Sementara untuk anak-anak terdapat buku cerita, buku aktivitas, buku papan, buku mewarnai, buku bergambar, dan buku interaktif unggulan lainnya guna menstimulasi kecerdasan dan kreativitas anak.
Berburu komik kesukaan
Raden Perdana Kusuma (17), mahasiswa dari IPB University, datang mencari buku komik kesukaannya serta buku penunjang perkuliahan. Dia selalu datang ke pameran BBW sejak SMA hingga menginjak kuliah.
”Selain murah dan ada potongan harga untuk mahasiswa, banyak buku langka yang hanya ada di pameran ini,” kata Perdana. Menurut dia, sensasi membaca buku fisik dan membalik halaman tidak bisa tergantikan dengan membaca buku digital di ponsel.
Buku fisik, menurut dia, memiliki lebih banyak keunggulan. Selain lebih jelas, buku fisik juga tidak membuat mata perih.
Perdana juga merasa lebih menangkap isi tulisan. Hal itu yang membuatnya gemar membaca dan mencari buku fisik.
”Sekarang agak sulit mencari buku fisik yang murah dengan kualitas yang bagus. Adanya bazar buku membantu saya yang memiliki keuangan terbatas untuk bisa membaca buku,” tambah Perdana.
Kebiasaannya membaca buku sudah dimulai sejak di SMA. Awalnya, dia suka membaca komik, kemudian berlanjut ke buku novel nonfiksi dan buku motivasi.
Kebutuhan akan buku bacaan juga dirasakan oleh Tria Aryanti (24), seorang ibu asal Depok, Jawa Barat, yang datang ke bazar buku BBW bersama suami dan anaknya yang berumur tujuh tahun. Mereka datang untuk membeli buku cerita bergambar untuk anaknya.
Sensasi membaca buku dan membalik halaman tidak bisa tergantikan dengan membaca di ponsel.
”Saya sebagai ibu butuh buku bacaan untuk anak. Di bazar buku banyak pilihan variasi cerita dan jenis dari dalam dan luar negeri. Anak saya juga tidak bisa tidur kalau belum dibacakan buku cerita,” ujar Tria.
Selain membeli buku untuk anaknya, dia juga membeli buku resep masakan. Menurut dia, lebih mudah membaca resep di buku daripada di gawai. Hal itu memfokuskan dirinya untuk bisa memasak.
”Jika membaca buku fisik, saya akan lebih bisa merasakan apa isi dalam buku tersebut. Meski begitu, saya kadang membaca buku dalam bentuk digital,” katanya.
Antusiasme penggemar buku sangat terasa. Hal itu terlihat dari banyak anak yang memilih buku didampingi oleh orangtuanya. Selain itu, ada juga pasangan serta mahasiswa yang mencari buku favorit.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) tahun 2015-2020 Rosidayati Rozalina mengatakan, dari survei Ikapi, sekitar 85 persen masyarakat masih lebih suka membaca buku fisik. Bisnis penerbitan buku digital memang ada, tetapi angka penjualannya masih sekitar 2 persen dari total penjualan penerbitan buku fisik.
”Sampai saat ini, buku digital atau e-book itu masih pilihan, belum menggantikan buku fisik. Apalagi, kebiasaan membaca buku itu, kan, emosional dan tiap orang punya referensi masing-masing. Yang penting, akses pada buku bacaan, baik yang fisik maupun digital, tetap terbuka dan orang tetap punya minat baca tinggi,” ujar Rosidayati (Kompas.id, 5/2/2020).
Bagi para penggemar buku yang belum bisa datang langsung ke lokasi, BBW juga hadir secara daring di Tokopedia pada tanggal 24 November-6 Desember 2022. Dengan potongan harga hingga 90 persen, para pencinta BBW di seluruh Indonesia tetap bisa menikmati kemeriahan bazar buku internasional yang sama dari rumah.
Perjalanan pameran buku BBW Indonesia Tour 2022 berakhir di pemberhentian terakhir, yaitu di ICE BSD CIty. BBW telah hadir di empat kota besar lainnya, yaitu Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Semarang, untuk memenuhi kebutuhan akan buku bacaan.
Penjualan buku BBW pertama kali dimulai di Malaysia pada tahun 2009 sebagai gagasan dari pendiri BookXcess, Andrew Yap dan Jacqueline Ng. Lebih dari sebuah penjualan, pameran ini merupakan upaya advokasi meningkatkan keterbacaan global.
Pameran BBW pertama kali hadir di Indonesia pada 2016 silam. Menghadirkan buku-buku internasional yang bermutu dengan harga terjangkau di semua genre menjadi komitmen BBW untuk terus meningkatkan literasi serta budaya membaca sejak dini di Indonesia.